Sharon baru saja memasuki ruangan ketika seseorang mengetuk pintu. "Nyonya. Zachary, saya Xavier Fuller. Presiden Zachary memanggil saya.”Sharon tahu Xavier adalah dokter keluarga Zachary. Kenapa Simon memanggilnya?Ia membuka pintu. “Dr. Xavier Fuller?”Xavier tersenyum ramah dan berkata dengan sopan, “Presiden Zachary bilang tangan Nyonya luka. Ia minta aku untuk datang dan mengobatinya.”Hati Sharon tersentak ketika mendengar itu. Pria tadi terlihat dingin sebelumnya, tetapi dia panggil dokter secepat ini?"Kalau begitu, maaf ya aku harus merepotkanmu," katanya sambil membuka pintu dan mempersilakan dokter itu masuk."Jangan khawatir. Ini pekerjaan saya."Ketika Sebastian mendengar ibunya telah melukai tangannya, ia segera meninggalkan tugas sekolahnya dan berlari. "Bu, kok bisa tanganmu terluka?" Pria kecil itu menatap sedih ke tangannya yang bengkak saat ia menundukkan kepalanya dan meniupnya. “Pasti sakit banget ya?”“Nggak apa-apa. Ibu gak sengaja ketumpahan air panas.”Dokter
Jantung Sharon berdetak kencang. Bahkan nafasnya menjadi sedikit lebih cepat. "Terus kenapa? Apa hubungannya sama kamu? Kami nggak buat kesalahan kok,kesalahan lima tahun yang lalu, jadi apa salahnya kalau aku jatuh cinta sama dia sekarang?""Apa yang kamu suka dari dia?" Howard tiba-tiba berteriak marah dan menatapnya dengan tatapan sinis. "Kamu bahkan nggak mengizinkanku menyentuhmu dulu waktu kita pacaran. Tapi sekarang?""Diam!" Sharon tidak tahan lagi dengan kata-kata kotor Howard, ia mengangkat tangannya dan menampar pria itu dengan gemetar karena marah.Tamparan itu membuat Howard menutup mulutnya, tetapi kegilaan berkumpul dengan cepat di matanya. Ia menjepitnya lebih keras ke mobil. "Ada apa? Apa aku salah? Atau... apa pamanku nggak pernah menyentuhmu? Ia nggak mikirin kamu karena pernikahan kalian pura-pura!"Ada kilatan kepanikan di mata Sharon dan ia meronta. "Lepaskan aku, brengsek! Pamanmu nggak akan memaafkanmu kalau kamu berani menyentuhku!"Entah apa yang memicu Howard
Simon mengulurkan tangan, mencengkeram kerahnya, dan mengangkatnya. Tinjunya yang terkepal akan dihantamkan lebih keras lagi!Suara seorang wanita yang berteriak lagi. "Berhenti!"Teriakan dingin itu membuat Sharon ketakutan dan ia buru-buru maju untuk meraih tangan Simon tepat saat dia akan memukuli Howard sampai mati.Dia berbalik untuk melihat dan Penelope datang dengan wajah tegas."Apa kalian gila? Bertengkar di rumah Zachary. Kalian pikir saya nggak ada di sini? Penelope sangat marah dan dadanya naik-turun karena marah.Tangan Simon yang terangkat perlahan-lahan jatuh, tetapi dia masih menatap Howard dengan dingin dan memperingatkannya, "Dia adalah istri saya sekarang. Jangan berani-berani sentuh dia lagi!"Wajah Howard memar. Meski dipukuli dengan parah, namun masih terlihat ada pertahanan yang tersembunyi di tatapannya.Penelope melirik dingin ke arah Sharon. 'Semua untuk wanita ini lagi! Fiona benar, wanita ini bawa masalah!'Sharon mengatupkan bibirnya, tidak mengharapkan ini
Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak membalas, "Omong kosong! Kamu tadi itu menghina saya dan memaksa dekat dekat!" Ia memandang Penelope dan menambahkan, "Kalau ga ada yang percaya, bisa lihat CCTV!"Ada kamera pengintai di mana-mana di rumah Zachary, termasuk garasi. Kebohongan Howard akan terlihat begitu mereka memeriksa rekaman pengawasan."Brengsek! Kamu memarahi ibuku lagi!" Sebastian keluar dari pelukan ibunya dan berlari untuk memukul Howard ketika ia mendengar apa yang dikatakan ibunya."Sebastian, sini sama Kakek." Douglas takut mereka akan mempengaruhi anak itu dengan buruk."Kakek, kamu harus menghukum dia. Dia memarahi ibuku," kata Sebastian sambil menunjuk Howard dengan marah."Aku akan hukum kalau dia bersalah. Sini yuk."“Aku mau sama Ibu." Sebastian berlari kembali ke ibunya.Penelope menatap Howard lagi, tapi kali ini lebih tegas. "Howard, coba jelaskan sekarang!" Ia mengenal Simon. Ia tidak akan menyerang keponakannya kecuali Howard telah melakukan kesalahan.Tatap
"Tunggu. Siapa bilang kamu bisa bawa anak itu?" tanya Douglas tiba-tiba.Hati Sharon sedikit bergetar. Sebelum ia bisa bereaksi, Douglas mengeluarkan perintah, "Bawa anak itu kembali ke kamarnya."Beberapa pelayan segera mendekatinya dan mengambil anak itu darinya.Sharon terkejut. "Mau apa kalian? Pergi. Jauhkan tangan kalian dari anakku!"Sebastian juga menolak pendekatan pelayan itu. "Pergi. Aku ingin tinggal bersama Ibu!"Simon membanting meja dan melompat berdiri. "Berhenti! Aku akan patahkan tangan siapa pun yang berani sentuh mereka!"Para pelayan terlalu takut untuk bergerak dan hanya saling memandang.Simon berjalan mendekat dan mengangkat anak itu. "Sebastian, tinggallah sma kakekmu ya sementara ibumu dan aku pergi beberapa hari."Simon membawa anak itu ke Douglas. "Ayah, jaga anak itu. Aku akan pindah sama Sharon."Mata Sharon melebar. 'Apa dia sudah gila? Saya nggak bisa meninggalkan anak di rumah Zachary!'"Sebastian..." Sharon ingin mengambil putranya kembali.Simon mengh
Dia dengan paksa menarik kembali tangannya, mencoba menahan rasa sakit di matanya saat dia menolak untuk menangis di depannya dan menatap Simon dengan mata merah. "Howard menggertakku di kantor dan di rumah. Kamu juga mencurigai aku berselingkuh dengannya. Kakakmu tidak menyukaiku dan ingin menyingkirkanku. Oke, aku bakal pergi. Tapi kenapa ayahmu mau ambil anakku? Kamu bahkan bantu mereka ambil anakku! Kembalikan anakku! Kembalikan dia!"Dia mencoba untuk tidak menangis pada awalnya, tetapi tidak bisa tahan saat dia berbicara. Semua keluhan dan kesedihannya keluar semua. Dia mengepalkan tinjunya dan meninju dada Simon, menangis, "Kembalikan dia. Kembalikan Sebastian padaku!"Simon mengerutkan kening dalam-dalam dan membiarkan tinjunya memukulnya saat dia berdiri diam. Ketika dia melihatnya menangis dengan air mata meleleh di pipinya dan terlihat seperti gadis kecil yang dianiaya, hatinya bergetar.Sharon mengalami depresi akhir-akhir ini karena dia terus-menerus merasa seperti bergant
Simon memandangnya hingga Sharon berpikir keras, Ia bertanya dengan tenang, "Menurut kamu berapa lama anak itu bisa dipisahkan dari kamu?"Sharon terkejut; Ia dan Sebastian tidak pernah berpisah. Dia tidak bisa tinggal jauh darinya dan dia pasti tidak bisa hidup tanpanya.Sebastian akan buat keributan kalau dia tidak melihatnya dan dia tidak bisa memprediksi seberapa jauh dia akan pergi.Dia tiba-tiba paham kenapa Simon bilang mereka akan pergi selama beberapa hari. Kalau ingat betapa Douglas sangat menyayangi Sebastian, Douglas pasti akan mengalah kalau Sebastian terus-menerus berteriak memanggil ibunya.Ia melihat ke samping pada pria yang tenang itu. Ia telah memikirkan semua ini sebelumnya. Tidak heran ia membawanya keluar tanpa melakukan perlawanan."Haruskah aku tinggal dengan temanku selama beberapa hari?" Meskipun ia bilang ini, ia enggan untuk menjauh dari putranya untuk jangka waktu sementara ini. Ia berulang kali melihat keluar di rumah Zachary melalui jendela. 'Apa dia akan
Hati Sharon menegang. "Kita kan cuma pura pura suami istri. Nggak ada seorang pun dari keluarga Zachary di sini, jadi kita tidak perlu berpura-pura mencintai, kan?"'Apa dia harus serius begitu?'"Ya, kita memang kawin kontrak, tetapi surat nikah itu nyata. Baik secara nominal atau... secara fisik, kita benar-benar pasangan." Dia membawa Sharon ke dalam pelukannya. Suaranya yang dalam diucapkan tepat di telinganya dan Sharon segera merasakan telinganya terbakar.Tidak cuma telinga Sharon yang terbakar, jantungnya juga berdetak lebih cepat. Simon benar dan ia tidak bisa membantahnya sama sekali.Pipinya mulai memanas dan ia berkata dengan malu, "Kontraknya bilang kita cuma berpura-pura jadi suami dan istri. Bisa gak kamu stop, jangan malu-maluin begini!" Keheningannya selama tidak berarti dia membiarkan Simon terlalu intim dengannya berulang kali!"Kontraknya nggak bilang kamu bisa cium aku. Tolong jangan seenaknya cium ..." Di tengah kalimatnya, pria itu menundukkan kepalanya dan menci