Aisyah kembali melihat kondisi kedua sahabatnya, dia melihat mereka berdua masih saja melamun, tak ada perubahan, apalagi terlihat telapak tangan Sumelika mengeluarkan darah tanpa henti gara-gara beberapa menit yang lalu Sumelika memegang ranting berduri. Khawatir, Aisyah pun langsung membawa dedaunan lalu mengikat telapak tangan Sumelika yang terus mengeluarkan darah, lama kelamaan darah Sumelika berhenti. Rindu terus melamun, apalagi Sumelika yang sekarang lamunannya semakin parah. Aisyah tak tahu harus berbuat apa, dia sendiri kebingungan melihat ini semua.
"Apa aku harus menuruti perkataannya itu? Kasihan Sumelika sama Rindu."
Di tengah kebingungannya, dalam sekejap dia mengingat perkataan Ibunya yaitu Bu Salma, sedikit kilas balik sewaktu kecil Aisyah kebingungan dengan pekerjaan rumah pelajaran matematika, Aisyah sampai-sampai menangis karena sangking pusingnya dengan musuh belajarnya ini, Bu Salma baru selesai mengajar di pesantrennya lalu mendekati Aisyah
"Sampai kapanpun kita tidak akan menuruti perkataan-perkataanmu, karena yang pasti siluman sepertimu tidak bisa dipercaya dan semuanya licik!" teriak Aisyah kepada Anapurnama."Bukti kelicikan kalian adalah kami bertiga bisa sampai kesini gara-gara salah seorang dari golonganmu!" Rindu.Baru kali ini Sumelika bergemetar, dia tak ikut beradu argumen dengan kawan-kawannya sekarang. Sumelika sekarang takut, takut dia tak bisa mengubah kutukan di masa lampau."Pasti Iis Rosmianti kan? Hehehe!! Dia memang selalu menjebak banyak orang dan membawanya kemari seperti kalian, tapi orang-orang yang dibawanya selalu gagal dan malah menjadi korban salah satu dari penunggu naaglok. Kadang menjadi korbanku, kadang menjadi korban naga hijau, sampai terkadang ada seseorang yang langsung menjadi korban di pos pertama, hehehe!!""Berarti bukan cuman kita dong yang disuruh kesini?" Aisyah ke Rindu dan Sumelika."Kamu selama ini kan satu kampung
Di depan gerbang kerajaan genderuwo. Desti dan Tania begitu heran dengan apa yang ada di hadapannya sekarang, bagaimana bisa manusia seperti mereka berdua bisa ditembus oleh seorang makhluk ghaib seperti ini? Dan makhluk ghaib itu seperti tak melihat sama sekali kehadiran Desti ataupun Tania."Kayanya kita ini tak kasat mata di alam ghaib, dan kasat mata di alam manusia. Sama seperti halnya mereka, mereka kasat mata di alam ghaib, dan tak kasat mata di alam manusia." Desti."Kayanya mulu, dari kemarin kayanya-kayanya-kayanya, jangan nebak-nebak doang, Des, gue takut banget ini, woy!" Tania, yang terus takut hingga kaki dan tangannya bergemetar sekaligus dingin."Udah ah, kita cabut aja, takutt!""Ck, ayo ikut gue aja, kita masuk ke kerajaannya sekarang, kita pasti bakalan lebih leluasa liat-liat kerajaannya kan kita enggak bakalan keliatan sama prajurit-prajurit yang ada di sana, hihi.""Ada benernya juga lo, Des, yaud
"Malika, karena ritual akan ditunda sampai lusa, kau carilah korban sebanyak-banyaknya lagi karena semakin banyak korban yang kamu dapatkan maka semakin banyak keuntungan yang akan kita dapatkan, haha." Ujar Mohini, kepada Malika yang masih dalam wujud menjadi manusia serigala hitam."Korban dari rumah sakit lagi?""Ya, kalau bisa kau culik juga anak-anak, remaja, yang ada di sekolah-sekolah, mereka semua sangat berguna.""Baiklah jikalau begitu, aku pergi dulu."Malika pergi, dia melewati Desti dan Tania, seperti tadi mereka berdua tak terlihat oleh siapapun di sana."Des, kok aneh ya. Kita manusia juga, enggak keliatan sama mereka-mereka ini, tapi manusia-manusia yang mereka culik kok bisa kelihatan ya, aneh bingits." Tania, mengungkapkan keheranannya."Tunggu dulu, nanti kita bangunin salah satu tahanan di sana, kita tanya nih, mereka semua bisa ngeliat kita berdua enggak.""Kalo enggak liat juga g-gimana?"
"Astoge, silumannya banyak, Kak?" Tania hanya bisa menganga mendengar kisah singkat Arsela yang sudah sangat berpengalaman dalam menghadapi hal-hal berbau supernatural. "Banyak banget malahan, Tan. Dimulai dari siluman ular raksasa, siluman rumah sakit, manusia berkepala 2, raja pocong, siluman duyung, dan lain-lain." Papar Arsela."Kejadiannya kapan, Kak?" tanya Desti, dia sangat tertarik dengan cerita Arsela."Tahun 2010 sampai 2011, Des. Itu tahun petualangan Kakak, beda lagi sama Kak Irene." Timpal Arsela."Sekarang kita harus kuatkan iman ya, iman kalian jangan sampai terkecoh." Pesan Arsela, kepada Desti dan juga Tania."Apa kalian siap?"Tania dan Desti saling bertatapan dengan ekspresi penuh ketakutan, Desti mengangguk kepada Tania, dia mengisyaratkan untuk siap dalam misi yang baru ini. Tania pun menunduk dengan berat hati."S-siap, Kak." Jawab Desti, terbata-bata.Tepat di jam 10 malam,
"Lho? Kok Kakek nyuruh saya mengambil itu, Kek? Bukannya tujuan Kakek kesini sama kaya kita ya? Yaitu mau keluar dari alam naaglok." Sumelika membuat Kakek misterius itu terpojok.Dia seketika terdiam seribu bahasa karena celetukan Sumelika kepadanya."Sebenarnya siapa Kakek?" tanya Sumelika, lagi."Ah, udah, Mel. Jangan begitu." Aisyah berusaha membuat Sumelika tidak emosi kepada Kakek itu."Jangan ganggu gue sekarang, Syah. Gue bener-bener curiga banget sama Kakek ini,""Maafkan saya, Nak, maafkan saya! Saya sebenarnya hanya pura-pura terjebak di sini, saya datang kemari duluan sebelum kalian semua kemari agar saya bisa bersiap-siap terlebih dahulu. Tujuan saya memang mengambil kunci emas, karena saya membutuhkan kunci itu untuk bisa membuka sebuah peti mati yang berisi jenazah anak saya, Nak, yang berada di goa serigala, dulu dia disekap karena bermain-main di sana oleh ratu serigala, hiks-hiks-hiks. Kalau saya jujur dari awal sama k
"Ssst ... sssstt ..."Ular berkepala 5 itu melirik Sumelika."Siapa kau?" tanya ular berkepala 5 dengan 5 suara pula yang bergema dan cukup mengerikan."Saya Sumelika, keturunan manusia serigala generasi terakhir, saya datang dari masa depan, tujuan saya kesini adalah untuk mengambil bisa dan kunci emas." Jawab Sumelika dengan gugup.Ular bekepala 5 tadi yang sangat santai menjadi melotot tak karuan seperti oeang yang tidak sudi melihatnya."Berani-beraninya keturunan serigala datang kemari, apalagi kau adalah manusia serigala generasi terakhir! Siapa yang menyuruhmu kemari, hah?" ular berkepala 5 itu berteriak, murka kepada Sumelika."Tadi kata Kakek itu, kalo gue nyebutin keturunan serigala bergenerasi, ular itu bakalan jinak dan langsung nurutin perkataan gue, tapi ... tapi kenapa sebaliknya?" batin Sumelika."Apa Kakek itu bohong dan cuman jebak gue doang? Ah, gue bener-bener nggak paham!" Sumelika sa
Mereka akhirnya sampai di tujuan, prajurit genderuwo itu memasuki sebuah ruangan dengan gerbang emas besar yang bermotif burung gagak. Mereka masuk kesana juga, sesampainya di sana mereka berdua melihat sebuah kamar dengan ranjang hitam berkelambu, terdapat lampu gantung mewah yang dipenuhi gagak dan juga di sana terdapat kolam dengan air hitam yang diisi dengan ular-ular yang tentunya hitam juga.Di depan ranjang itu berdiri seorang ratu dengan bulu hitam lebat, mengenakan gaun hitam dan tiara emas, dia memegang tongkat tengkorak. Ia berbalik badan, dia adalah Mohini yang mengenakan busana kerajaannya!Prajurit itu memberitahukan kepada Mohini kalau korban-korban yang Malika bawa sudah sadar semua, sontak Mohini kaget bukan kepalang. Mohini membawa botol kecil yang di dalamnya berisi serbuk merah, mungkin ia akan melakukan sesuatu pada para tahanannya di penjara."Ini adalah serbuk ajaib yang bisa membuat tahanan-tahananku itu pingsan dan tidak bisa bangu
Sumelika melirik ke arah Kakek yang masih bangkit dari tersungkur, sekarang dia nampaknya sedang berpura-pura lemah dan lemas, meminta belas kasihan Sumelika. Mereka kebingungan, Kakek ini sangat misterius dan mencurigakan, Kakek ini terlihat jahat sekali."Nak, kau s-sudah mendapatkannya. Berikan kunci itu kepada Kakek ya, Nak." Kakek itu berjalan dengan perlahan ke arah Sumelika.Sumelika menghindar dari Kakek itu, "sebenernya apa mau Kakek? Kenapa Kakek mengunci saya tadi di dalam? Kakek mau mencelakakan saya, iya?" Sumelika begitu marah, bagaimana tidak? Perilaku Kakek ini sangat egois."Kakek bisa menjelaskan semuanya, Nak. Kalian jangan salah paham sama Kakek, Kakek berbuat seperti itu kar--" belum menyelesaikan pembicaraannya, Rindu memotong perkataan Kakek tersebut tanpa rasa tak enak lagi."Karena Kakek mau membuat Sumelika meninggal di dalam sana? Kakek, jujur saja! Kakek ini siapa? Kakek kenapa datang kami semua? Kami tidak mengenal Kakek