Aksa sedang berada di kantornya saat ini. Pembicaraannya dengan Farrel tadi pagi membuat dia harus mengantisipasi apa yang direncanakan oleh bibinya.
Dia memanggil Vino, sekretarisnya yang baru untuk segera memanggil jajaran tertinggi di perusahaan karena Aksa menginginkan rapat dadakan setengah jam dari sekarang.
Vino pun mengiyakan dan segera melakukan perintah Aksa. Setelah kepergian Vino, Aksa menghela nafas kasar. Dia menyenderkan badannya dan memejamkan matanya.
Dia harus segera menyingkirkan parasit itu dari kehidupannya atau kedepannya akan menjadi wabah bagi dirinya. Hah, andai saja dulu dia tidak menerima kedatangan orang tua itu. Pasti semua ini tak perlu terjadi, pikirnya.
Aksa berjalan ke ruang rapat. Wajah tegas dan dingin itu selalu tertampang di wajahnya. Mungkin orang yang belum mengenal Aksa akan melihat Aksa adalah orang yang dingin, jarang bicara dan kejam. Tapi hal itu malah membuat sebagian karyawan wanitanya sering curi-curi pandang kep
Sudah tiga minggu Aksa sibuk dengan permasalahannya di perusahaan. Bibinya itu benar-benar membuat kondisi perusahaannya menjadi dwon kemaren. Sehingga Aksa harus berusaha lebih keras lagi untuk menstabilkan perusahaannya.Karena sudah tidak ada hal yang penting yang harus ditanganinya. Mungkin liburan akan menghilangkan penatnya dari bekerja. Ya, dia akan mengajak Leta dan Kyra liburan. Sudah lama dia tak mengunjungi villanya yang ada di kota sebelah yang berada di dekat pantai. Bagaimana jika dia membuat kejutan untuk Leta.Aksa sudah mengurus berkas-berkasnya. Hanya menunggu untuk sidang perceraiannya. Dia akan memerlukan beberapa orang untuk membuat kejutan ini, dan dia putuskan untuk mengajak paman Gandhi sekeluarga.Dia tersenyum dengan apa yang direncanakannya. Dia segera menyelesaikan pekerjaannya sehingga dia bisa pulang lebih cepat.Malam ini Aksa menyuruh bi Prima dan paman Gandhi untuk datang ke ruangannya bersama Farrel. Setelah mereka semua berk
Aletha terbangun karena suara berisik di sebelahnya. Saat dia membuka matanya dia melihat Kyra dan Aksa sedang bermain di sampingnya, dqn yang membuat Leta kaget dan langsung tertawa adalah wajah Aksa yang banyak coretan putih. Apa itu bedak? pikir Leta.“Hahaha, kakak lihatlah. Papa selalu kalah bermain dengan Kyra,” ucap Kyra yang melihat Leta terbangun dan tertawa.Aksa yang melihat dua orang di depannya ini tertawa pun berlagak kesal. “Hei, Papa hanya sedang mengalah bukan karena kalah.” ucapnya.“Itu sama saja Papa,” kata Kyra tetap kekeuh.Leta akhirnya ikut duduk di ranjang bersama mereka, dia mengambil Kyra lalu memangkunya. “Memangnya apa yang kalian mainkan? Kenapa tidak mengajak kakak?" kata Leta bertanya pada Kyra.“Papa mengajak main batu gunting kertas, apa kakak mau ikut?” tanya Kyra balik.“Boleh, tapi nanti setelah kita ke pantai. Kita akan bermain ke pantai terlebih dulu,” ucap Leta tersenyum kepada Aksa. Bangun dari tidurnya tad
Aletha menggeliat geli ketika salah satu pegawai spa menggosok kakinya untuk memulai proses pedicure. Dia yang belum pernah melakukan ini tentu saja hal itu membuatnya geli.Saat ini Aletha sedang berada di salon. Menjalani spa lengkap sendirian dan tanpa teman. Tadi pagi Aksa berpamitan untuk pergi karena ada urusan pekerjaan mendadak yang kebetulan dekat dari sini. Leta pun memakluminya. Tapi saat dia tadi sedang bermain dengan Kyra, Farrel menjemputnya dan mengantarkannya di salon. Katanya Aksa akan membawanya ke pesta nanti malam.Tentu saja dia merasa gugup, dia tidak pernah pergi ke pesta. Bagaimana jika nanti dia akan mempermalukan Aksa. Huh.. Leta menghela nafas pelan. Kenapa juga Aksa tidak memberitahukannya langsung, bahkan dia sekarang sendirian di sini karena Farrel meninggalkannya dan berkata akan menjemputnya setelah selesai.Setelah pelayan tadi menyelesaikan pedicure, sekarang Leta disuruh mengganti bajunya dengan kain karena dia akan di pijat. Leta
Wkwkwkwkw, author ngenes dan merasa tersiksa nulis cerita kaya gini. But, buat para readers harap bijak memilah sebuah cerita. Author pada kalian💋💋**Semua tamu dadakan yang datang ke pesta itu satu-persatu mulai berpamitan, hanya tinggal beberapa orang lagi yang tersisa.Leta duduk, sesekali dia memijat tumitnya karena kakinya merasa pegal memakai high-heels terlalu lama.Kyra dan bibinya sudah pamit untuk kembali ke villa beserta pamannya dan penjaga villa, tak lupa Rossa juga.Aksa sedang berbicara dengan koleganya ketika melihat Leta duduk, wajahnya menyerngit tatkala melihat Leta membungkuk memijat kakinya. Aksa lalu berpamitan pada tamunya dan menghampiri Leta yang duduk bersama Farrel. Farrel yang melihat tuannya sudah datang langsung berpamitan pergi."Apa kau lelah?" tanya Aksa berdiri di hadapan Aletha.Leta yang mendengar suara Aksa mendongakkan kepalanya, hanya mengangguk dengan pertanyaan Aksa. Wajahnya terlihat sayu, benar-b
Jelita langsung pergi ke rumah sakit ketika pihak rumah sakit mengabarkan anaknya tadi sempat sadar. Dia tidak percaya, akhirnya apa yang selama ini diharapkannya terkabul.Dia masuk ke lorong rumah sakit, menelusuri jalan sampai dia ada di ruangan kamar putrinya. Dari kaca yang terpasang di pintu, Jelita masih melihat dokter di dalam sedang memeriksa.Dia melihat suster melepaskan alat-alat di tubuh anaknya. Apa yang terjadi, pikirnya. Bukankah tadi suster mengatakan bahwa anaknya sempat sadar, tapi kenapa sekarang begitu.. Tidak, tidak mungkin anaknya sudah tiada.Jelita panik dengan pemikirannya sendiri, dia ingin masuk tapi itu malah membuat keributan nantinya, akhirnya dia menunggu di depan ruangan itu, berjalan mondar-mandir sambil berdoa semoga apa yang dipikirkannya itu tidak terjadi.Jelita mengalihkan pandangannya ketika seorang suster keluar dari ruangan, dia segera mendekati suster itu."Bagaimana?" tanyanya."Silakan masuk Nyonya, dok
Jelita pulang ke rumah, tadi dia meminta salah satu suster untuk berjaga di kamar Zeline. Dia akan kembali esok hari. 2 hari berada di rumah sakit membuatnya lelah.Saat Jelita sampai di rumah, dia melihat para pembantu yang sedang berlibur kemarin sudah pulang. Dia langsung bergegas masuk, berjalan ke kamar Kyra tapi dia hanya melihat Kyra yang sudah tertidur. Dia juga berjalan ke lantai atas, tapi ternyata kamar dan ruangan Aksa masih terkunci.Jelita memutuskan untuk membersihkan diri dulu sebelum nanti dia akan menemui Aksa. Dia harus menyampaikan kabar gembira ini. Tapi karena dia kelelahan, dia malah tertidur setelah mandi.Seperti biasa, Jelita akan sarapan pas jam 7 pagi. Dia keluar dari kamarnya dan menuju ke ruang makan. Sudah 3 hari ini yang memasak adalah Yuni, tapi sekarang Jelita sudah melihat Prima yang memasak dan menyiapkan sarapannya. Dia melihat Kyra yang makan didampingi oleh Rossa.Jelita memakan sarapannya dalam diam, daritadi dia menung
Hanya 2 jam Aksa dan Leta sudah sampai di rumah. Aksa menghentikan mobilnya di depan pintu, membukanya dan keluar dari mobil. Tak lupa menunggu Leta keluar dari mobil. Aksa menggandeng tangan Leta untuk masuk, menyuruh Leta untuk duduk di ruang tamu."Bibi," teriak Aksa.Suaranya yang lantang membuat orang-orang yang tadinya di dapur langsung berjalan ke arahnya."Lho, kok sudah pulang?" tanya Bi Prima heran, karena setaunya mereka akan pulang di hari minggu."Bi, di mana Kyra." tanya Aksa tak menjawab pertanyaan bi Prima.Bi Prima menoleh ke arah Rossa yang berada di sampingnya. Karena setaunya tadi Kyra bersama dengan Rossa."Nona Kyra tadi diajak nyonya Jelita membeli ice cream Tuan," jawab Rossa."Astaga, apa kau tahu apa yang dilakukan orang tua itu," ucap Aksa berteriak. Memegang kepala dengan salah satu tangannya. Dia berjalan mundur dan terduduk di sofa.Bi Prima dan Rossa bingung kenapa dengan tuannya. Tiba-tiba Farrel masuk d
Jelita pergi ke rumah sakit setelah dari cafe, bertemu Aksa tadi. Dia yakin, pasti Aksa akan menuruti keinginannya. Sebenarnya video tadi hanyalah sebuah rekayasa. Jelita tak mungkin melukai cucunya sendiri, dia sengaja berbohong pada Kyra untuk bermain penculik dan polisi. Ternyata Kyra menyetujui dan menuruti permintaan omanya bahkan Kyra sangat bersemangat bermain karena banyak teman sabayanya tadi.Jelita masuk ke dalam ruangan Zeline. Ternyata di sana juga ada dokter Rendi."Dokter," ucap Jelita dari arah pintu."Nyonya, syukurlah anda datang cepat. Nona Zeline sadar kembali." ucap dokter Rendi.Jelita berjalan cepat, dia mendekat ke arah ranjang dan melihat Zeline yang membuka mata. Dia mengelus kepala Zeline.Zeline menggerakkan kepalanya, sangat pelan karena dia merasa seluruh tubuhnya kaku."Ma..ma.." ucapnya, suaranya terbata-bata."Ya Zeline, mama di sini. Apa masih sakit?" tanya Jelita.Zeline mengangguk, dia ingin bertanya ta