Share

16. Kecolongan II

Belum selesai pekerjaan yang baru saja kusentuh beberapa menit lalu, kedua anakku menangis secara bersamaan. Tiba-tiba, aku merasa dongkol. Kenapa mereka selalu kompak dalam hal menangis? Tanganku cuma ada dua. Kalau bisa menawar, janganlah bersamaan terus seperti itu.

Tergesa mencuci beras, kumasukkan beberapa sendok ke dalam dua botol susu berbeda. Mematikan air yang telah mendidih, dan menuangkannya ke dalam botol bercampur air dingin. Setelahnya, kunanak nasi ke dalam magic com.

Kembali ke kamar dengan perasaan getir karena membiarkan Haura dan Hanum menangis terlalu lama. Saat kugendong Haura, tersadar bahwa celananya lengket dan basah. Aku menghela napas kasar. Baru saja dimandikan, dua bocah ini sudah mengotori diri mereka lagi. Ya, keduanya pup secara bersamaan. Kompak banget, kan?

Kepalaku mulai pening mendengar tangis yang melengking. Terlebih, saat melihat tekstur kotoran kedua bayiku yang agak keras dan hanya keluar sedikit. Mereka mengejan dan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status