PoV. Author
"Putri!" Azka berdiri mendapati Putri yang mengantar kuenya. Matanya meneliti dari atas sampai bawah. Mungkinkah gadis nakal itu bekerja di toko kue ini? Dilihat dari pakaiannya Azka tidak mungkin salah."Bie.. kenalin ini Putri, sepupu Azka," ucap Dodi.
"Sepupu?" Rubbi menaikan satu alisnya. Putri langsung menoleh melihat Rubbi yang duduk tepat di samping Azka yang masih berdiri. Sepupu nya itu tampak cantik dan elegan seperti biasanya. Azka yang tampan dengan Rubbi yang cantik. Begitu serasi Putri mendengus pelan.
"Iya sepupu Azka dari kampung, Bie." Sahut Dodi lagi. "Dia kerja di kantor Azka, tinggal di apartemen Azka juga lagi. Kamu nggak cemburu kan?" Kali ini Dodi mencoba menggoda Rubbi. Rubbi hanya tersenyum saja menanggapinya.
Putri merasa air matanya akan keluar, tapi ia berusaha menahannya. Rubi maupun Azka tidak ada yang berkeinginan mengak
PoV. AuthorSejak Rama meminjamkan motor metik itu untuknya, Putri tidak pernah lagi bangun lebih awal seperti sebelumnya. Malah, Azka yang terlebih dulu bangun dan pergi ke kantor. Sekitar pukul tujuh Putri baru menyelesaikan mandinya. Putri berani keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang melilit tubuhnya, karena ia yakin Azka sudah pergi sejak tadi. Dengan kaki berjinjit ia berjalan kearah lemari, dengan santai ia mencari baju yang akan ia pakai hari ini. Sebelum memakai pakaian seperti biasa Putri akan menggunakan hand body lotion ke seluruh tubuhnya, tanpa rasa sungkan ia melepas handuk yang menggantung di tubuhnya, lalu mulai membaluri hand body dari tangan hingga kakinya. Saat tengah sibuk membaluri tubuhnya dengan hand body, tiba-tiba terdengar suara pintu kamar dibuka. Refleks Putri berbalik. Bola matanya membesar sempurna menatap sosok Azka yang tengah berdiri mematung di ambang pintu. Entah mengapa kakinya me
PoV. AuthorMalam ini, Putri sudah siap berangkat ke acara ulang tahun ibu mertuanya. Ia terpaksa harus ijin pada Dimas karena tidak dapat masuk bekerja.Putri terlihat cantik dengan gaun malam berwarna abu-abu pastel yang ibu Azka belikan untuknya. Sebuah gaun yang tanpa lengan dengan panjang sebatas lutut. Untuk make up dan tatanan rambutnya, Azka menyewa penata rias datang ke apartemen mereka. Sementara Azka sudah siap dengan tuxedo hitam dengan kemeja hitam juga di dalamnya. Ia terlihat tampan dan berwibawa di saat bersamaan. Dalam perjalanan Azka maupun Putri diam saja, tak ada yang berniat memulai percakapan. Sesampainya di halaman besar kediaman Pratama, Azka langsung turun dari mobil meninggalkan Putri."Malam, Mas Azka," sapa satpam yang bekerja menjaga mobil para tamu yang sudah datang. "Malam, Pak Nisan." Azka tersenyum sambil menjabat tangan pak Nisan. "Putri, cepat sedikit!" Seru A
PoV. AuthorPara tamu undangan telah pulang menyisakan keluarga inti mereka. Putri berpamitan dengan Ibu dan Ayah Azka. Berbeda dengan Rubbi yang justru mengambil kesempatan untuk mendekati Azka."Mas, besok jalan yuk?" "Hmm besok? Nanti deh Mas kabarin lagi."Senyum Rubbi melebar dengan sempurnanya sesaat mendengar jawaban tersebut. Ia merasa Azka masih mementingkan dirinya di bandingkan dengan Putri. Rubbi mengulas senyum tipis yang terlihat sangat berbeda dengan sikapnya saat ini.Mamah Rama mendengus menatap Rubbi dengan sinis dari tempatnya. Ia sudah tahu ada hubungan terlarang antara sahabat anaknya itu dengan gadis licik itu, ia sempat melihat mereka saat sedang berlibur di UK bersama teman-temannya. Ia benar-benar tak suka dengan Rubbi yang berani bermain di belakang Putri, begitu juga Azka yang tega membohongi Putri. Mereka akan aku kasih pelajaran!
Kini langit terlah menghitam menjadi malam yang bertabur bintang-bintang. Malam ini Azka akan menemui Rubbi. Ia sudah menerima ajakan Rubbi untuk makan malam bersama. Namun saat keluar dari dalam kamar, Azka melihat Putri yang berdiri berhadapan dengannya."Ngapain masak banyak banget gitu? Aku mau makan diluar.""Emang nggak boleh?"Azka menghela napas seraya mundur dua langkah kebelakang memberi ruang untuk Putri bisa masuk ke kamarnya. Azka kembali menutup pintunya, mengurungkan niatnya yang ingin pergi. Ia mengikuti Putri yang berjalan kearah lemari pakaian."Mau ngapain pakai gaun segala?" Azka berdiri di samping Putri masih menunggu. "Put...," Azka memperingati Putri yang masih sibuk mendiaminya. "Mas Rama mau makan malam disini sama Mamahnya, kenapa si?" Putri melirik Azka yang duduk diam saja dengan raut tak terbaca.
PoV. AuthorPagi hari di kamar Azka, Putri berteriak cukup keras saat menyadari dirinya bangun-bangun sudah berpelukan dengan Azka dan kedua guling yang semalam mereka jadikan pembatas sudah jatuh kelantai. Ketika mereka sadar mereka langsung menjauh dan saling memunggungi terlihat sangat salah tingkah."Aku mandi duluan," ucap Azka. Putri memilih berpura-pura acuh lalu berjalan keluar dari kamar. Didalam kamar mandi Azka berdiri dibawah pancuran shower menengadah sambil memejamkan matanya. Hfft ... Ia menghembuskan napasnya kasar lalu mulai membersihkan dirinya dengan cepat.Sedangkan Putri terlihat mengipasi wajahnya yang terasa memerah. "Astaga! Kenapa aku jadi mudah gugup begini," ucap Putri. Dering di ponselnya mengalihkan Putri, dengan cepat ia meraihnya lalu membaca sebuah pesan yang baru saja masuk.
PoV. AuthorPutri benar-benar ingin menangis meraung-raung sekarang. Rasanya ia ingin terhisap lumpur hidup hinggak keluar dari Apartemen ini dan tak perlu melihat Azka lagi selamanya. Saat ini ia berada di atas closed masih menggunakan handuk nya, Putri begitu malu. Sangat malu! Sampai ia merasa rambutnya bisa rontok parah karena sejak tadi ia jambakki. Putri tak tahu harus bersembunyi ke mana sekarang.Setelah menghabiskan hampir satu jam lebih berdiam diri diatas closed, dengan sisa-sisa keberaniannya Putri keluar. Dengan cepat Putri membuang pandangannya saat sudut matanya menangkap sosok Azka yang duduk di tepi tempat tidur. "Nggak usah terlalu dipikirin. Aku nggak tertarik sama badan gak berbodi." Ucap Azka dengan nada serius. Pembohong."Apa?!" Rasa malu Putri menguap begitu saj
PoV. AuthorPagi ini Azka dan Putri duduk berhadapan di meja makan. Padahal Putri sudah berusaha menghindari Azka dengan bangun lebih pagi. Namun tak selang berapa lama, Azka malah muncul dan bergabung sarapan bersamanya. Salahnya sendiri yang makan dengan lamban, harusnya ia bisa kabur tadi untuk menikmati hari liburnya. Melihat Azka yang makan dengan tenang di hadapannya membuat Putri merasa cabul saat ia mengingat seluruh kejadian di kamar mandi serta ciuman tadi malam. Wajahnya pias saat sadar ia tidak seperti biasanya, kemana jiwa tukang pukulnya yang biasa ia kerahkan untuk mengatasi pria di saat seperti itu.Azka menatap Putri yang sejak tadi hanya diam saja. Azka meneliti penampilan Putri yang telah rapih di pagi hari. "Ehem!" Azka meletakan sendok di tangannya, berusaha menarik perhatian Putri. Namun malah di acuhkan oleh Putri."Pagi-pag
PoV. AuthorAzka meremas rambutnya. Jawaban dari Putri tadi benar-benar mengganggu benaknya. Bahkan rasa tidak terima menggerogoti hatinya, miliknya telah direnggut orang lain."Ka?" Adit menghampiri Azka yang tadi menelponnya untuk menemaninya minum, ia merasa ada yang tidak beres dengan sahabatnya satu itu. Azka bukan tipe pria yang suka minum minuman keras, hanya masalah berat yang mampu membawanya ketempat seperti itu."Ada apa, Ka?" Azka duduk di depan Azka sambil menatap penuh tanya. Azka terlihat sangat kacau."Dia..." Azka terus meminum minuman nya lagi dan lagi sambil meracau tak jelas."Udah, Stop!" Adit merampas gelas dan botol itu, lalu memanggil bartender untuk membawa botol dan gelas itu menjauh."Sebenarnya kenapa, ha?" Tanya Adit lagi.