Laki-laki bertubuh bongsor itu seperti biasa sudah memarkirkan kendaraan di depan gerbang rumah Sia. Arsa memanggil Pak Udin yang tengah asyik mendengarkan lagu lewat earphone.
"Pak Udin!" panggilnya. Tapi tetap saja pria paruh baya itu tak mendengarkannya.
Arsa berusaha memanggil Pak Udin, tetap saja pria tersebut tak mendengarnya, karena sudah lelah Arsa pun terpaksa memanjat pagar yang tinggi itu. Setelah memanjat ia pun segera pergi ke pos tempat Pak Udin berada.
Pak Udin membelalakkan matanya saat melihat Arsa yang sudah berada di pintu posnya, "Lah, Mas Arsa kapan masuknya?" tanyanya sambil melepaskan earphone yang ia pakai.
"Barusan, Pak Udin terlalu asik menikmati lantunan lagu di earphone itu, sampai saya masuk saja Pak Udin tak tahu," jawabnya.
"Kalau saya bilang ke Om Brian, bagaimana?" timpalnya.
Pak Udin langsung meminta maaf kepada Arsa dan janji tidak akan mengulanginya lagi, "Bercanda, Pak," ucapnya diiringi dengan tawa
Sia sedang kesal dengan Arsa yang kemarin tanpa pamit meninggalkannya sendirian. Bagaimana bisa ia pulang dan menyuruh Om Johnny untuk menjemputnya. Masa bodoh sekarang, ia terlalu kesal dengan lelaki itu yang meninggalkannya sendirian tanpa sepatah kata.Flashback.Sia terkejut karena Arsa tiba-tiba mengangkat kepalanya dari bahunya, "Sa, kamu udah bangun."Sia melihat wajah Arsa yang pucat pasi langsung panik, "Tunggu, kamu pucat, ayo ke rumah sakit," cetus Sia dan memegangi wajah Arsa, tapi lelaki itu menepisnya.Arsa menggeleng dan segera bangkit, "Aku ke toilet sebentar," ucapnya dan meninggalkan Sia sendirian."Sa!" panggil Sia yang bingung karena lelaki itu pergi dengan niatan ke
Arsa sudah janji untuk ke rumah sakit khususnya ruangan Dokter Daniel. Ia akan memberikan hasil usg hati Arsa, karena menurutnya ada sesuatu penting yang harus ia katakan kepada lelaki itu.Ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan yang bertuliskan Dr. Daniel Yogaswara spesialis Hati. Tak lupa mengetuk dahulu dan masuk ke dalamnya. Dokter Daniel mengukir senyumnya dan menyuruh Arsa untuk duduk di kursi yang berada di depannya."Ini hasil usg hati kamu kemarin," ujar Dokter Daniel sambil memberikan foto hasil usg kemarin.Arsa menatap hasil usg tersebut dan menyunggingkan senyumnya tipis, "Ini apa, Dok?" tunjuknya, saat melihat sesuatu yang aneh di hatinya dan menatap ke arah Daniel yang menghela napas panjang.Daniel mengusap wajahnya dengan kasar, "Maaf, saya lalai dalam mengobati alcoholic fatty liver disease kamu, saya minta maaf, Arsa," jawabnya dengan mata berkaca-kaca.Arsa menggeleng dan tersenyum kepada Daniel, "Bukan salah dokter, jus
Sia berlari turun ke bawah saat melihat motor Arsa masuk ke perkarangan rumahnya. Dengan cepat Sia membuka pintu rumahnya, berlari ke arah Arsa dan memeluk pemuda itu. "Maaf tentang kemarin, aku yang salah. Maaf ya, Sa," gumamnya seraya memeluk tubuh lelaki itu dengan erat. Arsa menggeleng, "Bukan salah lo, gua aja yang terlalu emosi kemarin. Seharusnya gua yang harus minta maaf," ucapnya sembari mengusap rambut Sia. Sia melepaskan pelukannya, kemudian menggenggam tangan Arsa, "Ayo masuk, ada banyak hal yang perlu kamu tau," cetusnya sambil tersenyum manis ke arah Arsa. Arsa mengangguk, Sia langsung menarik tangan kekasihnya. Saat masuk ke dalam rumah, tak sengaja mereka berpapasan dengan Brian yang baru saja keluar dari kamarnya, "Pa! Aku mau ajak Arsa masuk ke kamar
Jam menunjukkan pukul 09.30, Sia sudah bersiap untuk piknik di luar bersama Arsa menikmati bukit yang katanya bagus di wilayah tersebut. Sia menyetujuinya, kemana saja asal bersama Arsa, Sia siap ujarnya. Sesudah berpakaian dengan rapi, ia langsung turun ke bawah menghampiri Bi Jami yang sedang mengaduk kopi hitam, "Bi," panggil Sia sambil menyenggol lengan Bibi Jami. "Astaga Non, bikin kaget aja," ucapnya. Hampir saja air panas tidak tumpah ke tangan Bi Jami. Si empu hanya cengar-cengir melihatnya, "Bi, bikinin bekal dong," pinta Sia. Bi Jami lantas menoleh ke arahnya, "Untuk apa? Mau dibawa ke atas?" Sia menggeleng cepat seraya mengambil ponselnya di saku celana dan memperlihatkan gambar makanan, "Bekal gini yang lucu-lucu gitu, buat aku bawa jalan-jalan bareng Arsa. Bisa ga, Bi?" Bi Jami menjentikkan jarinya, "Ini mah kecil, gampang buat Bibi mah. Mau dibawa kapan?" Sia menepuk tangannya, "Wih Bibi hebat, kalau b
Sudah hampir seminggu Arsa tak kunjung muncul batang hidungnya. Terakhir kali mereka berkumpul di pesta wisuda Gibran, para sahabat Arsa pun begitu, berulang kali menelepon nomor Arsa karena lelaki itu tak ada di apartemen Satria, awalnya mereka mengira Arsa balik ke rumahnya tapi setelah 3 hari Arsa menghilang itu, Bunda Diana selaku ibu Arsa menelepon Satria untuk menanyakan kabar anaknya.Mereka sedang berkumpul di apartemen Satria."Arsa kemana coba dah, bikin khawatir anjing!" gerutu Satria sambil memijit kepalanya."Gua tanya-tanya ke setiap cewe yang dia deketin dan mereka bilang kalau Arsa sudah lama ghosting mereka dan malah ngeblok kontak mereka. Ah gila tu anak, kemana dah," jelas Radit menggaruk kepalanya frustasi.Gibran mengusap wajahnya kasar, "Mungkin dia nginep di ruma
Sia bersembunyi untuk menemui teman-teman Arsa yang sedang menunggu di kafe dekat rumahnya. Mereka sudah berjanji akan bertemu, untuk membahas tentang Arsa. Ia melewati tempat yang biasa ia lewati saat malam, kabur bersama Arsa. Tapi hari ini ia hanya bisa menatap sendu ke lubang tersebut dan akhirnya tanpa memikirkan apapun ia berhasil keluar, karena kalau ia terlalu lama membayangkan Arsa, bisa-bisa ia ketahuan dengan bodyguard Papa. Ia pun dengan cepat memberhentikan salah satu tukang ojek yang tak sengaja lewat di sana, "Mas tolong antar ke cafe Elegi." Awalnya tukang ojek itu terkejut saat tiba-tiba seorang gadis cantik menghalangi jalannya, hampir saja ia menabrak gadis itu kalau ia tidak cepat menarik rem motornya. Tukang ojek itu mengangguk dan melajukan motornya menuju arah yang disebutkan Sia. Tak perlu menunggu waktu lama untuk sampai di cafe yang letaknya hanya 7 menit dari rumahnya. Tak lupa memberi bayaran kepada tukang ojek yang sudah m
Kabar Mira sedang mengandung anak Arsa pun sampai ke telinga Tama. Tama jujur malu, semua kliennya memutuskan hubungan dengannya lantaran karena latar belakang keluarganya yang acak-acakan dan juga anak brengsek itu.Tama masuk ke rumah dengan keadaan mata yang merah tajam dengan dasi yang sudah tak beraturan serta rambut yang berantakan."Dimana Arsa! Anak sialan itu, selalu saja berbuat masalah," pekik Tama. Diana yang sedang membantu pembantu di dapur terkejut mendengar teriakan sang suami.Ia melepaskan Apron yang ia gunakan dan dengan cepat melangkah menghampiri Tama yang sedang duduk sambil menyenderkan punggungnya, "Ada apa lagi si Yah, selalu saja tiap pulang kerja seperti ini," cetus Diana.Tama menoleh ke Diana, "Ada apa kata kamu?! Anak kamu itu selalu saja bikin masalah, an
Satria sudah mengirim lokasi atau cafe tempat Diana meminta bertemu dengan Mira. Satria enggan datang walau tadi disuruh Mira untuk menemani, karena ia tahu ini masalah pribadi Mira dengan Ibunda Arsa jadi Satria mempertemukan mereka berdua.Sebenarnya niat Satria mempertemukan Diana dan Mira untuk membuat Mira berhenti berbohong dan membuatnya kapok karena berulah seperti kemarin.Ia sudah menjelaskan semuanya kepada Ibunda Arsa, awalnya Diana marah besar karena gadis itu dengan seenaknya membuat berita seperti itu. Tapi entah kenapa saat ia melihat tubuh Mira yang sedang berbadan dua dan dengan susah berjalan, sebagai seorang Ibu tentu Diana juga merasakan itu.Tanpa seorang suami di sampingnya membuat Diana miris menatap Mira.Di depannya gadis itu sudah duduk sambil menyeka keringa