Share

Bab 6

Diana mungkin saja terus terlelap jika saja suara geraman beserta dengusan itu tidak masuk ke dalam pendengarannya. Mau tidak mau Diana harus membuka matanya meski ia merasa sangat mengantuk dan lelah. 

"Grhh ...."

Spontan saja Diana duduk seraya menjauh dari makhluk di depannya. Diana tidak salah lihat, makhluk di depannya adalah orang sekarat semalam, bedanya orang ini telah sadar, ia memiliki mata berwarna kuning menyala. Seperti serigala. Tidak lupa taring dan kuku yang memanjang.

Diana meneguk ludahnya, orang di depannya ini menatapnya bagaikan Diana adalah mangsa yang siap di santap kapan saja. Lagi-lagi Diana merasakan ngeri, bulu kuduknya merinding.

"A-anu .... Aku, aku." Diana tidak tahu harus berkata apa, lihatlah dirinya sekarang ini. Tidak berdaya. "K-kau sudah sembuh?" Diana menunjuk dada kanan pria itu yang masih terbalut oleh kain yang Diana ikatkan semalam.

Pria itu mengikuti arah tunjuk Diana, menyadari jika luka di dadanya diikat. Kemudian pria itu kembali menatap Diana, ia tidak mengenal gadis di depannya ini. Ketika bangun, ia sudah mendapati seorang gadis terbaring cukup jauh darinya. Tapi, ketika gadis itu menunjuk arah dadanya, akhirnya ia tahu. Gadis ini menolongnya.

Diana masih diam, menanti dengan takut-takut reaksi yang akan ditunjukkan oleh pria di depannya ini. Hingga akhirnya Diana menghela napas lega karena pria yang ditolongnya itu perlahan normal, cakarnya menjadi pendek dan matanya dari kuning menyala menjadi biru gelap. Seperti manusia pada umumnya, meski bukan manusia.

"Kau yang melakukan ini?" 

Diana cukup terkejut ketika mendengar pria itu berbicara, tadi ia hanya mendengar suara geraman dan sekarang pria ini berbicara santai kepadanya.

Mengenyahkan rasa kejutnya, Diana menjawab. "Ya, itu aku." Diana menatap pria itu, baru menyadari jika makhluk di depannya ini cukup tampan meski beberapa tubuhnya kotor karena noda darah, termasuk wajahnya. 

"Terima kasih." 

Diana mengangguk. 

"Ngomong-ngomong, siapa namamu?" tanya Diana. Pria di depannya terlihat tidak membahayakan dirinya. Diana pikir pria berambut hitam ini bisa diajak berteman atau mungkin mereka bisa keluar dari sini bersama-sama. Pikir Diana.

Pria itu terdiam sejenak sebelum akhirnya ia bersuara. "Henry," jawabnya singkat. 

Diana berdehem. "Aku Diana."

Henry hanya diam setelah mengetahui nama gadis yang menolongnya itu, mereka masih diam hingga Diana bertanya sesuatu kepadanya. 

"Kau, apakah kau juga Werewolf?" tanya Diana. Konyol memang, padahal Diana sudah melihat sendiri dengan mata kepalanya jika pria di depannya ini bermata kuning menyala dan memiliki cakar seperti serigala.

Henry mengangkat alisnya heran. "Tentu saja, semua yang ada di sini adalah Werewolf," jawabnya.

Diana mangut-mangut mengerti. "Tapi aku bukan Werewolf. Aku ingin keluar dari sini ...." Diana menghela napas lelah.

Henry terkejut ketika Diana mengatakan dirinya bukan Werewolf, kemudian pria itu menyeringai. "Jangan bercanda, meski kau berbau cukup aneh aku yakin kau juga sama seperti kami atau kau dari Werewolf penyihir?"

Diana menggeleng cepat. "Tidak, sungguh. Aku bukan Werewolf atau penyihir. Aku manusia."

Kali ini Henry benar-benar sangat terkejut. "K-kau manusia?" Henry menatap Diana tajam, memindai dari atas hingga bawah. Kemudian menggeleng. "Jangan berbohong!" Sepertinya Henry masih tidak percaya. Meskipun ia adalah Rogue liar, tapi ia cukup tahu tentang manusia. Walau sedikit.

Diana lagi-lagi menghela napas, kemudian gadis itu menyandarkan tubuhnya ke dinding. Kapan ini akan berakhir?

~~~

Pagi-pagi sekali Dedrick sudah bangun, tidak lupa Adam yang sudah setia berada di depan kamarnya. "Kita ke penjara bawah tanah."

Adam mengangguk.

Mereka berdua berjalan beriringan ke rubanah, dengan Dedrick yang memimpin di depan. Sekarang ini ia sangat ingin untuk mengeksekusi para Rogue itu. Memang, Diamond Pack selalu mendapat gangguan dari Rogue atau pun dari Pack lain. Namun, Rogue lah yang sering menganggu.

Satu persatu anak tangga mereka turun hingga mereka tiba di lorong yang diterangi oleh cahaya obor. Dinding-dinding sepanjang lorong ini terlihat kotor, karena terkena noda darah atau noda lainnya. 

"Bagaimana dengan manusia itu?" tanya Dedrick. Ia ada sesuatu yang harus ia lakukan terhadap manusia itu untuk membuktikan jika ia adalah manusia atau bukan. 

Adam menatap Alpha-nya dari belakang. "Dia masih berada dalam kurungan, Alpha." Adam menjawab, terakhir kali ia bertemu gadis itu ketika ia mengantarkannya ke dalam kurungan. Setelah itu, Adam tidak ada pergi ke rubanah. Para Rogue kemarin Gamma Collin yang memasukannya ke penjara rubanah.

"Adam, untuk para Rogue itu kita akan adakan interogasi di lapangan. Di sana kita akan mengeksekusi mereka sekaligus." 

"Di lapangan?" Adam cukup heran saat ini. Tidak biasanya sang Alpha melakukan hal itu, biasanya mereka hanya melakukan eksekusi di ruang bawah tanah. 

"Ya," jawab Dedrick.

Akhirnya mereka sampai di pintu masuk penjara inti. Di depan Gamma Collin telah menunggu, Collin menunduk hormat begitu Alpha-nya datang dan segera membuka pintu. 

"Kami memisahkan ruangan mereka satu sama lain, Alpha untuk mencegah hal yang tidak diinginkan." Collin memberi laporan. 

Dedrick mengangguk singkat, tidak berapa lama kemudian datang beberapa warrior. Collin sedikit merasa bingung, alasan mengapa Alpha-nya membawa warrior lebih banyak.

"Kita akan membawa mereka ke lapangan," ujar Dedrick menjawab raut heran di wajah Collin. 

"Tunjukan masing-masing ruangan mereka." Dedrick berjalan lebih dahulu dengan Adam dan Collin yang berada di belakang. Tentu saja Dedrick selalu di depan, ia adalah pemimpin di sini.

Ketika Dedrick melangkah, lagi-lagi ia mencium aroma harum. Ah, ia ingat gadis yang beraroma itu masih di penjara ini. Pasti berada di salah satu ruangan ini.

"Di sebelah sini, Alpha." Suara Collin menghentikan langkahnya Dedrick, pria dengan tubuh tegap itu menatap sebuah pintu. 

Adam menaikan alisnya, bukankah ini adalah ruangan di mana ia menempatkan gadis yang mereka temukan di hutan kemarin? Ia tidak salah, atau Collin yang membuat mereka satu ruangan. Collin membuka ruangan itu, kemudian Dedrick dan Adam masuk ke sana.

~~~

Diana menyandarkan tubuhnya ke dinding kemudian memegang lengannya, pendarahan di sana telah berhenti tapi ia baru merasakan sakitnya sekarang.

"Hei, kau tidak apa-apa?" Henry menatap Diana yang meringis sakit. Ia menatap lengan gadis itu yang masih berdarah. "Kapan kau mendapatkan luka ini?" tanya Henry.

"Kemarin, ah ...." Diana meringis. Gadis itu menatap Henry tepat di mata biru. "Padahal semalam kau terlihat sekarat," ujar Diana. Lihat, sekarang pria yang terlihat akan mati semalam berbicara dengan santai kepadanya. Seperti tidak ada yang salah dari tubuhnya.

Henry tidak melepaskan pandangannya dari Diana. "Aku adalah Werewolf, luka yang kami dapatkan lebih cepat pulih. Kau ternyata memang manusia, ya? Kudengar manusia itu lemah."

Diana dapat mendengar nada meledek dari suara Henry. "Asal kau tahu saja, ini perih." Diana menatap bekas cakaran dari pria yang dipanggil Alpha itu.

Trang Trang

Spontan Henry dan Diana menoleh ke arah pintu. Pintu itu berbunyi, pasti akan terbuka. Dan benar, pintu besi itu oerlahap terbuka.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status