Kali ini aku tak sanggup diam lagi, cukup sudah aku diam selama ini, cukup sudah aku sabar dan menerima segala hinaan dan makian dari beliau. Bahkan, Dicerai anaknya pun aku sudah tak peduli. "Ada apa ini ribut ribut? " Tiba tiba saja mas Farid sudah pulang ke rumah. Kok bisa siang siang begini ia pulang, apalagi diwaktu yang tak diharapkan begini. "Farid, kamu sudah pulang Nak? " Si Ibu mertua tiba tiba mendekati Mas Farid. "Mamak baru sampai dirumah kamu, tapi istrimu malah ngajak ibuk berdebat, tolong kamu nasehati istri kamu itu, biar dia tahu sopan santun" Pandai sekali playing victim wanita tua ini, batinku. Udah Salah malah mengalahkan orang lain, awas saja pasti aku akan membuat ia menyesal membuatku kesal. "Bohong, mamak jangan memutar balik fakta, justru mamak yang duluan ngajak ribut. Mas, bilang sama ibu kamu, dirumah kita hanya ada satu kamar, kalau ibu kamu minta nginap disini kamu buatin dulu kamar satu lagi" Ucapku kesal sambil meninggalkan mereka berdua. Aku ma
Part 20Kulihat Mas Farid, ia mengangkat jari telunjuk lalu ditempel ke bibirnya, memberi kode agar aku tidak bicara. Aku mengangguk, lalu melangkah menuju dapur untuk mengisi perutku yang lapar. Kuletakkan si kecil di atas karpet, aku mengambil nasi dan lauk, tak sabar rasanya untuk melahap makanan, perutku sudah sangat lapar. "Azka mau makan nak? ""Syusyu mama" Ucap bocah kecilku minta susu. "Sebentar ya sayang, mama buatin dulu"Selesai membuat susu untuk Azka, aku langsung menghabiskan makan siangku. Tiba tiba, datang Mas Farid mendekatiku. "Dek, aku antar mamak dulu ya""Kemana Mas? ""Pulang kerumahnya""Gak jadi nginap disini? " Tanyaku penasaran. Mas Farid tak menjawab pertanyaan ku, ia segera berlalu meninggalkanku yang masih bengong. Aku tak tahu entah apa yang mereka bicarakan setelah aku ke dapur, hingga membuat mamak mertua tak jadi menginap dirumahku. "Syukurlah, aku jadi gak pusing mikirin mertua harus tidur dimana kalau nginap disini"Namun, mengapa buru buru
Part 21Malam pukul 22.00, tiba tiba Azka menangis kencang tak seperti biasanya, kuraba keningnya ya Tuhan panas sekali badan anakku. "Mas.. Azka demam mas," Ucapku pada suami yang sedang terlelap. "Kasih paracetamol aja" Ucapnya rak beranjak sedikitpun. "Tolong kamu ambilkan mas, aku gak bisa ambil, Azka lagi nangis kalau akun tinggalin makin kencang nangisnya"Dengan sedikit malas akhirnya Mas Farid bangun, lalu diambilnya paracetamol. Segera kuberikan pada Azka, setelah kuberikan paracetamol dan kuberikan susu, Azka akhirnya tertidur lagi,namun lima belas menit kemudian Azka kembali menangis. "Hua...hua...hua.." Tangisan Azka begitu kencang, aku tidak bisa tidur dengan tenang. Kupeluk Azka sambil menepuk punggungnya pelan, namun tak juga ia berhenti menangis. Disaat Azka menangis, tiba tiba susu yang tadi diminumnya keluar semua dari mulut kecilnya. "Huweeeekkk" Azka terus menerus muntah hingga cairan yang keluar bukan lagi susu, melainkan cairan kuning kental. Mas Farid se
Part 21"Buk.. Ayo saya antarkan ke ruangan anak" Ucap perawat laki laki tadi sambil memegang kursi roda. Rupanya Azka sudah dapat kamar rawat inap yang berada di lantai tiga rumah sakit, aku menggendong Azka disuru duduk di kursi roda, sementara Mas Farid memegang tas dan barang bawaan kami dari rumah. Kami memasuki Lift menuju lantai tiga. TingBunyi Lift ketika sudah berhenti di lantai tiga. Akhirnya kami sampai didepan ruangan 305,ruangan yang akan Azka tempati. Ketika kami memasuki ruangan 305,rupanya sudah ada tiga pasien anak anak yang sudah dirawat duluan. Didalam ruangan itu ada lima bed, Azka mendapat bed ke empat. Ruangan yang kami tempati biasa disebut Bangsal atau sa karena satu ruangan banyak pasien yang dirawat, wajar karena kami pasien BPJS. Ketika Azka dipindahkan dari pangkuan ku menuju ranjang, ia menangis seperti tak mau lepas dari ku. "Sayang.. Anak mama, Azka bobo dikasur ini dulu ya, diobati sama Dokter biar cepat sembuh ya nak" Bujukku agar Azka mau tidu
Part 22Seminggu sudah kepulangan Azka dari rumah sakit. Kesehatan nya sudah membaik, ia tak lagi muntah dan diare. Aku juga memberinya vitamin dan antibiotik. Namun, sekarang justru kondisi kesehatan kul yang menurun. Akibat kurang tidur karena begadang merawat Azka dirumah sakit, kecapean naik turun lantai tiga, makan tidak teratur, dan banyaknya beban pikiran. Akhirnya kondisi tubuhku drop. Pagi ini, kepalaku pusing, badanku demam, perutku melilit, sebentar bentar aku harus kekamar mandi untuk buang air besar, aku tersersng diare. "Mas, aku diare, badanku juga meriang" Ucapku pagi itu pada Mas Farid yang sedang bersiap siap berangkat. "Kamu sudah minum obat? ""Obat dari mana Mas? ""Yaudah kamu tunggu dirumah biar aku belikan obat di apotik"Tak lama ia pun pulang membawa sebuah kantong kresek, dengan obat campuran di dalamnya. "Ini obat diare sama demam, kamu minum sehabis makan"Aku segera meminum obat yang diberikan. "Mas,.. ""Iya, ada apa? ""Apa kamu gak bisa libur seh
Part 23Malam ini, aku dan Mas Farid tidak banyak bicara. Aku masih marah padanya karena perkataannya yang membuat hatiku sakit, sedangkan dia, aku tahu dia pasti marah karena aku lalai menjaga Azka. Aku sedang duduk sambil menemani Azka bermain, ku lihat Mas Farid sibuk dengan gawainya. Dia tiba tiba bangkit mendekati kami, lalu duduk di depan Azka. "Coba sini ayah lihat muka Azka.. " Mas Farid menelisisk wajah Azka yang masih terlihat memar. "Ya Ampun kasian sekali Anak ayah, coba kalau ada ayah pasti gak bakal kayak gini" Sindirnya halus. "Kamu jangan mulai lagi ya Mas, aku sudah cukup sabar" Aku tiba tiba emosi mendengar kata sindirannya itu. "Memangnya aku ada sebutin nama kamu? ""Terus.. Siapa lagi dirumah ini yang jagain Azka kalau bukan aku? ""Lah itu kamu sadar kok" Balasnya semakin sinis. "Mas, cukup. Aku sudah muak terus terusan kamu salahin""Memangnya siapa lagi yang salah kalau bukan kamu, bukannya jagain anak malah kemana mana.. ""Kamu benar benar bikin aku k
Part 25Aku Masuk kedalam kamar lalu berbaring di tempat tidur suasana hatiku benar benar kacau, sementara Azka masih dengan Ayahnya diruang tamu. Tiba tiba suara hendel pintu ditarik, aku segera berbalik arah memunggunginya. "Mirna... " Panggilnya pelan. Aku tahu, ia pasti akan membujuk ku. Selalu saja begitu, jika aku marah dan ingin pulang kerumah ibu, dia akan selalu membujukku dan berubah jadi baik. Aku masih diam. "Mirna, kalau kau marah padaku, lihatlah anakmu, Azka. Dia sedang sakit Mir, kau tak lihat wajahnya yang masih lebam. ""Ma.. Ma.. " Rengek Azka membuat pertahananku runtuh. Aku segera berbalik dan bangkit duduk menghadap mereka berdua. "Mir, lihatlah anakmu. Dia masih membutuhkanmu juga membutuhkan aku, ayahnya. Aku minta maaf tadi sudah membentak dan berkata kasar, aku hanya kesal dan kecewa saja"Aku menatapnya tajam, malas untuk bicara dengan nya, namun karena dia membawa nama Azka, aku jadi lemah dan melunak. Aku meraih Azka dari pelukannya, lalu membawa A
Part 26Aku dan Mas Farid membawa Azka untuk berobat ke tempat pijat bayi dan balita, rupanya akibat terjatuh tempo hari, ada urat dileher Azka yang terkilir. "Ini urat lehernya terkilir buk, untung cepat dibawa kesini, kalau tidak ya sakit sekali nanti pasti dia nangis nangis"Ucap si ibu tukang pijat bayi. Saat di pijat, Azka nangis kencang sekali, aku tahu pasti sakit sekali. 'Maafkan mamam ya Nak, mama merasa bersalah sama Azka, maafin kelalaian mama' batinku. Melihat Azka menangis sampai menjerit membuat hatiku teriris, suara tangisan yang terdengar pilu membuatku tanpa sadar menumpahkan cairan bening dari sudut netraku. "Sudah sudah.. Jangan nangis lagi, udah siap ya" Bujuk si ibu seraya menyerahkan Azka padaku. Tiga hari berturut turut kami mbaea Azka pijat, sampai ia benar benar sembuh. "Alhamdulillah, udah gak sakit lagi kan? " Ucap si ibuk tukang pijat. "Makasih ya mih, makasih banyak udah ditolongin anak saya" Ucapku sambil mengenggamkan sebuah amplop padanya. "Sama