PoV. Author
Putri berbalik menatap seseorang yang memeluknya, namun langsung menjauh saat Putri berbalik. Napas Putri tercekat menatap wajah Azka yang tak kurang dari satu meter dari diri nya, ingin sekali Putri memeluk Azka tapi dia tahu Azka pasti akan marah.
"Kamu?" Ucap Putri pelan.
"Kenapa kamu berhenti kerja?" Tanya Azka.
"Itu_aku mau pindah kesini, jadi aku putuskan berhenti kerja di kantor kamu." Jawab Putri tergagap.
"Kalau begitu kamu harus bayar denda satu milyar karena sudah berhenti di tengah kontrak." Ujar Azka yang membuat Putri membulatkan matanya.
"Apa? Aku nggak baca peraturan itu di lembar kontrak!" Seru Putri tidak terima.
"Ada. Itu peraturan baru, dan kamu wajib patuhi." Mulut Putri membentuk huruf O tanpa mengeluarkan suara.
"Mana bisa begit
PoV. AuthorRubbi terbangun dari tidurnya, dia merasakan pusing yang sangat terasa di kepalanya, "ahhh pusing sekali!" Serunya sambil memegangi kepalanya.Dengan kesusahan Rubbi menyandarkan punggungnya ke sandaran tepat tidur. Matanya sukses membola saat dia sadar dirinya tidak tidur di kamarnya, melainkan di sebuah kamar bernuansa abu-abu dengan selimut tebal menutupi tubuh polosnya."Kamu sedang apa, Baby?" Suara serak itu mengejutkan Rubbi sampai ke saraf otaknya."Max?!" Pria itu tersenyum miring menatapnya lalu berjalan kearahnya tanpa merasa perlu menutup tubuh telanjangnya."Tidak tidak tidaaaaaaaaak!!!!!"Rubbi terpental keluar dari mimpi buruknya dengan napas memburu dan keringat yang menetes di pelipisnya."Rubbi kamu kenapa sayang?" Seru Iren yang baru saja masuk ke dalam kamar putrinya itu."Mah.." seru
PoV. Author"Senang bertemu lagi, Rubbi." Rubbi tampak pias menatap Max dihadapannya."Baiklah mari kita mulai membicarakan pernikahan Rubbi." Potong Ibu Azka yang tersenyum menatap Rubbi.Ibu Azka menanyakan terlebih dahulu tanggal berapa akan di adakan acara pernikahan dengan intonasi yang sangat tenang."14 February, sangat sepesial untuk hari yang sepesial." Ujar Max menjawab Ibu Azka sambil meminum minuman di depannya tanpa di persilahkan yang membuat wanita itu menatap tak suka pada Max yang justru terkekeh.Ayah Azka ikut terkekeh juga mendengar ucapan Max yang terlihat asal. Berbeda dengan Iren yang sudah diam sejak Max menyebutkan namanya.Putri hanya menunduk dalam menahan sakit di hatinya, apa lagi saat mendengar tanggal yang di sebutkan. Itu tidak lebih dari dua bulan, dia bingung harus apa."Kamu setuju kan,
PoV. AuthorSiang sudah berganti malam, Dering ponsel Rama terus terdengar di apartemen dua lantai itu. Rama yang tergeletak di lantai ruang tv nya masih belum sadarkan diri. Tak lama suara bel juga berbunyi saling bersahutan.
PoV. Author 18++ JANGAN DI BACA KALAU KALIAN MASIH SUCI!!“kita belum selesai, kamu harus tanggung jawab.”
PoV. Author “kamu sih, terus Mitha gimana dan ini gimana ?” Putri meremas dressnya menahan rasa malu yang luar biasa. Bagai mana tidak jika dia harus menghadapi amarah dari seorang Mitha yang terkenal drama sekali dan yang lebih parah dia sudah tidak bisa berpikir lagi saat harus berjalan di depan orang banya tanpa menggunakan celana dalam.
PoV. Author Azka duduk di hadapn sang dokter dengan
PoV. AuthorPagi hari Azka sudah siap pergi kekantor, dengan rok span pensil dan kemeja putih slim fit dengan rambut bergelombang yang tergerai indah sebatas punggung. Tidak seperti hari sebelumnya yang selalu mendekati
PoV. AuthorJam tujuh malam, Azka pulang saat Putri sedang menyiapkan makanan. Entah apa yang di kerjakan Azka di kantor sampai larut malam begini yang jelas wajahnya sudah terlihat lusuh.