Share

5. Ngidam

"Mas, kenapa sekarang kamu nggak pernah nginap, sih? Emang mas nggak kangen sama aku?" ucap wanita sèksi yang memasang wajah cemberut di hadapan Danu.

"Kangenlah, Sayang, kangen banget malah." Danu memeluk tubuh kekasihnya dengan erat.

"Terus, ngapain nggak pernah nginep? Aku sangat kesepian tau! Aku juga pengen, udah satu minggu Mas anggurin aku. Rasanya cenat-cenut nggak karuan."

"Apalagi aku, Yang, kepalaku tiap hari pusing kayak mau pecah." Danu semakin mengeratkan pelukannya.

"Ya udah nanti malem nginep, ya? Aku punya lingeri baru, mau lihat, nggak?" Wanita cantik yang ada di dekapan Danu berbisik mesra.

"Huft … maaf sayang, Mas nggak bisa." Wajah Danu terlihat sangat menyesal.

"Yakin, nggak mau nginep? Ya udah kalau gitu, aku mau malem mingguan sama teman-teman aku. Jangan cemburu kalau ada cowok lain yang ngisengin aku."

"Kok gitu Sayang, Mas nggak rela kamu jalan bareng sama cowok lain, kamu itu hanya milik, Mas! Nggak boleh ada orang lain yang nyentuh kamu selain aku." Danu mengurai pelukannya dan menatap tajam kepada sang kekasih.

"Abis mas nggak mau nginep, kan? Mas sebenernya cinta nggak sih sama aku? Aku cuma minta satu malam aja, susah amat!"

"Maaf, Sayang, bukannya Mas nggak mau. Tapi … Risa sedang hamil. Mas takut, dia akan curiga kalau Mas menginap di sini semalaman."

"A-apa … hamil? Kok bisa, emang Mas nggak nyuruh dia KB? Apa artinya selama ini aku melayani Mas dengan sepenuh hati kalau ujung-ujungnya Mas masih nidurin Risa sampai hamil." Wajah cantik kekasih Danu itu berubah menjadi merah padam karena marah.

"Sayang, kamu kok aneh. Risa itu adalah istri Mas, mana mungkin Mas tidak menidurinya. Dia akan curiga kalau Mas nyuruh dia kb, lagian selama ini dia nggak KB juga nggak hamil-hamil. Kemarin Dia sempat curiga, karena Mas terlihat nggak antusias mendengar berita tentang kehamilanya."

"Tau ah!" Wanita cantik yang ada dihadapan Danu itu, memalingkan mukanya.

"Sayang dengerin Mas, bukankah dulu Sayang yang minta Mas untuk menikahi Risa? Jujur saja itu adalah salah satu permintaan Sayang yang paling berat buat Mas. Sayang tahu kan, dari dulu Mas nggak pernah mencintai Risa. Hidup serumah denganya sungguh sangat menyiksa ketika cinta Mas hanya terpaut padamu, Sayang." Danu menangkup wajah kekasihnya.

"Lagian Mas jarang nglakuin itu sama Risa, masih seringan sama Kamu, Sayang. Mas harus mbayangin sama kamu biar napsu ketika begituan sama Risa. Jangan marah, kamu tetaplah yang terbaik." Danu mengecup bibir kekasihnya dengan mesra.

"Sayang ingat, nggak?"

"Apa?" Jawab Karin dengan kesal.

"Sayang yang ngambil keperjakaan Mas, bukannya Risa." Danu setengah berbisik.

"Yee … Mas juga yang ngambil keperawanannya aku."

"Kita satu sama dong, dulu Sayang masih takut-takut gitu. Kenapa sekarang bisa seagresif ini, sih?" Danu menggoda kekasihnya.

"Mas … jangan goda aku kalau Mas nggak bisa nemenin aku."

"Hm … baiklah nanti waktu jam istirahat siang kita ketemuan di hotel seperti biasa, nanti Mas booking lewat online. Sayang tinggal sebut nama Mas aja sama resepsionis hotel, oke? Mas penasaran dengan lingeri barumu, Sayang." Danu berbisik sambil memeluk kekasihnya dengan mesra.

"Mas … aku jadi nggak sabar." Wanita cantik itu memukul dàdanya Danu dengan manja.

"Ya udah mas berangkat dulu, kalau terlambat rencana Kita bisa gagal nanti siang."Danu mengecup mesra bibir kekasihnya.

***

"Mas Danu."

Danu melotot tidak percaya, ketika Risa sudah berdiri di lobi kantor di saat jam istirahat kerja. Mimik wajah gembira karena sudah membayangkan kekasihnya dengan balutan lingeri yang séksi sedang menunggunya di kamar hotel buyar sudah berganti dengan mimik wajah terkejut. "R-Risa!"

"Kenapa kaget gitu, wajah Mas kok pucet? Mas sakit?" Serentetan pertanyaan memberondong Danu yang masih mematung di tempatnya berdiri.

"Eh enggak, tumben kamu datang ke sini, Sayang."

"Emang tidak boleh?"

"Boleh … tentu boleh, cuma nggak biasanya, hehehe." Danu tertawa kecil untuk menyembunyikan kegugupannya.

"Aku pernah lho Mas datang kesini nyamperin Mas, tapi Masnya nggak ada. Padahal teman-teman Mas ada di sini semua, cuma Mas yang pergi keluar."

"Ha … kapan?" Jantung Danu mulai berdetak tak beraturan karena gugup.

"Udah lama sih, niatnya bawain makan siang buat Mas tapi masnya nggak ada."

Hening

"Tapi ada temen Mas bilang, Mas pergi sama cewek cantik yang sangat séksi." Risa tertawa dalam batinnya ketika melihat wajah suaminya yang pucat pasi seperti terkena serangan jantung.

"Temen siapa namanya? Mas, akan tampar mulutnya yang sembarangan ngomong. Perasaan Mas nggak pernah keluar dengan cewek séksi." elak Danu.

"Nggak tahu namanya Mas, tapi aku masih inget wajahnya. Kamu tahu, Mas?"

"A-apa?" Danu menjawab dengan tergagap.

"Hari itu aku menunggu Mas sangat lama, sampai jam istirahat kantor selesai.Tapi Mas juga belum kembali. Aku sangat kecewa karena sudah susah payah memasak makanan kesukaan Mas selama berjam-jam tapi …. Ah sudahlah, aku tidak mau mengingat moment menyakitkan itu." Risa menggidikkan bahunya yang membuat Danu semakin salah tingkah.

"Maaf, Mas, waktu itu …" Ponsel di saku celananya Danu berdering lantang. Kembali Danu sangat gusar karena sudah pasti sang pujaan hati yang menelpon menanyakan keberadaanya yang sampai sekarang belum sampai di hotel yang letaknya tepat di sebelah kantor tempatnya bekerja.

"Kenapa nggak di angkat, Mas?"

"I-iya sebentar." Dengan sedikit berdebar Danu mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya. "Ha-halo, iya, iya Pak. Baik Pak, harap Bapak maklum. Maaf ya, Pak."Danu mengakhiri panggilannya sambil memperhatikan mimik wajahnya Risa.

"Kenapa, Mas, ada masalah?"

"Eh nggak, cuma telpon dari bank untuk menawarkan produk asuransi, tapi mas nggak tertarik." dusta Danu.

"Kirain apa Mas, soalnya mas kelihatan tegang banget. Ya udah makan siang yuk, dari tadi pagi aku belum makan."

"Kenapa belum makan? Mual-mualnya belum ilang? Sekarang pengen makan atau ngidam apa gitu? Biar mas beliin."

"Iya nih masih mual, tapi sekarang aku pengen sesuatu."

"Pengen sesuatu apa, Sayang?"

"Dedek bayi pengen Kita bertiga makan siang di hotel itu, Mas." Risa menunjuk hotel tempat di mana ia membuat janji dengan kekasihnya.

Danu mendadak tegang." Di sana?"

"Ini ngidamnya anak kamu lho, Mas. Mas cukup temenin aku makan aja, soal tagihan, Mas jangan khawatir, aku bayar dengan uang pribadiku."

"Bukan gitu, Sayang, tapi makanan apa yang pengen kamu makan di sana?"

"Nggak tahu, cuma rasanya pengen banget makan menu apa pun terserah asal makan siang di hotel itu." Risa mengelus perutnya yang masih rata. 'Terima kasih, Sayang, kamu nggak bikin Mama mual atau ngidam apa pun yang menyusahkan Mama. Mama cuma mau ngasih pelajaran buat Papa Kamu. Dilihat dari keengganannya untuk mengabulkan permintaan Mama, sudah pasti Papamu janjian dengan wanita itu di hotel yang sama.' Batin Risa.

"Baiklah, ayo." Dengan kaki lemas Danu menggenggam tangan Risa berjalan menuju hotel dimana seharusnya ia bisa memadu kasih dengan kekasih simpanannya.

Bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status