Gabriel mendongak ke belakang ketika merasakan ada tangan yang menenangkannya melalui sentuhan pundaknya. Gabriel lalu melepas pelukan itu dan melangkah ke kamar.Gabriel meraih tas usang yang ia miliki saat bersekolah di PAUD, lalu mengeluarkan bungkusan plastik yang didapatkannya tadi pagi dan dijadikanlah jadi satu uang tersebut ke dalam plastik yang tersimpan di dalam tas Gabriel semasa PAUD.Lalu Gabriel keluar dari kamar membawa sekantong besar uang receh yang ia kumpulkan dari awal kelas satu hingga sekarang, hasil jerih payahnya selama ini.Aneta tentu saja kaget, tapi tidak dengan bibi Ranti. Karena bibi Ranti selama ini tahu, dan tidak memberitahu Aneta tentang hal ini karena ia merasa tidak tega dengan permohonan anak kecil yang sudah ia anggap seperti cucunya sendiri itu."Apa uang ini cukup untuk Mama tidak bekerja keras lagi?" Ditengah keterkejutan semua yang terjadi hari ini, dirinya seakan mendapat tamparan keras dari Gabriel dengan hal ini.Bagaimana ia bisa seegois i
"Bukankah Calista punya anak kecil berumur enam tahun?" tanya ibu Vina sekali lagi memastikan kalau dirinya tidak salah.Tapi Bagaskara malah tertawa. Lalu mengambil handphone yang ada di meja tersebut dan membukanya kemudian menunjukkan salah satu foto anak kecil yang sedang di pangkunya."Apakah ini?" tanya Bagaskara."Betul sekali. Bukankah ini anaknya Calista?""Maaf, Bu. Ini anak dari teman Calista. Kalian salah paham," jelas Bagaskara pada ibu Vina dan mungkin Rama juga yang berpikir kalau Calista sudah mempunyai anak.Rama memandang Calista, tapi Calista tampak acuh."Maaf ya, Bu. Waktu itu aku tidak bilang kalau Gabriel bukan anakku.""Tidak apa, nak. Ibu yang salah dan mengiranya itu anakmu."Kemarin ketika baru datang ke Indonesia, awalnya daddy Calista juga hampir saja memukul Calista karena ia juga berpikir hal yang sama dengan ibu Vina saat melihat Calista sedang bercanda di kamar dengan seorang anak kecil yaitu Gabriel.Tapi ketika daddy Calista sedang berada di puncak k
"Pa, bisakah nanti malam kita tidur bertiga? Aku ingin sekali tidur di peluk Papa. Boleh kan?" tanya Felicia di tengah-tengah mereka menikmati makanan yang disajikan."Felicia, kalau sedang makan tidak boleh berbicara, nanti tersedak," jawab Reksa mencoba mengalihkan pembicaraan."Tidak, Pa. Aku mohon, mau ya?" rengek Felicia.Reksa yang belum selesai makan itu meletakkan sendok dan garpunya, lalu menggeser piring yang masih ada separuh makanan yang belum masuk ke mulutnya itu sebagai tanda kalau dirinya selesai makan. Reksa memang sering menghadapi anak seperti Felicia ketika di Singapore kemarin, jadi Reksa bisa dengan sesabar itu menghadapi Felicia. Dan Karina hanya memperhatikan dua orang itu saling berbicara, sambil menikmati makanannya."Saya ada banyak kerjaan di luar kota, jadi saya tidak ada waktu untuk menginap dirumah mama kamu, dan ini pekerjaan yang tidak bisa saya tinggalkan. Maaf," jelas Reksa tanpa basa basi. Sesungguhnya dirinya lelah harus selalu bersandiwara seperti
Akhirnya Aneta menyerahkan surat pengunduran dirinya kepada HRD. Saat itu pula dirinya sudah mengemasi barang-barang pribadinya termasuk foto Gabriel yang tadinya bertengger di meja kerjanya.Aneta melangkah dengan lesu keluar dari perusahaan tersebut. Walaupun teman-teman satu divisinya menyayangkan keputusan Aneta dan penasaran apa yang membuat Aneta resign, tapi hal itu tidak menjadikan pikiran Aneta goyah, dirinya tetap keluar dari perusahaan. Bukannya Aneta melarikan diri dari masalah, dan berakhir dengan kata pecundang, hanya saja dirinya ingin hidup tenang ketika ayah kandung Gabriel tahu akan keberadaan Gabriel.Kini Aneta sudah sampai dikontrakan, tapi Gabriel tidak ada di sana. Dimana anak itu. Biasanya jam pulang kantor, Gabriel menghabiskan waktu dikontrakan nonton televisi sambil menunggu ibunya pulang. Apa yang sebenarnya terjadi.Aneta kebingungan, tidak biasanya Gabriel seperti ini. Dia mencari ke kamar mandi, di halaman belakang, dan mencari ke rumah bibi Ranti. Tida
Di tepi ranjang rumah sakit, Aneta duduk termenung. Matanya memandang kosong ke luar jendela, hatinya hancur mendapati anaknya tercintanya kini terbaring lemas di atas berangkat rumah sakit itu.Tiga puluh menit yang lalu dunianya seakan runtuh mendapati Gabriel tertabrak sepeda motor di depan matanya sendiri, ketika akan berlari menyusul Reksa yang pergi dengan paksa setelah mendapatkan panggilan telepon saat itu.Hati seorang ibu mana yang tidak sakit melihat anaknya sakit. Sungguh ini kejadian yang sangat amat menyakitkan bagi Aneta, walaupun ia pernah disakiti oleh takdir yang seolah mempermainkannya. Tapi ini lebih dari itu. Gabriel adalah dunianya, bagaimana ia sanggup melewati semua ini tanpa Gabriel.Dulu ketika menghadapi celaan dari masyarakat akibat dirinya yang hamil di luar nikah, dia bisa kuat dan tegar karena di perutnya ada janin Gabriel yang membuatnya kuat. Dan ketika Aneta bertemu dengan masa lalunya yaitu ayah kandung sekaligus sahabatnya—Reksa, dirinya juga bisa m
Tiga hari kemudian, Gabriel sudah boleh pulang. Sementara tiga hari masa pemulihan Gabriel di rumah sakit Reksa tidak pernah lagi menampakkan batang hidungnya setelah kejadian waktu itu. Dan Gabriel paham ternyata ayah kandungnya tidak menyayanginya. Itulah yang ia tangkap dari beberapa kejadian belakangan ini. Sungguh Gabriel sangat kecewa pada orang yang telah mengaku sebagai ayah kandungnya itu.*flashback onHari itu Gabriel bolos sekolah kembali, ia berpikir bagaimana caranya supaya dirinya bisa memberi banyak uang kepada ibunya, dan membantu keuangan ibunya yang ia tahu sedang mengumpulkan uang untuk membeli rumah kecil-kecilan namun layak huni untuk mereka tinggali berdua. Gabriel kembali berencana menuju pasar, karena disanalah dirinya bisa mendapatkan uang yang lumayan banyak bagi anak sekecil dia, walaupun sedikit ngeri dengan kejadian kemarin ketika uang Gabriel akan direbut para remaja di sekitar pasar tersebut, tapi kali ini dirinya bertekad akan berhati-hati supaya tid
Reksa berlari menuju kamar ruang inap Gabriel, selama tiga hari ini Reksa menghadapi hari-hari yang sulit karena teringat Gabriel, tapi tidak bisa menemuinya.Ya, selama ini Reksa tinggal di rumah Karina. Reksa terpaksa mau tinggal di rumah itu karena takut Felicia kenapa-kenapa, dan Reksa takut akan menyesal jika hanya karena dirinya meninggalkan Felicia walau sebentar saja. Reksa tidak bisa menemui Gabriel karena Felicia selalu mencarinya di saat dirinya tidak terlihat dalam pandangannya.Kecuali di malam hari. Seperti keinginan Felicia sebelumnya, anak kecil itu ingin tidur bertiga, dan Reksa melakukan hal yang menurutnya tidak sesuai dengan kata hatinya itu. Sebenarnya dirinya sudah berkali-kali menolak ajakan itu, tapi Karina seakan-akan selalu mendukung anaknya untuk membuat mereka tidur dalam satu ruangan. Dan benar saja, mereka tidur dalam satu kamar, tapi Reksa selalu pindah ke sofa, setelah Felicia tertidur.Pernah suatu malam ketika Felicia dan Karina sudah tertidur, Reksa
Akhirnya Mobil Calista sampai di rumah baru Aneta. Mereka semua turun. Calista akui selera Aneta memang elegan. Terbukti dengan rumah minimalis yang dibeli Aneta saat ini. Dilihat dari depan saja Calista bisa menilai kalau rumah ini sangat nyaman. Ya, walaupun rumahnya mungil tapi Calista akan sangat betah jika sedang bermain kesini."Ah, sepertinya kalau nanti aku bermain kesini, pasti akan sangat berat jika harus pulang.""Kalau begitu tinggal disini saja, Aunty.""Tidak, Briel. Ini lumayan jauh dari rumah sakit Aunty kerja. Tolong jangan buat iman Aunty goyah," canda Calista sembari memasang raut wajah sok melasnya."Sudah, jangan mendebat aunty kamu, Briel. Apa kalian tidak penasaran bagaimana keadaan dalam rumah kita?" Aneta yang baru saja menurunkan tas besar dari bagasi belakang pun ikut menyahut."Penasaran sekali, Ma. Ayo kita lihat kedalam," jawab Gabriel antusias.Gabriel menarik pelan tangan ibunya menuju halaman depan rumah itu. Sedangkan Calista dan bibi Ranti mengikuti