Aska baru saja selesai mandi. Saat ini dia sedang duduk santai di balkon kamarnya. Menikmati matahari sore yang mulai menghangat, bahkan sinarnya perlahan menghilang di balik pepohonan.
Dia tersenyum ketika teringat kejadian tadi, entah kenapa sejak dia bertemu Leta dia sering memikirkannya. Tangis Leta yang seperti terlihat sangat rapuh. Senyuman Leta yang begitu manis, bahkan kepolosan Leta saat tertidur tadi menghantui pikiran Aksa.
Tak mau memikirkannya lagi, akhirnya Aksa beranjak dari duduknya. Berjalan keluar kamar lalu menuruni tangga hendak ke kamar putrinya.
Aksa membuka pintu perlahan dan ternyata pemandangan saat tadi Aksa ke sini masih terlihat. Putrinya masih tertidur dengan Leta.
Karena hari sudah sore, Aksa terpaksa membangunkan putrinya. Dia berniat mengajak putrinya untuk jalan-jalan malam ini.
Dia duduk perlahan di samping ranjang kosong sebelah putrinya itu, mengusap perlahan kepala putrinya berusaha membangunkannya.
"Kyra, ban
Hari ini Leta tengah menemani Kyra belajar. Ternyata selama 3 kali dalam seminggu akan datang seorang guru ke sini untuk mengajari Kyra.Aksa sengaja tak menyekolahkan Kyra ke tempat umum karena tak ada yang menjaga Kyra. Saat pendaftaran sekolah kemarin Kyra belum memiliki baby sitter, akibatnya Aksa menyuruh Kyra Home Schooling untuk sementara.Leta senantiasa menemani Kyra, bahkan saat Kyra ngambek tidak ingin belajar Leta bisa membujuknya. Dan di sinilah mereka, berada di taman rumah ini. Karena Kyra tidak ingin belajar di dalam.Melihat Kyra yang mendapat semangat kembali untuk belajar, Aletha meninggalkan mereka. Berjalan menuju dapur hendak membuatkan jus agar Kyra merasa segar.Di dapur sedang sepi, mungkin bibinya sedang mengerjakan pekerjaan yang lain. Leta bergerak membuka tempat penyimpanan. Mencari jeruk dan segera membuatnya menjadi minuman. Ditambah dengan potongan-potongan kecil es batu.Leta kembali ke tempat tadi sambil membawa nampan
Dokter keluar dari ruangan UGD dan langsung disambut Aksa. "Bagaimana, apa lukanya parah? Apa terkena infeksi?" tanya Aksa.Dokter itu tersenyum memandang Aksa. "Tidak apa-apa Tuan, lukanya sudah kami jahit. Meskipun sedikit telat ditangani tapi tidak membuat itu infeksi. Tapi tadi lukanya membengkak, jadi tolong jangan dibiarkan beraktifitas yang berat dulu," ucap dokter itu lalu pamit dan pergi meninggalkan Aksa.Aksa mengangguk, dia akan menyuruh Leta untuk tidak mengurusi Kyra sementara. Dia menoleh ketika pintu itu terbuka kembali dan melihat Leta berjalan keluar. Tangannya tidak diperban melingkar seperti tadi, tapi hanya tertutup pada bagian yang dijahit saja."Apa masih sakit?" tanya Aksa berjalan mendekati Leta."Tidak, dokter memberikan obat bius pada tanganku tadi. Mungkin nanti malam akan terasa ngilu," ucap Leta meringis membayangkan betapa sakit lukanya nanti jika bius itu menghilang.Aksa yang melihat itu menjadi iba pada Leta. "Ayo, kita
Leta menyentuh bibirnya. Dia masih teringat dengan ciuman Aksa tadi, membuat dia tersenyum sendiri. Bahkan saat mengingatnya wajahnya bersemu merah. Dia menguburkan wajahnya di bantal. Entah mengapa jantungnya berdetak kencang.Tapi Leta juga sedih, dia tidak bisa memberikan jawaban pada Aksa. Karena jika dipikir, Aletha tak pantas bersanding dengan Aksa. Lelaki berpendidikan tinggi, punya usaha di mana-mana, rumah yang super besar dan ketampanan yang luar biasa.Sedangkan Leta? Dia hanyalah perempuan yang tak punya apa-apa, dia bahkan bekerja sebagai baby sitter, dia merasa tak pantas dicintai oleh Aksa. Tapi hati tak bisa berbohong, jauh di lubuk hatinya, Leta juga mempunyai perasaan kepada Aksa.Semakin memikirkannya semakin membuatnya sedih, dia mencoba melupakan. Selamanya dia tidak akan pantas untuk bersanding dengan Aksa.Leta lalu memejamkan matanya, membuang semua fikiran yang menggangggunya lalu sebisa mungkin tertidur.**Pagi ini Aksa
Meskipun mereka sedang menjalani hubungan. Tapi hubungan mereka tidak diketahui siapapun. Itu karena permintaan Leta. Dia belum siap jika nanti ada yang menghujatnya. Apalagi status Aksa masihlah suami orang.Mereka menjalaninya seperti biasa. Jika di depan orang mereka akan seperti majikan dan baby sitter, tapi jika di belakang mereka selalu memadu kasih.Meskipun kadang Leta menghindari, tapi kelakuan Aksa terkadang membuat dia geli. Karena Aksa terus-terusan membuat alasan agar Leta berada di sisinya.~Malam sudah sangat larut saat Aksa datang ke rumah belakang, mencari Leta dengan alasan Kyra sedang demam. Bibi Prima dan Leta yang mendengar itu langsung panik, bahkan bi Prima ingin ikut menyusul. Bagaimana pun, bi Prima sudah menganggap nonanya itu seperti cucunya. Dia juga merasa kasian setiap kali Kyra ditekan oleh neneknya.Tapi Aksa tak membiarkan hal itu terjadi, Aksa beralasan bahwa bibi Prima haruslah beristirahat. Leta yang mendengar itu juga
Aksa mengajak Kyra dan Leta pergi jalan-jalan, tadi pekerjaan dia selesai lebih cepat dan dia memutuskan untuk segera pulang untuk menemui dua pujaan hatinya.Saat ini mereka sedang berada di pasar malam, tidak seperti dulu saat Aksa bermain dengan Kyra dan Leta hanya mengikuti. Sekarang giliran Aksa lah yang mengikuti Kyra dan Leta yang bermain.Mereka sangat kompak, berjalan bergandengan tangan. Seperti seorang ibu dan anak. Aksa selalu tersenyum menikmati momen seperti ini.Kyra menggandeng tangan Leta menuju ke permainan komedi putar, mengajak Leta untuk ikut menaikinya juga.Leta menoleh ke arah Aksa yang memandangnya dengan senyuman, saat Aksa sudah mendekat, Leta meminta Aksa untuk membayar karcistnya. Setelahnya dia dan Kyra memasuki permainan itu.Kyra memilih untuk menaiki gajah, dan Leta duduk di sebelah Kyra menaiki kuda. Permainan pun diputar, setiap melewati Aksa, Leta dan Kyra akan melambaikan tangan.Aksa menunggu di bangku yang berad
Leta hanya diam dipeluk Aksa, mau menghindar pun percuma. Semuanya memang benar. Dia tak dapat mengelak.Bi Prima belum bersuara, dia masih menangis, dia merasa tak kuat menopang dirinya. Tapi sebelum dia jatuh, dia ditahan suaminya dan menuntunnya untuk duduk. Dia memegangi dadanya yang rasanya sesak."Tuan Aksa, duduklah. Mari bicarakan ini secara terbuka," ucap Paman Gandhi, dia mencoba menerima semuanya meskipun dia juga sebenarnya malu.Aksa mendorong tubuh Leta untuk duduk, kemudian Aksa juga duduk di sebelahnya. Melihat Leta yang hanya menunduk, dengan badan gemeteran menahan tangis."Ada apa ini, kenapa Bibi menampar Aletha?“ tanya Aksa menurunkan suaranya.Diam, tidak ada yang menjawab. Bibi Prima menatap kosong ke arah depan. Sedangkan Paman Gandhi terlihat sesekali menoleh pada istrinya."Maaf Tuan, sepertinya kami tidak bisa bekerja pada Tuan. Kami akan segera pergi dari sini," ucap Paman Gandhi memandang Aksa.Leta yang mendenga
Leta belum bangun walaupun matahari sudah menunjukan cahayanya. Dia sulit membuka matanya, dia juga merasa dingin pada tubuhnya. Dia ingin bangun tapi badannya sangat lemas. Dia hanya bisa memejamkan matanya.Bi Prima sudah selesai memasak di ruang utama. Dia menghidangkan masakannya di meja makan. Menunggu tuan rumah untuk sarapan. Setelahnya dia kembali melakukan pekerjaannya.Saat dia tengah mencuci barang yang sudah selesai digunakannya tadi. Dia mendengar suara Aksa memanggil namanya."Ya Tuan," ucapnya berjalan ke arah ruang makan. Melihat Aksa dan Kyra sudah sudah duduk di sana."Kemana Leta, Bi?" tanya Aksa.Bi Prima bingung, bukankah seharusnya Leta sudah bersama Kyra. Tapi melihat Kyra yang hanya bersama Aksa kemungkinan besar Leta masih di rumah belakang."Apa Leta belum ke sini Tuan?" tanya bi Prima."Belum, tadi aku melihat Rossa yang bersama Kyra di kamar. Apa Leta tidak bilang sesuatu pada Bibi," kata Aksa mulai mengambilkan s
Aksa tak meninggalkan Aletha sedikitpun. Dia masih setia menunggu Leta, bahkan hari ini dia tidak pergi ke kantor.Farrel masuk ke dalam ruangan di mana Leta dirawat. Dia melihat tuannya duduk di samping sepupunya itu. Karena tuannya seperti tak menyadari kedatangannya, akhirnya Farrel beranjak keluar ruangan lagi.Dia duduk di kursi tunggu yang berada di sana. Mengambil handphonenya dan menelfon seseorang.Panggilan berdering dan beberapa detik kemudian suara dari seberang terdengar."Hallo,"..."Hallo Rossa , ini aku Farrel," katanya pada Rossa yang mengangkat panggilan tersebut."Ya mas, ada apa?" tanya Rossa."Bisakah kau memanggilkan ibuku, aku perlu bicara dengannya." ucap Farrel meminta tolong."Ya mas, tunggu sebentar ya," suara Rossa lagi, lalu telefon kembali hening.Tak menunggu lama, kini ganti suara ibunya yang terdengar."Hallo Farrel, bagaimana keadaan Leta?" tanya ibunya."Baik ibu, tapi dia masih belu