Antara Aku, Suami, dan Maduku – 56“Kamu pasti tahu kan bahwa Alysa seperti itu? Tapi kenapa Esha, kenapa kamu tidak mengatakan hal ini pada mama? Apa … apa kepergian Bram gara – gara Alysa? Tapi, rasanya tidak mungkin. Tidak mungkin Alysa berani berbuat seperti ini. argh!!!! Kepalaku semakin sakit jika harus memikirkan akan hal ini,” ujar mama Lidya.Perlahan namun pasti, mama Lidya semakin intens dan bertambah kuat menekan – nekan pelipisnya sendiri. Dan memang, mama Lidya nampak lemas dan hampir terjatuh begitu saja di lantai.Mengetahui akan hal itu, tentu saja Esha secara sigap segera menangkap kepala mama Lidya yang hampir tersungkur. “Oh!? Mama !!” pekik Esha segera memasang tubuhnya untuk menyelamatkan mama Lidya yang tak kuasa mnahan rasa sakitnya. Sembari tertatih – tatih berjalan menuju ke kamar sembari membawa mama Lidya masuk, Esha lantas melamunkan hal – hal yang membuatnya semakin bingung karena tidak masuk akal, termasuk bagaimana bisa mas Bram pergi tanpa memberi kab
ANTARA SUAMI, AKU, DAN MADUKU – 57“Alysa!! Dimana kamu! Keluarlah … aku tahu kamu di dalaam sana. Keluar atau aku akan membuka rumah kamu secara paksa!” ujar Esha dengan nada bicara yang terdengar semakin tinggi pada setiap intonasi katanya.“Alysaa!!!”Dor! Dor!! Dor!“Alysa!!” teriak Esha sekali lagi. Ah tidak, bukan hanya sekali. Namun berkali – kali. Sampai – sampai, rasanya urat leher Esha hampir putus karena ulahnya sendiri. Esha tidak bisa begini terus. Ia sudah berulang kali memanggil – manggil nama Alysa, juga sudah berulang kali menghubungi ponsel Alysa. Alhasil, Esha mencari jalan apapun itu agar bisa masuk ke dalam rumah Alysa. Namun baru ssaja Esha hendak membuka paksa pintu rumah Alysa, sebuah mobil putih dengan nomor polisi B 2306 VV masuk ke dalam pekarangan rumah Alysa. Dan tentu saja hal ini membuat tindakan Esha menjadi terhenti seketika. Esha menatap ke arah sorot lampu mobil tersebut dan memperhatikan dengan jelas siapa gerangan pemilik mobil tersebut.Tidak
Antara Aku, Suami, dan Maduku – 58DrtDrt“Itu pasti Alysa kan?” ujar laki – laki itu.Esha tidak menjawab. ia hanya memberikan sinyal isyarat dengan gerakan kedua alisnya bahwa ia sama terkejutnya dengan si laki – laki itu. Maka dengan segera mereka cepat bergerak menuju ke sumber suara. Dan benar saja, keduanya menemukan Alysa lengkap dengan tumpukan botol – botol yang berserakan di sekitar tubuhnya.Aroma alkohol begitu menguak hebat selagi Esha dan laki – laki itu mencoba datang untuk mendekat. Benar – benar seperti sebuah kapal pecah yang yang berpindah ke dalam sebuah bilik kamar sempit berukuran 6 m x 6 m tersebut.“Argh, Alysa benar – benar sialan!” teriak laki – laki itu merasa kesal sembari mengibaskan tangannya ke depan wajahnya seolah ia berusaha untuk menghilangkan bau alkohol yang menyeruak hebat dari dalam kamar Alysa.Sebab merasa penasaran, Esha mencoba untuk mendekati tubuh Alysa yang terbaring tak sadarkan diri. Namun tangan kekar laki – laki itu mencoba menghalan
Antara Aku, Suami, dan Maduku – 59“Jadi benar bahwa siapa yang menghubungi ponsel Alysa tadi adalah Bram?” ujar laki – laki itu, ditambah dengan senyum tipisnya yang memiliki banyak arti yang berbeda.Esha yang semula hampir melangkah pergi, lantas menahan kakinya dan diam berdiri di sisi pintu keluar kamar Alysa. Posisi tubuh Esha, sudah menghadap ke arah laki – laki tersebut.“Siapa kamu sebenarnya? Dan bagaimana kamu tahu persis tentang keluargaku?” tanya Esha.“Tidak. Aku tidak tahu banyak soal kalian. Aku hanya orang lama yang sakit hati dengan kalian. Dan aku sudah bilang kan, bahwa Alysa memiliki hutang denganku sehingga ia harus membayar semuanya termasuk dengan rumah ini.” laki – laki itu menjelaskan dengan begitu santai.Esha mungkin mengerti, tapi ia tak terlalu paham hutang apa yang dimaksud oleh laki – laki itu.“Hutang apa?” tanya Esha penuh dengan rasa penasaran.“Hutang janin antara aku dan Alysa yang pernah kami nantikan bersama,” jawab laki – laki dengan suara yang
ANTARA AKU, SUAMI, DAN MADUKU – 60“Ba – bagaimana, bisa?? Laki – laki itu?” ujar Esha yang masih tidak mengerti dengan apa yang kini ia lihat di hadapannya.Rupanya benar, Esha benar – benar mengenali siapa pria itu. Dia adalah orang yang sedang Esha cari. Dia adalah Bram. suami Esha sendiri. Tepat di depan matanya, Bram dibonceng oleh seseorang yang entah siapa. mereka terlihat begitu tergesa – gesa meninggalkan tempat ini sampai beberapa kali mereka harus di teriaki dan di klakson oleh beberapa orang pengendara mobil lainnya. “Mau kemana dia? Apakah mas Bram tahu kalau ini aku?” pikir Esha yang masih berbicara dengan dirinya sendiri.Tapi kalau dipikir – pikir, tidak mungkin rasanya Bram tidak tahu Esha. Meskipun dengan tumpukan mobil yang saling berjejer seperti ikan asin di tengah lautan jalan raya seperti itu, seharusnya Bram masih tetap tahu dimana Esha dan mobil yang sedang dikenakan oleh istrinya. Tidak mungkin Bram tidak tahu.Begitulah kiranya apa yang masih tersimpan di d
Antara Aku, Suami, dan Maduku – 61“Kamu jangan khawatir, aku bisa jaga rahasia kok. lagi pula, memang sudah sewajarnya aku bantu kamu. Karena memang sejak awal, dokter Luis sudah menitipkan kamu padaku.” Dokter Haris menatap Esha dengan tatapannya yang sendu.Esha menarik kedua alisnya ke atas seolah tak percaya dengan apa yang ia dengar sebelumnya. “Hum? Maksutnya, dok?”Senyum dokter Haris mengembang. Tak terlalu tinggi, namun cukup berhasil membuat Esha mulai merasakan detakan yang semakin cepat di dalam peredaran darahnya. Masih dengan ciri khasnya yang manis sembari menggenggam kedua bahu Esha, dokter Haris lantas mengatakan sesuatu dengan lirih. “Nanti saja. aku bisa ceritakan itu dengan lebar. Sekarang, kita cari Bram dulu. Bagaimana?” Mendapatkan perlakuan seperti itu, tentu saja Esha semakin tidak karuan. Perasaannya mulai kacau dan menjadi – jadi. Esha malu, kikuk, canggung, ingin tahu tapi tak bisa berbuat banyak. Yang ada, Esha hanya bisa diam menahan napasnya agar tak
ANTARA AKU, SUAMI, DAN MADUKU – 62“Hmmph. Perempuan..” “Dokter mau bilang saya tidak bisa baca google maps, begitu kan?” sergah Esha dengan rasa kesalnya. Bukan kesal, lebih tepatnya Esha tak suka dengan sikap dokter Haris yang nampak jengkel karena ulah Esha. Padahal, Esha benar – benar tidak sengaja melakukan itu. “Eh?” dokter Haris meringis pahit kala secara tak sengaja telinga Esha rupanya menangkap jelas apa yang dokter Haris keluhkan itu.“Um, bukan … bukan begitu maksut saya,” bela dokter Haris persis seperti seorang pencuri yang tidak bisa berkutik.“Lantas?” sambung Esha lagi seolah – olah ia tidak tahu. Padahal, Esha juga sangat tahu kemana arah kekesalan dokter Haris tadi sampai harus melengkuh seperti itu.“Tidak mengapa. Fokus saja, ini kita kembali bertemu persimpangan. Setelahnya kemana?” balas doketr Haris yang masih sangat sibuk melihat ke kanan dan ke kiri memperhatikan sekeliling. Khawatir ada sesuatu di sekitar mobilnya. dan yang jelas, dokter Haris sedang mema
Antara Aku, Suami, dan Maduku – 63“Apa nggak lebih baik kalau kamu segera menghubungi Ibu Lidya sekarang?” “Nggak, dok. Saya nggak bisa bilang sekarang. saya harus temukan mas Bram lebih dulu baru saya akan bilang. lagipula, kalau dipikir – pikir, bagaimana mungkin kita tidak bisa menemukan seorang Bram dalam satu kota yang sama seperti ini. aneh kan?” Esha menolak dengan tegas meski dokter Haris memintanya beberapa kali untuk menghubungi mama mertuanya itu. alasan Esha memang tegas, dan menurutnya memang logis bahwa terasa aneh jika saja Bram ada di satu daerah yang sama, semestinya sudah lebih cepat di temukan. Peristiwa kabur – kaburan ini tidak akan berhasil kalau memang tidak ada yang membantu Bram untuk bersembunyi. Atau justru … sebentar lagi Bram akan berniat untuk pergi lebih jauh dari jangkauan Esha. Esha benar – benar tidak akan bisa membiarkannya. Esha harus bergerak cepat. cepat untuk menemukan Bram dan meminta klarifikasi suaminya itu dengan sejelas – jelasnya.“Iya