Hola, Merry Christmas....Chapter 73Dua pekan kemudian Vanya kembali mengunjungi Ares di kantornya dan itu bukan pertama kalinya ia menemui Ares. Ia datang bukan sekedar urusan pribadi, tetapi untuk urusan pekerjaan. Vanya sudah bertekad untuk melanjutkan mencoba membangun kariernya di dunia entertainment seperti yang Leya usulkan beberapa bulan yang lalu, tetapi kali ini bukan karena usul Leya ataupun orang lain. Melainkan karena sudah terlanjur melangkahkan kakinya di bidang tersebut meski mungkin bisa dibilang baru satu langkah. Media sosial Vanya yang tadinya nyaris tidak terlalu banyak mengunggah kesehariannya kini mulai diisi dengan beberapa kegiatannya, namun semua kontennya mengiklankan produk makanan, pakaian, aksesoris, dan kosmetik. Agar lebih menarik Vanya terkadang membagikan koleksi fotonya yang telah tersimpan di galeri foto ponselnya. Tere adalah orang yang bertanggung jawab di balik urusan pengelolaan media sosial dan bisnis endorsement-nya. Sementara Ares berperan
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 74Suhu udara di luar berada pada -18 derajat Celcius dan Vanya duduk di jok belakang taksi yang melintasi jalanan yang tertutup salju, beberapa kali meniup tangannya untuk memberikan kehangatan. Meskipun taksi yang ditumpanginya dilengkapi dengan teknologi penghangat tetap saja rasanya tidak sehangat duduk di jok mobilnya sendiri yang berteknologi terbaru. Ia sengaja memesan taksi karena tidak ingin repot-repot mengendarai mobil sendiri, lagi pula dengan begitu bisa memiliki alasan agar Julio tidak dapat lagi memiliki alasan untuk tidak menghadiri makan malam di rumahnya yang sudah direncanakan dari jauh-jauh hari. Entah apa yang dipikirkan Julio hingga masih terus meragukannya, bahkan menolaknya untuk makan malam di rumahnya. Tetapi, Vanya tidak menyerah. Karena Vanya sangat yakin Julio tidak dapat lagi mengelak malam ini. Pertama karena mereka berhadapan langsung, kakaknya itu hampir tidak pernah menolaknya lalu ke dua Julio harus melihat pe
Chapter 75Ares mengetuk pintu kamar Vanya yang terbuka lebar. "Boleh aku masuk?" Vanya yang baru saja mengganti pakaiannya melemparkan senyum dan menyongsong kedatangan Ares lalu melingkarkan lengannya di pinggang pria itu. "Kau sudah selesai berbicara dengan papamu?" "Ya," sahut Ares seraya dengan lembut mengecup pelipis Vanya."Apa yang kalian bicarakan?" Nada bertanya Vanya terdengar riang dan tatatapan berbinar-binar. Ares tersenyum dan ujung-ujung jarinya menyingkirkan anak rambut di pelipis Vanya. "Kau, dan masa depan kita." "Oh, ya? Padahal aku belum bilang kalau aku sudah menerimamu."Ares menangkap ucapan Vanya hanya bercanda, ia menyeringai dan menyentuh ujung hidung Vanya dengan ujung hidungnya. "Aku yakin kau tidak akan menolakku.""Bagaimana jika aku menolak?" "Aku akan berusaha lagi sampai kau menerimaku." "Kalau begitu, berusahalah lebih gigih." Vanya menyeringai lebar dan menjauhi Ares, mengambil kado Natal yang sudah dipersiapkan untuk mantan suaminya kemudian
Hola, happy reading and enjoy!CHAPTER 76Ares tersenyum menanggapi pertanyaan Vanya, menyembunyikan rasa nyeri yang meremas jantungnya. "Kau tidak perlu merisaukan apa pun, kau adalah pilihanku dan itu tidak ada hubungannya dengan siapa pun." "Kurasa tidak sesederhana itu, Ares. Setiap ibu menginginkan yang terbaik untuk anaknya, dan menginginkan putranya bersanding dengan wanita yang memiliki latar belakang baik setidaknya." Berbicara tentang latar belakang, Ares merasakan kenegerian yang mendera batinnya. Vanya akan merasakan sakit hati jika mengetahui dari mana asal-usulnya, bahkan mungkin akan kembali menyalahkan Tania karena tidak memberitahu siapa dirinya sebenarnya kemudian mungkin akan mencari keluarga kandungnya. "Latar belakangmu sama sekali tidak penting, Sayang. Aku hanya peduli padamu," ujar Ares. "Pasti sulit ibumu menerimaku karena aku adalah putri wanita yang merebut suaminya." Ares menelan ludah, perceraian orang tuanya memang sempat membuat dirinya dan ibunya t
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 77"Apa rencanamu malam ini?" tanya Alana kepada Vanya ketika kelas telah usai dan mereka masih duduk di bangku. Sebenarnya Vanya tidak mengharuskan dirinya merayakan tahun baru. Ketika ayah dan ibunya masih bersama-sama, mereka merayakan tahun baru selayaknya keluarga yang bahagia. Kemudian saat ibu dan ayahnya menempuh jalan yang berbeda, tahun baru menjadi hal yang tidak spesial lagi baginya karena hanya ada ibunya yang menemaninya menyaksikan kembang api dari balkon tempat tinggal mereka lalu saat beranjak dewasa Vanya pernah menyelinap pergi ke club bersama Dario dan paginya ia harus menerima konsekuensi ibunya berkhotbah panjang lebar karena mendapatinya pulang jam empat pagi dalam keadaan setengah teler. Tahun ini mungkin hanya akan melihat kembang api melalui kaca jendela kamarnya atau tidak melakukanya dan memilih tidur karena Ares sama sekali tidak membicarakan rencana perayaan tahun baru. Dalam hal itu, Vanya berusaha menyikapinya d
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 78Vanya masih bergelung di dalam pelukan Ares, rambutnya tergerai di atas bantal dan lengan Ares, selimut menutupi tubuhnya hingga sebatas pundak, matanya terbuka, menatap Ares yang masih terlelap kemudian wanita itu tersenyum. Tadi malam ia benar-benar menghabiskan malam tahun baru di restoran milik ibu Alana. Ia duduk berhadapan dengan Ares yang menikmati segelas kopi panas sementara dirinya menikmati segelas cokelat panas sembari menatap ke luar jendela di mana kembang api menghiasi langit. Sederhana namun sangat berkesan. Kemudian mereka pulang jam satu malam dan karena terlalu lelah Vanya tertidur di mobil dan ketika bangun dirinya berada dalam gendongan Ares yang membawanya keluar dari mobil. Ia bahkan tidak peduli lagi, tidak menggosok gigi ataupun membersihkan wajahnya sebelum tidur. Ia hanya peduli pada rasa lelah dan mengantuk yang menderanya.Vanya merapatkan tubuhnya kepada Ares seperti seekor anak kucing yang mencari kehangatan pa
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 79Vanya tersenyum, diraihnya pergelangan tangan Ares dan berkata, "Apa aku bisa menolak?" Ares berpindah, berlutut di depan Vanya seraya memegangi telapak tangan wanita itu. "Aku tidak bermaksud menekanmu, hanya saja kupikir ini momen yang tepat untukku mencobanya lagi." "Mungkin aku tidak bisa berlari darimu," desah Vanya. "Ya. Kau tidak akan bisa, Baby." Mungkin Ares benar, pikir Vanya. Mereka terikat secara keluarga. Mengulur waktu mungkin hanya akan membuat Ares menghambur-hamburkan uangnya untuk menunjukkan keseriusannya.Vanya menghela napas pelan seraya menatap gelang yang indah itu kemudian diamati ruang makan yang didesain khusus untuk makan malam romantis, semuanya terlihat sempurna. Ares merencanakannya dengan sangat cermat hingga sepertinya tidak ada kecacatan dalam pengaturan makan malam mereka.Vanya tersenyum dan mendekatkan wajahnya kepada Ares lalu berkata, "Aku masih tidak ingin menerimanya sekarang. Tetapi, mungkin setelah
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 80Vanya menopang dagunya di meja kerja Ares seraya bermain-main dengan layar ponselnya dengan raut wajah masam. Ia sengaja datang ke sana untuk memberikan kejutan dan ingin makan siang bersama Ares, tetapi Ares ternyata tidak ada di ruangannya dan yang paling menjengkelkan adalah ia sudah kelaparan. "Tere, kapan rapatnya selesai?" tanyanya kepada Tere yang duduk di sofa.Tere menghela napasnya, ia sudah mendengar Vanya menanyakan hal itu lima kali padanya padahal mereka baru tiba di ruang kerja Ares kurang dari dua puluh menit."Aku akan menanyakan pada sekretaris di depan," kata Tere setelah empat kali berusaha memberi pengertian kalau dirinya juga tidak tahu karena saat mereka tiba, sekretaris di depan ruang kerja Ares hanya mengatakan Ares sedang ada rapat penting dan tidak menyebutkan berapa lama rapat akan berlangsung."Sudahlah. Tidak usah," kata Vanya dengan nada kesal. "Aku akan berjalan-jalan sebentar melihat-lihat suasana di sini dan