Setelah berpisah dengan Kai beserta Jennifer, Benjamin juga Fara dan Adora memutuskan untuk mengitari taman bunga. Banyak bungacantik yang bermekaran, beberapa dari jenis mereka juga tak banyak ditemukan dalam kehidupan sekitar, membuat Adora ingin mengabdikan kecantikan mereka dalam sebuah foto."Fara, Fara, foto di sana. Pasti cantik deh," ujar Adora, mengarahkan tempat luang yang kebetulan tak ada orang yang berswafoto.Tempat itu adalah jalanan yang membentang dengan ditemani tanaman bunga berwarna ungu muda yang menjalar di pagar dekat jalan tersebut."Sama Kak Fai-Rina juga ya?" Fara menarik tangan Adora untuk mengajak foto bersama, sementara Adora melirik ke arah Benjamin."Iya biar Papa foto kalian berdua."Setelah mengantongi izin dari Benjamin, Adora pun ikut berfoto bersama Fara. Kedua gadis cantik itu dengan riang berfoto dalam berbagai gaya.Usai puas menikmati kecantikan bunga, Benjamin pun mengajak mereka ke taman
Saat matahari perlahan terbenam di ufuk barat, Benjamin akhirnya memutuskan untuk membawa Adora dan Fara untuk kembali pulang. Fara yang tampak puas bermain dengan beberapa binatang di taman bunga pun tak kuasa menahan rasa lelahnya, hingga akhirnya anak manis itu pun jatuh terlelap di kursi belakang.Benjamin yang sadar bahwa Fara sudah tak lagi bersuara pun menoleh ke arah Adora. Laki-laki itu berbisik, "Fara sudah tidur, ya?"Mendengar pertanyaan Benjamin, Adora otomatis menoleh ke arah belakang, lantas menganggukkan kepalanya sedikit, "Iya, udah tidur."Sepanjang perjalanan, Benjamin dan Asora bertukar banyak cerita, hari itu benar-benar dipenuhi banyak cerita oleh mereka berdua."Kamu enggak apa-apa, kan, kalau kita ke rumahku dulu mengantar Fara, Adora?" tanya Benjamin memastikan.Pasalnya, rumah Benjamin dan apartemen Adora itu tidak satu arah, kedua tempat itu justru berlawanan arah. Benjamin hanya khawatir Adora tidak ingin pulang terlalu larut hari itu, apalagi Benjamin sud
"Jadi gimana kencannya nih?" Ialah pertanyaan yang datang dari Irish saat melihat Adora masuk ke dalam apartemen."Apa deh, Rish. Gua enggak kencan, kok," sanggah Adora, kemudian ikut duduk bersama dengan Irish, menonton TV di ruang tengah."Ah, masa," ujar Irish menggoda, kemudian menopang dagunya. "Gimana anak bos? Baik-baik aja, kan, dia sama lu? Enggak lu apa-apain?"Adora mengambil cemilan kacang goreng yang juga sedang dimakan Irish, "Lu kira gua apaan. Ya jelas dia baik-baik aja.""Aman dong berarti ya," tukas Irish. "Tinggal tunggu undangan aja nih gua.""Apaan deh lu, undangan-undangan. Udah ah, ngomong sama lu makin ngawur. Gua mau mandi dulu, lengket banget nih badan." Adora kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan ke kamar mandi yang berada di kamarnya."Malah kabur dia," ujar Irish yang Adora abaikan.Adora memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan kata-kata Irish, dia harus terlebih dahulu menj
"Apa ini?" Adora mengangkat pandangannya saat Moira tiba-tiba saja mengulurkan satu kotak jus apel di hadapan Adora.Gadis bersurai ginger itu tersenyum malu di hadapan Adora. Sekilas Adora dapat melihat ujung-ujung jari Moira yang bergetar kala ia mengulurkan kotak jus itu kepada Adora."S-senior, aku ingin memberikan jus apel kepada senior sebagai ucapan terima kasih atas pertolongan senior kemarin."Adora mengerutkan keningnya saat mendengar perkataan Moira. Jujur, presensi Moira di pagi hari yang tiba-tiba saja menghampiri meja kerjanya membuat Adora tentu bertanya-tanya apa maksud gadis itu. Ternyata, Moira hanya ingin mengucapkan terima kasih kepadanya.Adora bersedekap dan menatap Moira penuh selidik, "Lu pikir gua semurah itu, ya, sampai bisa dibayar sama jus apel doang?" tanya Adora dengan nada tajam, membuat Moira salah tingkah.Dengan gugup, Moira berusaha menjelaskan, "T-tidak, maksud aku---""Ucapin terima kasih lu s
"Ini seriusan buat kita, Mo?" tanya Irish sembari memerhatikan tas kulit berwarna rose di tangannya itu. Pada makan siang berikutnya, Moira tiba-tiba memberikan satu paper bag pada Irish dan dua paper bag pada Adora."Iya, Kak," ujar Moira. "Ini oleh-oleh dari Mama. Kebetulan Mama beliinnya kebanyakan, jadi aku kasih ke Kakak sama Kak Adora."Adora melihat salah satu paper bag di tangannya. Sama seperti Irish, Adora juga mendapatkan amuse bag yang sama, hanya saja yang berada di tangan Adora berwarna biru langit.Adora kemudian melihat satu lagi paper bag di tangannya yang lain dan ia menemukan blouse yang digunakannya pada Moira dua hari lalu itu ada di sana, terlipat rapih dengan disisipi aroma manis yang sama seperti Moira."Ini mutemuse, kan? Harganya kan lumayan, Moira. Ngapain lu ngasih ini ke kita," ujar Irish kemudian menaruh kembali tas tersebut ke dalam paper bag nya."Enggak apa-apa kok, Kak. Ini bentuk terima kasihku sama Kak
"Jadwal Bapak setelah penandatanganan berkas kerja sama dengan pihak Trust Company adalah makan malam dengan Direktur Won Real Corp," Adora menjabarkan kegiatan Benjamin yang akan dilakukan pada sisa hari ini.Sementara itu, Benjamin yang sibuk dengan berkas di atas mejanya hanya menganggukkan kepalanya sedikit. Pandangannya sama sekali tak lepas dari berkas di hadapannya. Benar-benar tidak mengindahkan keberadaan Adora yang berdiri di depannya.Saat itu Adora mengerti bahwa dirinya seharunya keluar dari ruangan Benjamin dan kembali ke mejanya, tetapi kakinya seakan tertanam di tempat. Ia tidak bisa pergi kemana-mana. Sorot mata Adora lantas mengamati diam-diam laki-laki dengan penampilan formal yang ada di depannya itu, sampai akhirnya subjek yang menjadi objek pandangan Adora mengangkat kepalanya---seperti menyadari tatapan Adora."Kenapa kamu masih di sini, Adora?"Adora mengulas senyum di bibirnya. Sebuah senyum profesional. Adora ta
Adora mengembuskan napasnya saat dirinya sedang duduk termenung di ruang pertemuan di lantai 1. Dirinya masih mengingat pertengkarannya dengan Benjamin tadi sore.Benjamin tidak berkata apa-apa lagi setelahnya. Tidak meminta maaf ataupun menjelaskan apa yang terjadi padanya, seakan membiarkan masalah itu berlalu begitu saja. Tentu hal itu membuat Adora semakin kesal dengan tindakan cuek Benjamin."Apa sebenarnya maunya?" Adora ngedumel sendiri saat mengingat ekspresi yang ditampakkan Benjamin terakhir kali. Untungnya, Adora lah yang lebih dulu memutuskan hubungan ini sebelum mereka terlibat semakin jauh.Tok, tok, tokSuara pintu yang terketuk menarik perhatian Adora yang masih terlarut dalam emosinya. Lantas Adora mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Pintu itu pun perlahan terbuka dan menampakkan Pak Krisna tengah melongokkan kepalanya ke dalam ruangan. Tak lama, pandangan Pak Krisna bertemu dengan kedua mata Adora."Permisi, Non, maa
".... Cinderella kemudian hidup bahagia bersama dengan pangeran selama-lamanya." Setelah membacakan akhir dari kisah Cinderella, Moira lantas menutup buku dongeng di tangannya itu, kemudian menolehkan kepalanya ke arah Fara yang berada di sebelah kirinya seraya tersenyum manis.Malam ini Fara meminta Moira untuk membacakan kisah Cinderella sebagai pengantar tidurnya, tetapi anehnya, bukannya terlelap, Fara justru memperlihatkan gelagat aneh---Anak berusia 8 tahun itu merenggut sembari mencengkram selimut yang menutupi tubuhnya.Melihat hal itu, Moira kemudian mengusap pucuk kepala Fara, "Fara kenapa? Fara kangen Papa membacakan dongeng untuk Fara, ya?" tanya Moira pada Fara, berusaha menebak maksud dari gelagat Fara.Sementara itu, Fara yang terbaring di tempat tidurnya kemudian mengangkat pandangannya ke arah Moira yang terduduk di sebelahnya, "Kak Moira, kemana perginya ibu peri yang membantu Cinderella? Kenapa ibu peri tidak muncul setelah Cin