Semua prajurit Wang Xue Min menjadi lebih antusias, seakan doa mereka terjawab. Seorang dewi dikirim di tengah keputusasaan mereka. Awalnya mereka tidak berani berharap akan ada kesembuhan. Namun, semua berubah hanya dalam beberapa saat, ya setelah kehadiran sang wanita suci.
Semua penduduk yang terpapar wabah sudah merasa lebih baik, bahkan sebagian dari mereka sudah dapat berdiri dan membantu penduduk lainnya. Seketika tenda yang tadi dipenuhi tangisan dan ratapan kesakitan, tidak terdengar lagi. Tergantikan dengan ucapan doa penuh rasa syukur akan kesembuhan yang diberikan. Saling tolong menolong, membuat para prajurit dapat beristirahat.
"Nona, istirahatlah. Sudah dari tadi Nona mondar mandir tanpa henti, begitu juga dengan Paduka Putra Mahkota," ujar salah seorang penduduk wanita paruh baya yang datang menghampiri mereka.
Ya, sudah berjam-jam dirinya dan Xue Min berkeliling di tenda yang cukup luas ini, memeriksa semua penduduk secara berg
"Masalahnya, tindakanmu itu merubah buku takdir yang sudah ditetapkan bagi semua manusia itu. Seharusnya, mereka semua meninggal karena wabah itu!" ujar sang Kaisar dingin."Buku takdir?" tanya Aranjo, sambil tersenyum sinis."Bukankah cukup ditulis ulang oleh Dewa yang bertanggung jawab? Apa salahnya membiarkan mereka hidup lebih lama? Mungkin 10 atau 20 tahun di dunia fana, lagipula itu hanya beberapa hari di Alam Langit!" balas Aranjo dingin."Atau.... Oh ya, kalian para Dewa tentu memandang kehidupan manusia fana itu tidak memiliki arti, hingga begitu murka saat harus menulis ulang buku itu! Itu sama saja dengan bagaimana Kaisar memandang tidak pentingnya keberadaanku ini!" ujar Aranjo. Amarah mulai menjalar di seluruh tubuhnya. Rasa benci akan ketidakadilan yang dialami membutakannya.Perlahan tubuh Aranjo melayang, tetapi dirinya bahkan tidak menyadari hal tersebut. Bola matanya berubah warna, menjadi merah menyala, begitu juga den
Wang Xue Min tidak menanyakan hal tersebut dan hanya memeluk Aranjo. Namun, di dalam lubuk hatinya, tumbuh rasa kecewa dan benci. Kecewa terhadap wanita ini dan benci kepada pria itu. Xue Min tidak mengatakan sepatah kata pun, dirinya tidak ingin kehilangan wanita ini dan ingin memilikinya.Xue Min terlelap dan perlahan, Aranjo mendorong tubuh pria itu ke samping dan menyelimuti tubuh itu. Perlahan, Aranjo turun dari ranjang dan mengenakan pakaian baru itu. Hanfu berwarna biru muda, sangat berbeda dengan yang biasa dikenakannya.***Di Alam Langit, tepatnya di aula tempat Dewa takdir berada."Kaisar, apa yang terjadi?" tanya Dewa Galen, sang Dewa takdir.Setelah dari perbatasan alam, Kaisar berteleportasi ke tempat Dewa itu. Jiwanya terluka parah, luka akibat menyempurnakan segel Asmodus belum pulih dan ditambah dengan serangan Aranjo yang menyerang bola energinya. Karena itulah, Dewa Archer memilih tempat ini.
Tidak tahu berapa lama, dirinya menyalurkan energi, akhirnya itu terhenti saat sang Kaisar menyentuh tangannya."Cukup," ujar Kaisar.Aranjo membuka mata dan menatap sang Kaisar yang masih terlihat pucat."Sebentar lagi, Kaisar masih begitu pucat!" ujar Aranjo dan hendak menyalurkan kekuatannya lagi. Namun, sang Kaisar langsung melepaskan tangannya dari genggaman Aranjo dan berdiri."Aku akan mengirimmu kembali!" ujar sang Kaisar dingin.Aranjo juga berdiri, dirinya sedikit pusing, mungkin karena terlalu banyak menyalurkan energi.Kaisar menahan lengannya, agar dirinya tidak terjatuh. Namun, setelah dapat berdiri tegak, Aranjo mengibaskan tangannya kuat, agar tangan sang Kaisar tidak menyentuhnya."Jika Anda tidak ingin aku menolongmu, maka jangan biarkan darah sucimu mengalir dalam darahku! Ambil kembali darah itu!" ujar Aranjo marah.Sang Kaisar seperti biasa, raut wajah tanpa ekspres
Di aula utama istana Kerajaan Luoyang.Ratu dan putranya, Wang Xue Huan melangkah masuk dan memberi hormat kepada Yang Mulia Raja."Salam hormat, Yang Mulia.""Salam hormat, Ayahanda.""Xue Huan, ini sungguh keajaiban melihatmu dapat berjalan seperti ini!" ujar sang Raja yang langsung turun dari singgasananya, menghampiri putra sulungnya itu."Benar, Yang Mulia. Aku juga tidak menyangka akan ada keajaiban seperti ini. Aku yakin ini semua berkat karma baik yang kita tanam, sehingga putraku dengan Yang Mulia memiliki kesempatan seperti ini," ujar sang Ratu dengan begitu bahagia."Tabib mana yang memiliki kemampuan seperti itu? Mengapa kalian tidak memberikan penghargaan atau kekayaan untuk orang yang menyembuhkannya?" tanya sang Raja.Kesempatan yang ditunggu Xue Huan akhirnya tiba. Wang Xue Huan maju satu langkah ke depan dan berlutut di hadapan sang ayah."Karena alasan itulah, hari ini aku datang menemui Ayahanda!" ujar
Wang Xue Huan berderap keluar dengan penuh benci. Prajurit yang datang bersamanya sudah mendirikan tenda di sana. Xue Huan masuk ke dalam tenda dan langsung duduk dibalik meja rendah, menuangkan secangkir teh dan meneguknya langsung habis."Panggil orang kita!" perintah Xue Huan kepada tangan kanannya.Tidak lama, seorang prajurit berderap masuk. Prajurit yang sekarang berada di bawah komando Xue MIn, tetapi selalu setia padanya dan bersedia menjadi mata-mata untuknya."Lapor Pangeran, besok adalah saat di mana perwakilan Kerajaan Dingxi dan putra mahkota bertemu. Bertemu untuk membicarakan tawaran dari Kerajaan Luoyang, untuk menyerah dan formasi perang–" Sang mata-mata berhenti berbicara, saat Xue Huan mengangkat tangannya, tanda untuk berhenti.Xue Huan tidak peduli dengan formasi perang yang digunakan saudaranya itu, karena tidak akan terjadi perang. Dirinya sudah bertemu dengan Raja Kerajaan Dingxi dan menawarkan tawaran yang lebih baik d
Panah yang menancap pada tubuh mereka, semakin tertancap dalam saat terjatuh. Xue Min yang mulai hilang kesadaran, masih sempat memeluk erat tubuh wanita yang dicintainya itu."TIDAKKK!" teriak Xue Huan yang langsung memacu kudanya begitu kencang. Rasa takut menyelimuti jiwanya, sakit dan menusuk jantungnya.Menarik tali kekang kuda kuat, hingga kuda menukik ke atas dan berhenti. Melompat turun dari kuda dan berlari menghampiri mereka berdua yang sudah tidak sadarkan diri. Ya, Aranjo ada dipelukan adiknya itu dan Xue Huan langsung memisahkan mereka.Mengangkat tubuh mungil Aranjo yang bersimbah darah dan menaikkannya ke atas kuda, bersama dengan dirinya. Berderap menghampiri sang pangeran Kerajaan Dingxi untuk meminta pertolongan.Sang pangeran, mengijinkan mereka masuk ke dalam kerajaan dan menuju istananya. Meminta tabib dan dukun terbaik, yang mereka miliki untuk menolong wanita itu.Di Alam Langit.Aranjo me
Xue Huan membelai wajahnya, sesekali akan mengecup puncak kepalanya. Lalu, berkali-kali pria itu akan membisikkan permohonan. Memohon agar dirinya bangun, membuka mata, memohon dan memohon. Meminta maaf karena anak panah yang melukainya, ya, anak panah itu ditembakkan atas perintahnya. Rasa bersalah dan penyesalan, serta rindu begitu melilit jiwanya.Seperti biasa, air mata mulai mengalir membasahi wajah pria itu. Wang Xue Huan yang dikenal sebagai putra mahkota kejam, menangis tersedu-sedu sambil menggenggam tangannya. Semua itu membuat Aranjo juga merasakan kesedihan itu. Setiap pria itu berlinang air mata, maka jiwa Aranjo ikut menangis bersamanya. Karena itulah, Aranjo tidak dapat meninggalkan pria itu, tidak sekarang.Akhirnya, setelah lelah menangis dan memohon, akhirnya Xue Huan tertidur. Ya, berlutut di samping ranjang, sambil menggenggam tangan mungil Aranjo, Xue Huan tertidur dengan bersandar pada tangan itu.Saat pria itu terlelap, k
Lima dukun senior didatangkan dari Kerajaan Dingxi. Empat dukun mundur teratur, sisa satu dukun paling tua berdiri di tempatnya."Kamu lihat apa yang mengikutinya?" tanya Griffin."Ya," jawab Aranjo.Kekuatan Griffin yang mutlak, membuat keberadaan jiwa mereka tidak dirasakan oleh dukun dengan kekuatan gelap itu.Ya, Aranjo melihat jelas ada satu arwah gelap yang mengikuti dukun tua itu. Arwah seorang wanita muda, tetapi dengan tubuh dan wajah hancur, terbakar."Dukun itu akan mampu memanggil jiwamu ke dalam mimpi Xue Huan. Namun, jika dirinya gagal, maka arwah itulah yang akan tinggal di tempat ini, menggantikan dirimu masuk ke dalam mimpinya. Tentu kenikmatan akan diperoleh, tetapi dengan taruhan nyawanya!" jelas Griffin.Kembali kepada dukun tua itu."Ini! Nyalakan satu dupa ini, saat Paduka ingin menemui jiwa wanita itu dalam mimpi. Saat dupa ini habis, maka jiwa itu akan kembali ke tempat