Share

Bab 04. Mahar

"Alasannya, kamu ini masih anak kecil. Kamu masih senang bermain-main. Jangan sampai-"

"Itu pemikiran konyol, Nay," pungkas Jayden.

"Apakah menikah harus dilihat dari umur? Kata siapa saya kekanakan? Bahkan kamu belum mengenal saya, dan kamu tidak akan tahu sifat dan sikap saya," ucap Jayden.

"So, jangan menyimpulkan sesuatu dari penampilan atau umur."

"Terkadang, wanita yang mengaku dewasa tapi masih memiliki sifat kekanakan, egois, bahkan lebih memikirkan keinginan sendiri daripada kedua anaknya," sindir Jayden.

"Hey, maksud kamu apa?"

"Kamu nyindir aku gitu?" tanya Kanaya.

"Nyindir? Buat apa? Tapi kalau kamu merasa ya, sudah. Mungkin buat kamu," ucap Jayden dengan santainya.

"Dasar brondong tengil," gerutu Kanaya yang masih terdengar oleh Jayden.

Jayden terkekeh, "Jangan salah, brondong begini juga sebentar lagi jadi imammu," goda Jayden.

"Astagfirullah, mimpi apa aku semalam," keluh Kanaya dengan wajah sedih.

"Ketemu pangeran setampan Muhammad Jayden Haris," jawab Jayden.

"Terserah kamu lah," ujar Kanaya. Toh, bicara panjang lebar pun tidak akan menenangkan lawan brondong tengil satu ini.

Baiklah, mereka memutuskan untuk mengganti topik pembicaraan. Kanaya dengan serius bertanya kepada Jayden tentang usia dan pekerjaannya.

"Saya umur 21 tahun, tidak bekerja tapi saya mahasiswa semester 4 jurusan IT," jawab Jayden.

Jayden kemudian mengatakan kepada Kanaya bahwa jika dia sudah menjadi suami dan ayah, dia akan memberikan nafkah kepada mereka.

"Nafkah batin juga tidak akan dilupakan," kata Jayden sambil membuat wajah Kanaya memerah. Kanaya merasa malu dan tidak mengerti kenapa Jayden membahas hal sensitif seperti itu.

"Loh, kenapa wajahmu memerah?" goda Jayden.

"Gerah saja," jawab Kanaya asal.

"Wah, sepertinya kamu sakit. Bagaimana mungkin di luar begitu malam kamu merasa gerah?" kata Jayden sambil mencoba menahan tawa.

"Ya, itu karena kamu. Kalau aku merasa gerah," jawab Kanaya.

Jayden kemudian bertanya kepada Kanaya apa mahar yang dia inginkan sebagai calon istri.

"Astagfirullah," ucap Kanaya dalam hati sambil merasa malu. Wajahnya kembali memerah.

"Hey, kenapa kamu tidak menjawab?" tanya Jayden.

"Gimana mau menjawab, aku sedang baper," gerutu Kanaya dalam hati.

"Kanaya," panggil Jayden.

"Apa!" jawab Kanaya tanpa sadar meninggikan suaranya. Tapi segera setelah itu, Kanaya meminta maaf kepada Jayden.

"Maaf ya, seharusnya aku tidak meninggikan suara seperti itu."

"Tidak apa, calon istri. Jadi, apa mahar yang kamu inginkan?" tanya Jayden.

"Kalau aku, terserah kamu saja. Yang penting tidak memberatkan kamu," jawab Kanaya.

"Baiklah, ayo masuk sekarang. Tidak enak juga jika kita terlalu lama berbicara di luar," ucap Jayden sambil bangkit dari duduknya dan berjalan masuk ke dalam.

Jayden berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju Maryam, ibu Kanaya. Dia memberikan salam kepada Maryam sambil tersenyum.

"Bu Maryam. Terima kasih sudah menerima saya di rumah ini. Saya ingin memberitahukan bahwa dalam tiga hari lagi, acara pernikahan kami akan dilaksanakan. Besok saya akan kembali ke sini untuk mengambil berkas Kanaya agar bisa mengurus surat pernikahan," ucap Jayden dengan sopan.

Maryam mengangguk pelan, namun dalam hati dia merasa bahwa waktu pernikahan ini terasa sangat cepat. Dia berharap semuanya berjalan lancar dan bahagia untuk Kanaya dan Jayden.

Jayden kemudian mengusap puncak kepala si kembar, Kalisa dan Keanu, yang duduk di sebelah ibunya, Fatimah. Dia ingin memberikan dukungan dan rasa sayang kepada mereka.

"Sayang, om harus pulang dulu ya. Besok om akan kembali ke sini," ucap Jayden kepada si kembar dengan lembut.

"Om, benarkah om akan menjadi ayah kami?" tanya Kalisa dengan polos.

"Tentu saja, princess. Sabar ya, dan doakan semoga semuanya berjalan lancar agar kita bisa berkumpul bersama-sama," ucap Jayden dengan penuh harapan.

"Terima kasih banyak, om," kata Keanu dengan senyum bahagia di wajahnya.

Setelah berpamitan dengan si kembar, Jayden, Abdullah, dan Fatimah berjalan menuju pintu keluar. Mereka berencana untuk pulang dan bersiap-siap untuk acara pernikahan yang akan datang.

Dalam perjalanan pulang, Jayden merasa campuran antara gugup dan bahagia. Dia berharap semuanya berjalan lancar dan dia bisa menjadi suami yang baik bagi Kanaya. Abdullah dan Fatimah juga merasakan kebahagiaan yang sama, mereka berharap keluarga mereka bisa menjadi bahagia dan harmonis.

Setelah Jayden pergi, Keanu dan Kalisa tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan mereka. Mereka melompat-lompat di atas sofa dan bersorak dengan riang. Kebersamaan dengan Jayden membuat mereka begitu bahagia hingga mereka tak bisa menahan diri.

Tidak hanya itu, Keanu dan Kalisa bahkan berpelukan erat. Mereka merasakan kehangatan dan cinta dari sosok ayah yang baru hadir dalam hidup mereka. Kanaya dan Maryam melihat momen ini dengan senang hati. Mereka bisa merasakan kebahagiaan yang meluap-luap dalam diri anak-anak mereka.

Dalam hati, Kanaya berjanji untuk berjuang demi kebahagiaan Keanu dan Kalisa. Dia akan melakukan segala yang terbaik untuk melindungi dan menyayangi mereka. Senyum hangat terukir di wajah Kanaya, menunjukkan betapa dia bersyukur dan bahagia memiliki keluarga yang lengkap.

Saat Rayyan pulang ke rumah setelah pergi dari luar kota, dia merasa heran melihat rumah yang sepi. Dia mengernyitkan dahinya, bertanya-tanya di mana semua orang.

"Tumben sepi, pada kemana?" gumam Rayyan dalam hati, mencoba mencari tahu apa yang terjadi.

Tidak lama kemudian, dia mendengar suara deru mesin mobil. Rayyan menoleh ke belakang dan melihat mobil Jayden, ayahnya, sedang parkir di depan rumah.

"Assalamualaikum," sapa Fatimah, Jayden, dan Abdullah saat mereka keluar dari mobil secara bersamaan.

"Walaaikum salam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Rayyan dengan hormat.

"Darimana ibu dan abi?" tanya Rayyan, penasaran dengan keberadaan mereka.

"Nanti ibu ceritanya ya, Mas. Ibu mau istirahat dulu," ucap Fatimah dengan senyum lelah.

"Ya, Bu," jawab Rayyan, mengerti bahwa ibunya butuh waktu untuk beristirahat.

"Kamu juga istirahat, Mas. Baru sampai kan?" tanya Abdullah sambil mengangguk pada Rayyan.

"Iya, sudahlah kamu juga istirahat, Abi. Aku juga mau istirahat," ucap Rayyan, mengikuti saran Abdullah.

Kini tinggal Jayden dan Rayyan di ruang tamu. Jayden memberitahu Rayyan bahwa dia akan pergi ke kamarnya.

"Aku ke kamar dulu, Mas," ucap Jayden.

"Ya," jawab Rayyan dengan singkat. Meskipun penasaran dengan kehadiran Jayden bersama orang tuanya, Rayyan memutuskan untuk menanyakan hal itu besok. Sekarang, yang terbaik baginya adalah beristirahat karena sudah larut malam.

Di dalam kamar, setelah Jayden selesai membersihkan dirinya, dia duduk di meja belajarnya. Jayden mengambil ponselnya dan membuka pesan dari orang kepercayaannya untuk memeriksa laporan yang sudah dikirim melalui email.

Jayden sibuk dengan ponselnya selama satu jam lamanya, memeriksa setiap detail laporan dengan teliti. Setelah selesai, Jayden bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ranjang. Dengan langkah lelah, Jayden naik ke atas kasur dan merebahkan tubuhnya di sana.

Dalam keheningan kamar, Jayden berbisik dengan lembut, "Kanaya."

Tanpa sadar, Jayden pun terlelap dan memasuki dunia mimpi.

Pria itu baru terbangu kala waktu menunjukkan pukul 5 pagi.

Tanpa membuang waktu, Jayden segera bangun dari tempat tidur dan bergegas menuju kamar mandi untuk melaksanakan kewajibannya.

Jayden dengan penuh khusyuk melaksanakan shalat subuh, memanjatkan doa-doa kepada Allah.

Dia berterima kasih kepada Allah atas kesempatan yang diberikan-Nya untuk menjalani hari baru. Dengan semangat dan rasa syukur, Jayden melangkah keluar dari kamar mandi dan siap menghadapi apa pun yang akan terjadi pada hari itu.

Begitu tiba di ruang makan, rupanya sudah ada masnya Rayyan, Abdullah, dan Fatimah yang sedang sibuk menyiapkan sarapan.

"Assalamualaikum," sapa Jayden dengan ramah.

"Waalaikumsalam, sini duduk, Lek," kata Fatimah kepada putra bungsunya.

Fatimah melanjutkan memasak, sementara di meja makan, Rayyan kembali bertanya tentang asal mereka semua semalam.

"Semalam Ayah dan Ibu habis mengantar adikmu ini melamar wanita, Mas," kata Abdullah.

"Apa? Kok bisa?" tanya Rayyan membelalakan mata.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status