Pada saat ini Nathan telah keluar. Dia melihat Amala termenung di ujung sofa."Kamu sedang memikirkan mantan tunanganmu itu ya?" Dia bertanya seperti itu.Amala menoleh dengan tatapan tidak suka. "Seperti tidak ada kerjaan saja.""Lalu kenapa termenung sampai seperti itu?" Amala terdiam, lalu menunduk. Nathan kemudian berganti pakaian. Setelah selesai baru dia mendekati Amala kembali."Amala, apa yang kamu pikirkan? Apa Khale tadi menyakitimu?" Amala mendongak, dia menatap Nathan. Pria ini, selain selalu memperlakukan dirinya dengan hangat, sepertinya juga peduli dengannya. Mungkin dia bisa sedikit curhat padanya."Aku tidak menyalahkannya, apa yang ia nilai selama ini adalah yang ia lihat. Dan itu semua karena jebakan yang sengaja di buat untuk memisahkan kami." Amala akhirnya membuka apa yang ia resahkan selama ini.Perasaan Nathan tiba-tiba tidak enak mendengar ucapan Amala seperti itu. Seperti ada rasa cemburu. Dia kemudian duduk disamping Amala."Jika dia mencintaimu dengan ba
Saat Amala memutar tubuhnya dan akan melangkah, Khale sudah berdiri menghadang di hadapannya. Dia tersenyum penuh ejekan pada Amala."Wah, Wah, Wah. Rupanya ada yang datang dengan diantar oleh sang suami tercinta."Pagi ini mood Amala sedang baik, dia tidak ingin terlibat perdebatan. Jadi dia segera menjawab, "Maaf Tuan Direktur, aku harus segera ke ruangan ku. Masih banyak pekerjaan yang perlu dikerjakan." Amala melangkah masuk tanpa mempedulikan Khale yang kesal dengan tanggapan Amala.Khale masih berdiri menatap punggung Amala yang semakin menjauh. Ada rasa tidak nyaman yang tiba-tiba muncul di hatinya. Entah kenapa, dia belum sepenuhnya percaya dengan hubungan Amala dan Nathan. Andaipun mereka saat ini adalah benar sepasang suami istri, pastinya pernikahan mereka bukanlah karena saling mencintai. Pasti itu hanya sebuah pernikahan bisnis saja. Apalagi jika mengingat saat ini Amala telah memiliki seorang putra, mana mungkin seorang Nathan Alazka mau menikahi seorang wanita yang suda
Pada saat ini, Amala menoleh pada Khale dan menatapnya dengan sangat muak."Jaga ucapanmu Khale, jika Presdir Nathan mendengar ucapanmu ini, dia tidak akan mengampunimu.""Apa? Kenapa? Bukankah benar kataku?" Khale kembali mendekat."Amala, kenapa kamu jadi murahan begini?"Hati Amala benar-benar sakit dengan ucapan Khale. "Apa katamu? Murahan?""Sayang sekali. Khale yang kukenal cukup pintar, bisa dikelabui orang hanya dengan satu kejadian yang belum tentu benar. Dan seharusnya kamu mengerti, jika semua kemalangan yang menimpaku adalah karena kesalahanmu yang teledor."Khale melotot. "Jadi kamu menyalahkan aku atas kesalahanmu sendiri? Kamu telah mengkhianati cinta kita. Aku sakit! Dan kamu menuduhku teledor?""Jelas-jelas semua itu hanya sebuah tipuan mereka untuk memisahkan kita! Kamu malah meninggalkan aku disaat aku kena masalah! Dan kamu malah menikahi wanita yang telah memisahkan kita!" Selesai bicara Amala langsung pergi, tidak memberi kesempatan untuk Khale berbicara lagi.Men
Amala tertegun. Dia hampir lupa kalau Nathalie adalah istri Khale. Jadi wajar saja jika dia kemari untuk menemui suaminya."Ah iya. Maaf, aku sedikit lelah. Jadi aku lupa. Baiklah, aku harus pulang sekarang." Amala segera ingin melanjutkan langkahnya. Tapi tangannya di cekal oleh Nathalie."Aku bertanya, kenapa kamu ada disini? Jangan katakan jika kamu menemui Khale dan berusaha untuk menggodanya! Dia itu Suamiku!"Amala menoleh, dia menarik tangannya. "Aku disini bekerja menggantikan Nona Wilan. Aku juga tidak tahu kalau suamimu ada disini! Aku bekerja untuk Perusahaan Larw atas nama Tuan Derin. Bukan Khale!" Selesai bicara Amala menyetop taksi dan pergi.Nathalie sendiri terlihat begitu kesal. Kenapa harus ada Amala di perusahaan ini? Lalu dia melangkah masuk mencari ruangan Khale.Dia bertanya pada Nura yang kebetulan lewat."Oh, anda istrinya Tuan Khale? Mari aku antar Nyonya." Nura membimbing langkah Nathalie."Ini ruangan Tuan Khale." Setelah mengantar Nathalie sampai ke depan p
Melihat Amala yang panik luar biasa, Nathan cepat keluar dengan patuh. Lalu Amala segera mengenakan ganti dengan dada yang bergemuruh hebat. Sebenarnya dia merasa lucu, mereka sudah menikah dan hidup dalam satu atap juga sudah tidur dalam satu kamar, tapi Amala masih merasa malu sekaligus canggung. Dia ingin terbiasa tapi belum bisa.Selesai berpakaian dia membuka pintu, melihat Nathan masih berdiri di luar pintu."Ayo masuk. Aku sudah selesai." Amala berkata dengan lembut. Nathan masuk, Amala sendiri mengikuti dari belakang."Maaf. Aku tadi tidak mendengar kamu pulang." Amala berkata demikian."Ah, aku yang minta maaf. Tidak mendengar kamu berada di kamar mandi.""Eh, iya. Tidak apa-apa. Aku hanya terkejut tadi." Amala menjawab, kemudian duduk di samping Nathan.Mereka terdiam cukup lama. Sampai deringan ponsel Nathan mengejutkan keduanya."Kakek." Nathan melirik pemanggil dan buru-buru mengangkatnya."Halo, Ayah." Wajah imut Glen muncul di layar ponsel Nathan bersamaan dengan suara
Nathalie langsung menghampiri Amala sebelum Amala masuk ke dalam perusahaan."Wah, Amala. Ternyata kamu sangat hebat ya? Kamu bisa merayu Presdir Alazka sehingga dia bisa sedekat itu denganmu."Amala menoleh, dia tidak ingin berdebat dengan Nathalie. "Ada apa? Katakan saja langsung. Tidak perlu ikut campur urusanku mau dekat dengan siapapun.""Sombong sekali! Aku sengaja menunggumu karena ingin memberimu pelajaran perempuan jalang yang suka menggoda suami orang!""Nathalie, cukup! Aku kesini untuk bekerja! Bukan menggoda siapa pun! Permisi." Amala ingin segera melangkah meninggalkan Nathalie, tapi tangannya dipegang oleh wanita itu."Urusan kita belum selesai."Pada saat ini Nura datang dan memanggil Amala. "Nona Amala, di dalam ada Klien yang sedang menunggumu. Mari masuk segera."Amala menoleh pada Nathalie, "Lepaskan tanganku Nathalie. Ada tamu yang sedang menungguku." Kata Amala pada Nathalie."Tidak bisa. Urusan kita belum selesai."Melihat itu, Nura tidak bisa untuk tidak berkat
Nathalie terbelalak, dia makin marah karena Khale bersikap kasar padanya di depan Amala."Khal, apa-apaan sih kamu? Kenapa membela wanita ini? Jelas-jelas dia ingin merayumu!"Lalu Nathalie menoleh pada Amala. "Kamu,""Aku tidak pernah merayu suamimu. Tanyakan sendiri padanya." Amala langsung berkata demikian sebelum Nathalie memakinya. Lalu cepat pergi dari sana.Nathalie menggeram kesal, dia menoleh pada Khale yang berjalan santai dan duduk di sofa."Khal," Nathalie mengikuti Khale."Kenapa kemari lagi? Jangan sering-sering kemari. Kamu mengganggu pekerjaanku!" Ucap Khale sedikit dengan nada tinggi."Pekerjaan? Pekerjaan apa? Berduaan dengan mantan tunanganmu yang sudah mengkhianati kamu itu?" Sindir Nathalie."Cukup! Aku sedang ada urusan dengannya! Jangan ikut campur!" "Apa kamu bilang? Tidak boleh ikut campur? Aku ini istrimu! Melihat Kalian berpegangan tangan, aku harus diam saja begitu?"Khale sangat kesal. "Kamu tidak tahu masalahnya. Jangan asal menuduh. Aku sedang merayu Am
Dalam perjalanan pulang, Nathan melirik Amala yang dari awal masuk ke mobil hanya diam saja. Wajahnya terlihat murung.Nathan berpikir, jika selama bekerja di perusahaan Larw ini, setiap hari Amala telah bertemu dengan Khale, cinta pertamanya.Dimana-mana cinta pertama itu sangat berkesan. Memikirkan itu Nathan menjadi kesal."Amala, apa kamu tidak bisa berhenti bekerja saja? Aku akan mencukupi semua kebutuhanmu."Amala yang tadi terus menatap ke luar segera menoleh. "Nathan, aku belum ingin berhenti bekerja. Ini bukan masalah uang atau penghasilan, tapi aku memang bercita-cita menjadi Desainer dari dulu. Dengan bekerja dimanapun itu, itulah kesempatanku. Dan bekerja disini adalah untuk mewakili Wilan, orang yang sudah mau menerima aku bekerja tanpa ijazah tinggi."Nathan terdiam, keinginannya untuk Amala berhenti bekerja memang terkesan egois. Amala hanya ingin mengejar cita-citanya. Sekali lagi Nathan memandangi Amala.Jika itu cita-cita Amala, kenapa dia tidak berusaha untuk memban