Share

Kenapa Pahit?

Atma merogoh saku celananya, mengeluarkan ponsel berlogo apel tergigit kemudian mengetikkan deretan angka kemudian mendial nomor teersebut. Bertepatan dengan nada sambung ketiga sebuah suara berat khas bangun tidur terdengar di telinganya.

“Cari rumah Clarita, kutunggu sebelum jam makan siang,” ujar Atma tanpa basa-basi.

“Bisa gak sih, Jay lu tuh kalau telepon ucap salam dulu, basa-basi dulu. To the point bener,” keluh sang lawan bicara. “Lagian ngapain seorang Atma Wijaya Mahendra nyariin alamatnya Clarita. Bukannya lu gak ada apa-apa sama mereka ya? Kesannya lu kayak suaminya saja, Jay.”

“Ck!” Atma memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak. Membiarkan sahabat sekaligus assistennya itu mengumpat tertahan atas sikapnya.

Ia termenung beberapa saat, memikirkan ucapan Bara. ‘Kesannya lu kayak suaminya’ perkataan itu terus terngiang di benaknya, ia mencoba mencerna ucapan Bara.

“Permisi, ada yang bisa saya bantu?” tanya salah seorang suster membuyarkan lamunan Atma.

Atma menoleh
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status