Pagi ini Nathan mengurus Glen dengan baik. Setelah mengajak Glen sarapan dia meminta Glen untuk ke kamar."Pergilah ke kamar sebentar. Ayah ingin berbicara pada Mama."Glen mengangguk, memberi kedua orang tuanya kesempatan.Nathan kemudian menoleh pada Amala."Jika kita tinggal bersama, dan menjaganya Glen bersama, dia pasti akan sangat senang. Menurutmu bagaimana?""Itu tidak mungkin." Amala menjawab dengan cepat."Kenapa tidak mungkin? Bukankah Glen adalah anak dari kita berdua?""Selain kita adalah orang lain, anda hanya sebagai ayah biologis saja. Jadi itu tidak memungkinkan kita untuk tinggal bersama."Nathan menghela nafas berat. Yang dikatakan Amala memang benar. Dia hanya ayah biologis saja. Tidak ada ikatan apapun antara dia dan Amala. "Baiklah. Kalau begitu, bagaimana jika kita menikah saja?"Seketika Amala mendongak. "Tuan Nathan. Mana bisa begitu? Anda sudah bertunangan dengan Wilan. Apa kamu lupa?""Di antara kami tidak ada perasaan apapun. Sepertinya itu akan jadi soal.
Tuan Besar Lazka mendengar dengan seksama cerita dan penjelasan dari Kenzi mengenai Glen. "Jadi,""Benar, Tuan Besar. Saat ini, Tuan Nath masih membujuk ibu dari Tuan Muda untuk menikah. Tapi Nona Amala terus menolaknya."Tuan Besar Lazka memanggut-manggutkan kepalanya tanda mengerti. Dia adalah orang tua yang bijak. Selama ini dia hanya mengkhawatirkan Nathan sang cucu satu-satunya yang tidak juga mau menikah dengan usia yang sudah lebih dari dewasa. Sikapnya begitu dingin dan angkuh. Sebab itu dia mengatur Perjodohan untuk Nathan. Selain Wanita yang baik dan dari keluarga terpandang, Wilan juga adalah teman baik Nathan. Tuan besar Lazka berharap jika Perjodohan mereka akan membawa kebaikan untuk cucu semata wayangnya.Tapi jika begini ceritanya, apakah dia masih akan meneruskan rencana perjodohan ini?Saat ini Tuan besar Lazka mulai berpikir, apakah sikap dingin Nathan selama ini ada kaitannya dengan jebakan yang menimpanya enam tahun yang lalu? Dia sedikit menyesal kenapa Nathan
Kenzi melirik jam. Satu jam lagi adalah waktu makan siang. Dia segera pergi ke ruangan Nathan untuk mengingatkan janjinya pada Tuan Besar."Tuan Nath." Sapa Kenzi, dia masuk tanpa disuruh dan menutup pintu dengan pelan."Bagaimana?" Tanyanya saat Nathan menoleh padanya. Nathan belum menjawab, malah mengusap wajahnya dengan kasar."Kenapa? Ada yang dikhawatirkan? Ayolah, bos. Hanya ini kesempatanmu jika ingin lepas dari perjodohan itu." Kenzi mengingatkan Nathan, tapi sebenarnya lebih kepada memberi dukungan."Bukan itu yang aku pikirkan. Kita harus meminta izin pada Amala, atau dia akan marah dan semakin sulit percaya padaku.""Itu bagus, kalau begitu hubungi saja Nona Amala." Nathan mengangguk setuju, kemudian mengambil ponselnya. Tetapi dia segera ingat jika dia tidak memiliki kontak Amala."Ada apa bos?" Tanya Kenzi karena melihat mimik kesal Bosnya."Aku tidak memiliki kontaknya.""Astaga! Kalau begitu, kita ke tempat kerjanya saja."Tanpa menjawab ucapan Kenzi, Nathan segera me
Dua orang ini sekarang sudah duduk berhadap-hadapan.Amala nampak tegang. Ada banyak rasa khawatir dan ketakutan dalam hatinya. Kemarin dia sengaja mencari informasi detail tentang Nathan Alazka beserta keluarga Alazka. Amala ingin mencari celah agar bisa melawan Nathan untuk mempersiapkan diri jika sewaktu-waktu Nathan benar-benar ingin mengambil putranya.Tetapi Amala justru menemukan fakta menyeramkan tentang keluarga ini. Sebenarnya bukan Nathan Alazka yang kuat dan ditakuti oleh banyak orang, melainkan Tuan Besar Lazka. Pemilik utama perusahaan Alazka sebelum dipimpin oleh Nathan. Dia terkenal dengan ketegasannya serta kekejamannya tanpa kenal toleransi. Dan saat ini orang itu telah duduk di hadapannya.Sementara Tuan Lazka sendiri tampak biasa-biasa saja. Meskipun di dalam hatinya, dia cukup merasa gugup untuk menjalankan rencana yang telah disusunnya sebelum wanita yang telah melahirkan putra dari cucunya ini datang.Dia terlihat menarik nafas panjang dan mengeluarkannya perla
"Menikahlah dengan ayah putramu dan berikan keluarga yang utuh untuk cicitku, baru setelah itu, aku akan mengijinkan kamu bersama dengan Glen lagi."Amala terbelalak. Permintaan macam apa ini? Apakah Tuan Lazka tidak sedang salah bicara?"Maksud anda bagaimana?" Amala terbata, dia belum sepenuhnya mengerti maksud omongan dari Tuan besar Lazka.Tuan Besar tertawa kecil, "Menikahlah dengan Nathan dan berikan keluarga lengkap untuk Glen, bukankah itu bijak?"Amala masih belum sepenuhnya percaya, menyuruhnya menikah dengan cucunya. Apa itu artinya, orang tua ini menyukainya? Atau hanya sekedar ingin mempermainkan dirinya?"Amala, jangan pikir karena aku menyuruhmu Menikahi cucuku, lalu aku menyukaimu. Aku tidak peduli kamu siapa. Aku menginginkan ini demi kebaikan Tuan Muda Glen. Karena dia, mau tidak mau telah terlahir sebagai putra mahkota keluarga Lazka, jadi aku harus melakukan yang terbaik untuk dia."Sejenak, Amala linglung. Dia mengerti jika Tuan Besar Lazka tidak mungkin menyukainy
Amala mendongak, menatap Nathan dengan kesal."Kamu pikir menikah itu untuk main-main?""Amala, dengar aku. Kita menikah saja. Kontrak selama beberapa minggu atau bulan. Asal kita sudah menikah, Kakek akan mengizinkanmu membawa Glen dari sana. Dari pada Kakek membawa Glen pergi?"Amala benar-benar pusing dengan situasi seperti ini.Dia melihat Nathan lagi. "Jika kita menikah, bagaimana dengan Wilan? Dia itu menyukaimu. Dia akan kecewa.""Sudah ku katakan, kami ini hanya berteman. Dia tidak mungkin menyukaiku.""Dia menyukaimu, Tuan Nathan!""Jangan panggil aku Tuan, aku ini ayah dari anakmu." Nathan malah marah karena Amala selalu memanggilnya Tuan."Ya, baiklah. Wilan itu menyukaimu, Nathan. Aku tahu itu. Kita tidak boleh menikah, meskipun hanya kontrak. Itu akan menyakiti hatinya.""Tapi aku tidak! Dan aku lebih mementingkan Glen, putraku, dari pada urusan yang lain." Nathan menjawab demikian, membuat Amala terdiam.Benar juga. Urusan Glen adalah nomor satu. Yang utama. Amala menden
Sesaat, pikiran Amala linglung. Satu tahun? Selama satu tahun dia tidak bisa bersama dengan putranya? Bukan, bukan seperti itu maksud dari Tuan Besar Lazka. Tapi memberi waktu selama satu tahun untuk mereka membuktikan jika bisa menjadi orang tua yang baik untuk Glen. Apa maksudnya? Amala benar-benar tidak paham."Tuan Besar, anda hanya meminta kami untuk menikah dan memberi keluarga yang lengkap untuk Glen. Kami sudah melakukan, lalu apa lagi?" Amala memberanikan diri untuk memprotes."Aku tidak mau ditipu oleh kalian." Jawab Tuan Besar, dia kemudian menoleh pada Nathan."Untuk Nathan, aku bahkan sudah rela membatalkan perjanjian Perjodohanmu dengan Keluarga Dexon. Aku tahu, kamu tidak pernah setuju dengan perjodohan itu. Tapi aku berani membatalkan demi putramu. Karena untuk menjaga perasaan putramu. Harusnya kamu berterima kasih padaku, bukan malah ingin membantu wanita ini untuk mendapatkan putranya kembali." Lalu Tuan Besar menoleh pada Amala. "Untuk kamu. Aku tahu mungkin kam
Amala tidak punya pilihan lain selain hanya patuh.Pintu dibuka seseorang dari dalam. Seorang pria dan wanita separuh baya menyambut kedatangan mereka."Tuan Nath, selamat datang. Apa ini Nyonya Amala?" Bibi Vi bertanya sambil menoleh dan menunduk hormat pada Amala."Ya. Benar Bi. Mulai sekarang kami akan tinggal disini." Jawab Nathan."Oh. Sangat senang sekali. Rumah ini akan kembali berpenghuni." Paman Robi yang menjawab.Nathan menoleh dan berbicara pada Amala. "Masuklah. Aku harus pergi ke perusahaan dulu. Mereka berdua akan membantumu." Amala hanya mengangguk, menatap punggung Nathan yang memasuki mobil dan menghilang dari pandangannya."Nyonya Amala, mari bibi antar ke kamar." Bibi Vi berkata dan memimpin Amala.Mereka berhenti di depan sebuah pintu kamar. "Ini adalah kamar Tuan Nathan. Sudah lama tidak ditempati sejak lima tahun yang lalu. Hanya sesekali dia menginap disini. Itu pun bisa satu tahun sekali. Semoga kehadiran Nyonya Amala, membuat Tuan Nathan betah tinggal di ru