Dia akan merasa lebih baik jika tetap tinggal di pulau ini.Apa pun alasannya, dia tidak akan pergi untuk sementara waktu.Selena membuka matanya dan melihat langit berubah dari gelap menjadi terang dan dari ujung langit muncul cahaya putih. Selena pun memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi pulau.Semua orang menyambut baik kehadirannya, mereka dengan antusias mengundangnya untuk sarapan di rumah mereka sendiri dan berterima kasih atas persediaan barang yang dia bawa.Yesa mendahuluinya dengan duduk di tepi laut dan melukis dengan alat-alat gambar yang dia belikan.Wajah tampan remaja itu penuh kegembiraan, "Kak Selena, bagus, 'kan?"Remaja yang tidak pernah belajar melukis secara sistematis ini memiliki aura yang tidak dimiliki orang lain. Dulu gambar hitam putihnya saja sudah cukup memukau, sekarang tambahan warna lain membuatnya semakin menarik.Selena mengangguk dengan senang hati, "Gambarmu sangat bagus."Bakat yang bagus seperti ini jika diasah lebih dalam akan membuatnya m
Sambil menggandengnya, George bergegas membawa Selena ke dalam hutan. Di sana, ada sebuah rumah pohon yang pernah dikunjungi Selena saat diajak Yesa dua hari yang lalu.Namun setelah membersihkan dedaunan, George membawanya ke markas rahasia bawah tanah.Di bawah tanah yang gelap gulita, George menyalakan lampu parafin, cahaya yang lembut pun segera menerangi seluruh markas, sementara Selena kaget saat melihat barang-barang yang ada di dalamnya."Ini semua punyamu?" tanya Selena seraya menunjuk pistol dan senjata yang tergantung di dinding.Tanpa memberikan banyak penjelasan, George hanya menjawab dengan pelan, langsung mengambil sebuah pistol kecil dan meletakkannya di tangan Selena."Kebenaran akan selalu berpihak pada orang yang tangguh. Apa pun yang akan terjadi kedepannya, kamu perlu senjata untuk melindungi diri."Saat meraba pistol yang berat itu, Selena menjadi gugup, kemudian dia menelan air liur, "Kamu memberikan ini padaku?" tanyanya.Tatapan mata di balik topeng George berk
"Benar, seperti itu, matamu harus lebih fokus. Kalau kamu nggak tega, nanti kamu yang akan terluka sendiri, pikirkan masa lalumu."Setelah menembak, lengannya terasa kaku, dia masih belum terbiasa dengan tolak balik yang begitu kuat.Walaupun tidak tepat sasaran, setidaknya masih mengenai papan target."Bagus sekali, kamu harus percaya pada dirimu sendiri kalau kamu bisa."George kembali berdiri di belakang Selena, membenarkan posturnya yang terbaik, lalu berbicara dengan lembut di telinganya, "Selena, semoga mulai hari ini kamu menjadi mataharimu sendiri, jangan bergantung dengan cahaya orang lain. Kamu dilahirkan untuk menjadi kuat, kenapa mau untuk ditindas?"Selena melihat target yang jauh itu, memikirkan seolah-olah itu adalah dirinya saat ini.Entah dari kapan dia berubah dari dirinya yang bercahaya menjadi sasaran yang selalu tunduk pada orang lain.Jangankan Harvey, dirinya sendiri saja juga sangat membenci dirinya yang seperti ini."Dor!"Peluru melesat, mengenai tepat sasara
Sebuah tubuh berotot yang telanjang terlihat enak dipandang. Kulit George agak lebih gelap daripada Harvey, berwarna sawo matang.Dengan bahu yang lebar dan pinggang yang kecil, kontur otot di dadanya terlihat sangat jelas. George sama seperti Harvey, dia juga memiliki beberapa luka di tubuhnya.Saat tetesan air mengalir di perut berotot yang terlihat jelas, gerak-gerik pria ini penuh dengan pesona maskulin yang liar.Sembari membawa jebakan ikan, pantulan sinar matahari menghasilkan cahaya yang berkilauan di permukaan laut di belakangnya. Walaupun wajahnya tidak kelihatan, dari rahang bawahnya yang kurus terlihat kebahagiaan."Panen banyak."Dengan kaki telanjang, George berjalan ke daratan. Air laut mengalir dari celana kerja yang dikenakannya, sementara otot perutnya yang bagus terlihat sangat jelas dari gerak tubuhnya.Tanpa sadar, Selena memalingkan tatapannya, "Aku mau membuat api untuk memanggang ikan," ujarnya."Hmm, aku akan membersihkan isi perutnya. Kita beruntung, ada beber
"Aduh, kamu belum tahu, ya? Dengar-dengar dua hari terakhir ini ada beberapa helikopter yang bolak-balik terbang di dekat sini, orang-orang di dalamnya semua mengenakan pakaian hitam dan kacamata hitam, seperti yang kita lihat di televisi."George yang berada di sampingnya pun merasa khawatir, pasti Harvey yang datang mencarinya.Dengan segera, dia masuk ke sebuah apotek kecil di sebelah dan membeli barang yang dibutuhkan, sementara itu, Jarren buru-buru masuk, "Kak George, gawat, helikopternya terbang, sepertinya terbang ke arah pulau kita," jelasnya.Setelah mengambil barang itu, George berkata dengan dingin, "Ayo cepat pergi, kita harus sampai lebih dulu daripada mereka."Melihat helikopter yang terbang di atas kepala mereka, Jarren menggigit akar rumput dengan kesal, "Sialan, mereka terbang jauh lebih cepat daripada berenang di laut. Baru sebentar saja sudah tertinggal jauh sekali. Kak George, kamu harus ... ," ujarnya.Sebenarnya, Jarren ingin meminta George agar melaju lebih cepa
Akhirnya, Selena tahu alasan mengapa Harvey begitu yakin bisa menemukannya. Walaupun Harvest tidak bisa bicara, tetapi dia tidak bodoh, dia pernah tinggal di pulau ini selama seminggu, jadi dia mengenal pulau ini!Karena itu, Harvey tidak perlu membuang-buang waktu untuk mencari pulaunya satu per satu, dia hanya perlu menemukan pulau yang paling membuat Harvest bersemangat.Seperti sekarang ini, sebelum turun dari helikopter, Harvest sudah mengayunkan lengan dan kaki kecilnya dengan penuh semangat sambil terus berteriak, "Ibu, Ibu, Kakak, kucing ... "Dia mengucapkan semua kata yang dia tahu.Sembari merangkul Harvest, Harvey tersenyum tipis dengan dingin, "Sepertinya, ini tempatnya," ucapnya.Semua orang sudah bersiap, bagaimanapun juga, lawannnya pernah menggunakan pistol, mereka tentu tidak boleh meremehkannya.Sementara itu, Alex juga menjadi serius, kemudian entah berbicara apa melalui protofon. Tak lama, muncul beberapa kapal perang yang mengepung pulau dari segala arah.Penembak
Harvey membuka pintu kayu, ruangan itu memiliki perabotan yang sederhana yang terbuat dari kayu.Selain sebuah tempat tidur kecil, di sampingnya ada sebuah papan gambar.Di papan gambar itu, terlukis pohon sakura di bawah sinar bulan, pulau itu terlihat sangat tenang di bawah sinar bulan.Pelukisnya sangat terampil, Harvey langsung tahu bahwa lukisan itu dibuat oleh Selena.Saat ini, dia merasa begitu gembira, akhirnya dia menemukannya.Di sebelahnya, ada setumpuk lukisan yang tebal, Harvey pun memeriksanya dengan tenang.Saat matahari terbenam, para pria yang memancing kembali pulang, sementara wanita dan anak-anak tersenyum semringah menyambutnya.Ada pemuda yang membuat belalang dari rumput, yang melukis di bawah sinar matahari pagi, dan ada juga seorang pria dengan topeng logam yang bersandar di bawah pohon sakura.Mungkin suasana hatinya sedang buruk saat melukis, tapi lukisan ini memiliki makna yang lebih dalam di mata Harvey.Pria itulah yang membawanya pergi.Aura dingin pun te
Selena mendongak menatapnya, sementara sinar matahari menyinari tubuhnya, namun tatapannya dingin.Di dalam tatapan itu ada kemarahan, ejekan, dan penghinaan."Harvey, sebenarnya kamu itu mau apa dariku? Apa aku ini nggak berhak punya kehidupan sendiri?"Walaupun keduanya sudah bercerai, pria ini malah semakin terobsesi padanya dibandingkan saat sebelum bercerai, bahkan sudah mencapai tingkat yang tidak wajar.Mata Harvey tertuju pada tangan besar yang menggenggam erat pergelangan tangan Selena, sementara George yang merasakan tatapan itu tanpa sadar menghalang di depan Selena.Saat keduanya bertatap mata, George tidak menunjukkan ketakutan dalam tatapannya, "Kalian sudah bercerai, dia nggak mau ikut denganmu," jelasnya.Tindakan dan perkataan ini sungguh membuat Harvey marah.Harvey menatap lekat-lekat mata George dan ketidakpuasan yang kuat pun muncul di wajahnya.Bahkan udara di sekitarnya juga terdengar bising, angin laut bertiup kencang, meniup rambut Selena yang agak lebih panjan