"Tidak tahu! Karena selama ini aku bisa mandi sendiri dan mengenakan pakaian sendiri, Setiap aku dipukul aku berusaha menutupinya. Agar mama tidak tahu. Mama selalu bertanya apakah setiap dia keluar papa Jeff pernah kasar padaku. Aku hanya bisa berbohong agar mama dan papa Jeff tidak bertengkar," jawab Chris yang masih terisak mengingat perlakuan ayahnya."Chris, Kamu bisa memilih pergi dengan mama-mu, kenapa kamu harus bertahan?" tanya Wilson."Paman, saat itu aku mengira papa Jeff adalah papa kandungku. dan aku tidak mengerti kenapa dia sangat membenciku sehingga begitu kasar padaku. Tapi, aku tetap berusaha menurut dan patuh agar papa Jeff bisa sayang padaku. Aku melihat banyak anak tetangga yang mendapatkan kasih sayang dari papa mereka. Sedangkan aku tidak pernah merasakannya. Aku tidak tahu di mana salahku. Kemudian aku baru sadar rupanya aku bukan anak kandungnya," ungkap Chris sambil mengusap air matanya."Kenapa kamu bisa tahu, kalau kamu bukan anaknya?" tanya Wilson.Sambil
Elvis menghela napas, "Ferry adalah pengacara pembela Jeff Hamilton, hari ini mendatangi kantor polisi. Sepertinya sulit untuk nona Viyone bebas. Pihak kepolisian berada di pihak Jeff." Wajah Nick memerah mendengar kabar itu, "Mereka pasti telah menyogok pihak kepolisian! Kita harus melakukan sesuatu, Bos!" Wilson menatap langit-langit, mencoba merenung sejenak sebelum mengambil keputusan. "Chris masih kecil tidak bisa menjadi saksi, penyataannya tidak akan diterima ketika polisi dan hakim dipihak brengsek itu!""Apakah Hakim juga terlibat?" tanya Nick pada Elvis."Tidak tahu! Tapi, Jeff memiliki kekuasaan sehingga mampu membuat pihak kepolisian patuh. Aku yakin dia juga mampu mempengaruhi hakim," jawab Elvis.Wilson menggenggam tinju keras-keras, wajahnya memerah dan nafasnya memburu. "Kalau hukum negara ini dikalahkan oleh kekuasaan, maka biarkan aku yang menggunakan kekuasaanku melawan kekuasaan yang dia miliki. Menyakiti ibu dari anak-anakku sama saja mencari mati," kata Wilson
Polisi itu merasa kesal dengan hinaan pengacara tersebut, dan maju menghampirinya. Ia menarik jas yang dikenakan oleh Harry dan berkata," Siapa yang kamu maksudkan berpangkat rendah?"Mark dan rekannya langsung menjauhkan kapten mereka yang sedang emosi."Kapten, Hentikan!"Mark berusaha menghentikan kaptennya."Saya bisa menuntut Anda ingin menyerang saya," kecam Harry dengan senyum sinis.Mark menghampiri Harry dan bertanya," Tuan Hernandes, Apakah Anda ingin bertemu dengan Viyone Florencia?" tanyanya."Benar! Klien saya meminta saya mengusut kasus ini hingga tuntas. Andaikan kedapatan ada yang bermain ulah di belakang. Maka, klien saya tidak akan diam dan akan muncul memberi pelajaran pada orang yang bersangkutan!" jawab Harry sambil menatap ke arah Kapten itu.Harry menemui Viyone di sebuah ruangan pertemuan yang sepi, hanya mereka berdua di dalam sana, diawasi oleh seorang petugas yang berdiri di luar ruangan. Viyone duduk di salah satu kursi dengan kedua tangannya yang diborgol,
Kapten Paul menatap Jeff dengan serius, "Jangan menganggap remeh wanita itu, Apakah kamu tidak tahu siapa kenalan dia selama dia menjadi istrimu?" tanyanya dengan nada tegas. Jeff mengernyitkan dahinya, "Paul, tugasmu adalah mencari tahu, bukan bertanya padaku. Bawa pengacara itu ke sini. Aku sanggup membayar dia berkali lipat!" perintah Jeff yang sedang kesal. Paul tersenyum sinis, "Tidak perlu membuang waktu! Hakim tahu apa yang harus dia lakukan. Atasan kami sudah mengaturnya dengan pengacaramu," jawabnya sambil mengedipkan mata seakan memberi kode rahasia. Jeff merasa gelisah, "Di mana Meliza?" tanyanya dengan nada khawatir. Paul menepuk bahu Jeff, "Dia aman saja. Lebih baik jangan bertemu dengannya dulu. Karena hubungan kalian di depan mata publik hanyalah atasan dan karyawan. Apa yang terjadi pada kalian tidak boleh ada yang tahu." ujarnya menenangkan. Jeff mengepalkan tinjunya, berusaha menahan amarah," Biarkan wanita itu menjadi tersangka yang membunuh suaminya sendiri."
Wilson menatap Viyone dengan tatapan penuh kekhawatiran, tak henti-hentinya. Dia mencemaskan kondisi wanita itu. Sementara itu, Viyone merasa sangat tertekan dan beralih pandangan ke arah pengacara suaminya, Ferry, yang berdiri di sisi lawan. Ferry menatap Viyone dengan senyuman yang sinis dan percaya diri, seolah-olah dia telah memegang kunci kemenangan dalam persidangan ini. Viyone merasa semakin putus asa, menilai peluang dirinya untuk bebas dan bisa bertemu anaknya semakin mengecil. Namun, tiba-tiba Harry, pengacara yang duduk di samping Viyone, berbisik padanya, "Jangan takut! Ada pertunjukan hebat yang harus anda lihat setelah persidangan." Viyone menoleh ke arah Harry dan mencoba tersenyum, meski masih diliputi rasa cemas. "Iya," jawabnya dengan suara parau, berusaha meyakinkan diri bahwa ada harapan untuknya. Saat persidangan berlanjut, Viyone terus berusaha untuk tetap kuat, berpegang pada kata-kata Harry. Di benaknya, dia terus mendoakan agar bisa melewati segala cobaan
Hakim Marcos berusaha bersikap tenang dan mengetuk palunya di saat situasi ruangan persidangan mulai tidak tenang."Pengacara Harry! Apakah Anda tahu apa yang Anda katakan? di mana-mana tidak ada peraturan menganti Hakim. Anda bisa dikeluarkan dari persidangan ini jika tidak mematuhi aturan!" kecam Hakim dengan nada tegas.Harry dengan tersenyum mengatakan," Saya hanya ingin melindungi klien saya dari pertanyaan yang menyakitkan. Semua pertanyaan yang dilontarkan oleh pengacara Ferry dianggap adalah kesengajaan dan tidak profesional untuk seorang pengacara. Kasus yang kita bicarakan bersangkutan dengan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh korban terhadap anak tirinya dan juga tersangka melukai korban. yang kita harus ketahui adalah penyebab semua ini terjadi. Lalu, kenapa kita harus mengungkap masa lalu yang tidak ada hubungan dengan kasus tersebut," kata Harry yang berdiri di hadapan Hakim."Apa pun alasanmu, Tidak ada pergantian hakim. Ini tidak akan terjadi. Kalau Anda masih bert
Suara keras Wilson menggema di dalam ruangan pengadilan. Semua orang, termasuk hakim, juri, dan para pengunjung, langsung memandang ke arah Wilson yang berdiri tegak di bangku hadirin dengan wajah penuh kemarahan. "Tuan, Anda siapa? Mengapa anda ikut bersuara? Apakah mengenal korban atau tersangka?" tanya Ferry dengan nada tinggi. "Tidak perlu tahu siapa aku, karena orang sepertimu tidak layak sama sekali," jawab Wilson dengan senyum mengejek yang membuat Ferry semakin merasa terhina. Ferry mengepalkan tangannya, berusaha keras menahan emosi yang memuncak. Tak lama kemudian, suasana pengadilan semakin menjadi-jadi. Para hadirin, beserta pengacara Harry dan Ferry, mulai sibuk menatap handphone mereka. Ternyata, sebuah rekaman tindakan kekerasan yang dilakukan oleh Jeff Hamilton terhadap Chris. tersebar luas di media sosial. Rekaman tersebut menampilkan Jeff yang dengan brutalnya menganiaya korban hingga tak berdaya. Wajah Ferry memucat seketika, menyadari bahwa kejadian yang dire
Pengacara Harry menerima amplop tersebut dan memberikan kepada Hakim Marcos.Hakim Marcos merasa terkejut dengan amplop yang diberikan oleh Wilson, Isi amplop tersebut berupa foto-foto. Raut wajah hakim Marcos tampak pucat dan ketakutan. Sementara itu, Pengacara Ferry dan Pengacara Harry yang sedang menatap hakim dengan penasaran, tampak terperanjat saat menyadari apa yang ada di dalam foto tersebut.Wilson tersenyum tipis melihat reaksi hakim itu. Ia pun kembali duduk di bangkunya."Yang Mulia, Kita telah memilik bukti yang kuat. Bahwa korban sebagai pelaku kekerasan beserta dia telah merekayasa cerita membohongi kita semua. Saya berharap Jeff Hamilton menerima hukuman sesuai undang-undang yang telah ditentukan," ucap Harry.Ferry berusaha menghentikan niat Harry yang ingin membebaskan Viyone Florencia, "Yang Mulia, tersangka telah melukai suami sendiri karena kecemburuannya yang berlebihan. Perbuatannya telah menghancurkan hidup seorang pria yang berhati mulia. Kini, klien saya mas