Perkataan Vita yang menginginkan Wijaya mengurus semua urusan perusahaan sedikit terbebani karena memang selama ini mereka saling berbagi mengenai permasalahan perusahaan dan sekarang karena Hadinata akhirnya mundur, Vita mengangguk berkali – kali menandakan apa yang dikatakan benar adanya. Wijaya menghembuskan nafas mendengar perkataan Vita dengan sementara menganggap bahwa wanita ini hanya bercanda tidak lebih tapi melihat ekspresi wajah Vita tampak sangat serius.
“Aku ingin fokus pada anak – anak begitu juga dengan Mira” Vita menatap Wijaya yang masih terdiam “penilaian kamu dalam bisnis selalu tepat jadi pastinya perusahaan kita semua akan berkembang pesat.”
Wijaya menghembuskan nafas pelan “tapi tetap aku membutuhkan kamu dalam menilai sesuatu.”
Vita mengangguk pelan “aku akan membantu tapi dari belakang, ingatlah satu hal bahwa aku akan selalu ada untukmu kapan dan dimana pun.”
Wijaya hanya
Memandang Wijaya dengan tatapan penuh tanda tanya, sedangkan Wijaya sendiri memikirkan apa yang dilakukannya kali ini nanti benar atau tidak serta bagaimana dampaknya kedepan untuk keluarga kecilnya. Felix mengatakan lebih baik jujur sekarang daripada terlambat dan itu yang dilakukan ayahnya, meski setelah itu tidak bisa bertemu kembali dengan wanita itu serta anaknya bahkan anak itu tidak masuk dalam warisan apa pun yang Felix miliki karena semua jatuh ke Wijaya. Sentuhan lembut di tangan membuat Wijaya menatap Vita yang saat ini masih setia menunggu kata – katanya dan sepertinya sudah waktunya untuk Wijaya terbuka setelah sebelumnya melakukan pada Austin sahabatnya. “Jika aku selingkuh apa yang kamu lakukan?” Vita terkejut dengan pertanyaan tiba – tiba Wijaya “aku ingin tahu kalau kamu tahu aku selingkuh langkah apa yang kamu lakukan?.” Vita tersenyum “jika itu aku, bagaimana dengan kamu?.” Wijaya menatap tajam pada Vita “aku bertanya kenapa malah kamu yang
Terkejut dengan perkataan Vita karena bagaimana bisa mengetahui tentang masalah Helena dan Via padahal dirinya tidak memberitahu langsung atau teman – temannya sudah mengatakan sebenarnya pada Vita yang tidak Wijaya ketahui tapi rasanya tidak mungkin karena mereka bukan type orang yang ikut campur urusan yang bukan urusannya. Vita tersenyum menatap Wijaya sambil membelai wajahnya pelan, membuat Wijaya membeku atas apa yang Vita lakukan karena selama ini mereka tidak pernah melakukan hal seperti ini. “Aku tahu bukan dari teman – teman jadi jangan berpikir kearah mereka” Wijaya terkejut dengan tebakan Vita “aku memang tidak mencintai kamu atau hidup denganmu tidak membuat aku jatuh cinta meski banyak wanita tergila – gila denganmu.” “Lalu bagaimana kamu bisa tahu?.” “Helena adalah buktinya sampai bertahan hingga melahirkan Via” Wijaya membeku menatap Vita “wajah Via memang dominan adalah kamu tapi jika diamati secara dalam akan terlihat seperti Helena meski sek
Kehidupan mereka mulai berubah secara perlahan dimana komunikasi terjalin diantara mereka berdua, meski sebelumnya sudah saling komunikasi tapi tidak dengan hal pribadi. Wijaya mulai belajar untuk berbicara apa pun yang terjadi termasuk dengan Vita dan karena hanya dirumah yang Vita ceritakan tidak lain adalah anak – anak bukan hal lain, atau terkadang bercerita tentang Mira dengan Tina dimana sang putri sudah mulai tampak pintar. Ponsel Wijaya berbunyi saat sedang memimpin rapat dengan anak buahnya, menatap layar dimana nama yang tertera adalah rumah. Wijaya meminta waktu dengan mengangkat ponselnya karena takut terjadi sesuatu dengan Vita dan anak – anak, suara pertama yang Wijaya dengar adalah suara tangis Vita dimana membuat Wijaya sedikit takut dan setelah Vita mengatakan sesuatu dengan segera meminta Muklis mengatur ulang jadwal rapat dan Wijaya langsung melangkah ke tempat parkir dimana tujuan utama adalah rumah sakit. “Bagaimana bisa terjadi?” Wijaya menatap
Kembali kerumah dengan keadaan lelah meninggalkan Mira dengan Yuta karena hanya dia yang tidak memiliki keluarga kecil, Wijaya masuk kedalam dimana Vita tampak sabar merawat ketiga anak. Melihat pemandangan dihadapannya seakan Wijaya menjadi sosok jahat dengan berselingkuh dibelakang Vita dan karena kejadian ini Wijaya sudah berjanji untuk tidak lagi melakukan kesalahan seperti sebelumnya, memilih untuk membersihkan diri sebelum bergabung bersama mereka. Mendatangi mereka bertiga saat selesai membersihkan diri membuat Vita memandang kearahnya dengan memberikan senyuman terbaiknya diikuti suara teriakan Devan memanggil dirinya, dengan segera Wijaya mengangkat Devan dengan mencium seluruh wajah membuat Devan tertawa keras dan berhasil juga membuat kedua perempuan menatap iri. Tidak ingin merasa pilih kasih dimana Wijaya melakukan hal yang sama pada Tina dan juga Via meski sebenarnya Via belum terlalu mengerti, salah satu kebiasaan Vita adalah tidak berbicara depan anak – anak
Kabar baik mengenai Regan datang saat berhasil melewati semuanya, wajah Mira kembali seperti sebelumnya. Keluarga Regan tidak ada yang tahu mengenai kondisi dirinya karena mereka kompak mengatakan jika keluar kota mengurus bisnis yang lain dan mereka mempercayai, Regan sudah kembali bersama keluarganya dirumah dimana saat ini mereka semua berkumpul dirumah Regan untuk mengadakan syukuran kecil. Sesuatu yang aneh terjadi pada Austin dimana sang istri tidak terlihat sama sekali, sebenarnya Wijaya sedikit penasaran mengenai keadaan Austin tapi memori masa lalu membuat Wijaya tidak terlalu terlibat dalam urusan rumah tangga sahabatnya.“Kamu harus segera menikah Yuta agar bisa seperti kita” perkataan Regan membuat semua menatapnya namun Yuta hanya tersenyum “kamu mau jadi perjaka tua?.”“Menikah dengan wanita yang tepat itu keinginanku.”“Febri kurang baik apa lagi?” semua memandang Yuta penuh selidik saat Vita menyebu
Pembicaraan mengenai masalah Hadi dimana sampai detik ini belum bisa terjawab sama sekali, membuat mereka berempat hanya diam tidak tahu akan berkata seperti bagaimana. Wijaya sendiri belum mendapatkan informasi apa pun dari Bobby mengenai Hadi ini, disaat seperti ini beberapa kali Wijaya sedikit curiga dengan Bobby yang akan berbeda arah dengannya.“Bobby sendiri mengatakan belum mendapatkan informasi apa pun” Wijaya menatap Austin ingin tahu kebenarannya karena sepertinya Bobby memberi kabar “terakhir hubungan adalah beberapa hari lalu dan sekarang belum mendapatkan berita apa pun sama sekali.”Wijaya sendiri sedikit penasaran dengan apa yang terjadi dan berencana menemui Bobby esok hari jika waktunya sedikit luang, satu persatu sahabatnya pulang meninggalkan Wijaya dengan Vita serta anak – anak. Mengambil alih Via yang masih terjaga karena Devan tampaknya sudah terlalu lelah dan tertidur dikamarnya sendiri, Devan sendiri jarang menempat
Bertemu dengan Bobby di ruang kerjanya dengan saling menatap satu sama lain, tidak lama Bobby mengeluarkan beberapa lembar foto membuat Wijaya menatap foto tersebut dimana terdapat Nina serta pria yang tidak tahu itu siapa. Wijaya menatap Bobby untuk bertanya mengenai pria yang ada dalam foto tersebut, Bobby hanya diam seakan meminta Wijaya untuk mengingat semua kenangan yang dimilikinya.“Sonny teman kalian putih abu – abu dan menyukai Vita tapi sayang tidak sepantaran sehingga mundur dan Hadi adalah orang yang mencintai Helena dengan sangat dalam” Wijaya mencoba mengingat nama Sonny “Nina adalah adik kandung Sonny.”Wijaya membeku mendengarnya “mereka merencanakan ini semua?” Bobby mengangguk pelan “lantas apa yang mereka lakukan?” Bobby mengangkat bahu membuat Wijaya terdiam.“Aku sudah tidak bisa membantu dalam karena ini sudah berhubungan dengan masa lalu dan satu lagi adalah Nina ini mantan
Kedua pria menatap Yuta dengan berbeda ekspresi dimana sebenarnya Wijaya baru mengetahui fakta ini, tidak ada yang tahu atau hanya dirinya saja yang tidak tahu mengenai masalah tersebut. Mencoba mengingat masa lalu tapi sayangnya tidak ditemukan sama sekali kenangan tentang hal itu dan kapan Sonny pernah mengatakan bahwa menyukai Vita, sepertinya nanti saat dirumah akan bertanya lebih pada Vita.“Jadi begitu, saran aku berhati – hatilah karena sepertinya mereka tidak akan melakukan saat ini ya setidaknya kalian bisa tenang tapi bukan berarti kalian tidak menyiapkan senjata” Bobby berdiri “sesuai perkataanku tadi dimana orang – orang yang bersamaku selama ini akan menemani kamu dan keluarga serta teman – teman yang lain, nanti kalau ada waktu aku kabari lagi.”Wijaya, Austin dan Yuta bersalaman dengan Bobby dimana tidak lama kemudian meninggalkan tempat makan mereka, Yuta menepuk bahu Wijaya pelan agar mereka juga keluar dari te