Aira kini berada di ruangan Saga bersama dengan Nindi dan juga Ayu. Tadi Aira telah mengatakan kalau rapat direksi akan sedikit diundur. Karena ia akan menunggu kehadiran Saga. Sadar betul Kalau Saga butuh waktu beberapa saat untuk bisa datang ke kantor. Aira mengerti karena ia tahu kalau Reres pasti akan memperkenalkan si kembar kepada ayah mereka. Jika ingin dikatakan, atau bisa diungkapkan saat ini perasaan Aira jelas sangat terluka. Istri mana yang tak sedih dan rela melihat suaminya harus berbagi hati dengan perempuan lain. Hanya saja untuk hari ini ia harus belajar untuk menerima itu. Karena semua yang ia lakukan adalah untuk kebaikan Saga dan juga perusahaan."Kamu kenapa sampai menunda rapat?" Nindy bertanya kepada Aira seraya menikmati teh manis yang tersaji untuknya.Sejujurnya sejak tadi Aira tengah mempersiapkan diri untuk mengatakan tentang apa yang ia lakukan kepada Ayu dan juga Nindi. Iya tahu dengan pasti kalau ini akan menjadi pertentangan bagi keduanya. Hanya saja I
Saga dalam perjalanan menuju kantor bersama dengan Reres. Sejak tadi ia menggenggam tangan Reres dan tak rela untuk melepas genggaman tangannya dari tangan Reres. Hari ini rasanya seratus kali lipat lebih bersemangat. Semua tentu saja akibat kedatangan dari Reres dan juga si kembar. Senyuman sejak tadi terus tersungging di wajah Saga. Kebahagiaan terpancar dari wajah pria itu, yang setahun belakangan menjadi benar-benar buruk. "Aku udah minta Yuni untuk siapin kamar tamu buat kalian." Saga berkata. "Kamu enggak nyuruh aku tinggal di rumah kamu kan?" Reres bertanya. Tentu saja ia tak mau tinggal di sana. Karena harus sedikit-sering bertemu dengan Nindi dan juga Ayu yang jelas-jelas tak mungkin menerimanya untuk ada di situ. "Terus kamu mau di mana? Hmm? Kamu harus tinggal sama aku. Aku nggak mau kamu pergi lagi. Apalagi bawa anak-anak jauh dari aku."Reres sebenarnya di dalam hati merasa kesal sekali dengan perkataan yang dikatakan oleh Saga tadi. Hanya saja kali ini memilih untuk
Tepuk tangan riuh di ruangan. Keputusan bulat kalau Saga akan tetap memimpin perusahaan. Semua hal mengenai program sebelumnya yang hanya bisa diwakili oleh Haris kini ia ceritakan semua konsepnya secara matang. Saga juga membeberkan rencana kerja barunya pada pada direksi. Tentu saja itu membungkam mulut para direksi yang mencemoohnya kemarin. "Saya memang memiliki sedikit masalah kemarin. Ada beberapa hal yang mengganggu. Dan semua sudah teratasi dengan baik saat ini," ucap Saga dengan yakin. Di tempat duduknya, Ayu, Nindi dan juga Aira memerhatikan Saga. jelas, Saga memang terlihat berbeda sekali. Menggebu dan bersemangat, jujur saja saat ini Nindi, Ayu dan juga Aira begitu bahagia sekali melihat perubahan yang terjadi dalam diri Saga. Hanya saja di sisi lain, Nindi dan Ayu jelas mengetahui kalau ini semua karena Reres dan jelas itu akan mengganggu hubungan Aira dan Saga. Keduanya tak mau memiliki seorang menantu yang sama sekali tak jelas asal usulnya. Apalagi hanya cucu seoran
Saga kini tengah mengganti pakaian di kamar besama Reres. Sudah pucat sejak pulang tadi karena terlalu banyak bergerak, padahal dokter memintanya untuk banyak beristirahat. Reres sudah melarang Saga untuk mandi dan hanya membasuh dengan air hangat.setelah selesai membasuh tubuh Saga, Reres menemani Saga yang kini merebahkan dirinya ke tempat tidur. Saga rebah sambil memegangi tangan Reres. Masih merasa takut kalau Reres akan meninggalkannya. Dan jika itu terjadi lagi, Saga tak akan tinggal diam. Ia pasti kali ini akan mencari pujaan hatinya itu hingga ke ujung dunia. "Kamu harus baik sama istri kamu, Mbak Aira. Dia yang maksa aku untuk datang ke sini. Samapi memohon karena kamu sakit dan juga direksi minta kamu mundur. Dia sayang banget sama kamu Ga." Reres buk suara meminta Saga agar bisa bersikap lebh baik pada Aira. Saga terdiam, sejujurnya terkejut juga karena Aira melakukan itu semua. Padahal selama ini ia sudah bersikap kasar dan ketus pada Aira. "Dia lakuin itu semua?""iya,
Reres berjalan masuk ke dalam kamar dan ia menemukan Uca yang kini tengah tertidur di pangkuan Haris. Haris dengan telaten menepuk-nepuk bokong bayi kecil itu. Sementara Brian sedang bermain ponsel dan Mbok yang sudah terlelap. Reres berjalan mendekat, sebelumnya menyerahkan Una pada Brian yang sedikit terkejut karena Reres dengan tiba-tiba meletakan Una di atas perutnya. "Haish, bilang-bilang kek" ucap Brian awalnya wajahnya menatap kesal pada Reres, lalu setelah melihat ke arah Una raut wajah Brian segera berubah menjadi manis sekali.Haris hanya tersenyum saja, ia lalu meletakan telunjuknya di atas bibir. Takut kalau kedatangan Reres membangunkan si cantik. Hanya saja Reres tau kalau dirinya yang memindahkan Uca tak akan terbangun. "Uca tau aja sama om ganteng," kata Brian. "Dari tadi nempel terus, Om Brian-nya di lupain," lanjut Brian saat Reres memindahkan bayi kecilnya itu ke tempat tidur."Lo kalah cakep soalnya," sahut Reres. Reres lalu duduk di samping Haris. Haris memerha
Pagi ini Aira sudah terbangun dan bersiap untu berangkat ke rumah orang tuanya. Biasanya memang ia mengunjungi ayah dan ibunya itu satu bulan sekali. Saga juga biasanya ikut, hanya saja karena ia tengah sakit, jadi Saga terpaksa tinggal di rumah. Tentu saja kedua orang tau Aira mengerti dengan keadaan Saga yang tak mungkin memaksakan diri untuk menemui mertuanya itu.Saga kini tengah membaca artikel dari ponsel, duduk dengan menyandarkan dirinya ke sandaran kasur. Sejak tadi sebenarnya ia ingin berbicara dengan Aira. Hanya saja masih merasa malu dan enggan. Kemarin Reres memintanya untuk bersikap baik pada Aira, karena Aira yang meminta Reres untuk kembali. Jika tak ada Aira, tak mungkin Saga bisa bertemu dengan Reres dan juga buah hatinya. Saga berdeham. "Hmm, Ra?"Aira menoleh paa sang suami. "Hmm? Kamu butuh sesuatu?' tanya Aira takut kalau suaminya itu membutuhkan sesuatu. "Enggak, aku cuma mau bilang makasih." Saga mengatakan dengan lembut. Sejujurnya, ini adalah pertama kal
Haris kini berada di rumah untuk menghabiskan waktu liburnya. Waktu libur kali ini lebih tenang, karena ia tak mencemaskan Reres. Ais memang kini berada di Jakarta. Apalagi Hana, anak bungsunya kini kuliah di salah satu universitas negeri. Mereka kini tinggal di bersama dengan Haris. Hal itu membuat Haris tak perlu bolak-balik ke Bandung lagi, karena keluarganya sudah berkumpul bersama. Ais kini tengah menyiapkan sarapan. Di meja sudah ada nasi goreng buatannya. Dan kini ia tengah menggoreng nugget untuk Haris. Makanan favorit Haris sejak mengenal Reres adalah nasi goreng dan nugget. Karena menu itu yang hampir selalu dibawa Reres untuknya di kantor. Ais memerhatikan si sulung yang kini tengah menatap ponselnya dengan senyum yang terus terulas di bibirnya. "Kenapa kamu belakangan kelihatan seneng banget?""Bu, Haris mau ngomong serius sama ibu." Haris membuka pembicaraan pagi di antara dirinya dan juga Ais.Ais menatap dengan serius, terakhir kali putranya berbicara seperti ini
Aira melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah kedua orang tuanya. senyuman tersungging di bibirnya akibat merasa bahagia, arena pagi tadi Saga begitu baik padanya. Dan memperlakukannya dengan hangat. Meski dalam dirinya sadar betul kalau apa yang dilakukan Saga saat itu adalah karena kehadiran Reres, dan karena ia yang mau memanggilku Reres untuk bisa datang ke rumah. Di ruang tengah sang ayah kini tengah membaca artikel dari ponsel. Akhirnya berjalan mendekat kemudian duduk di samping Hartanto. Wanita itu kemudian memeluk dan mencium sang ayah."Kamu sehat kan di sana nak?" Hartanto bertanya tentang kondisi anaknya selama berada di rumah sang suami.Aira menganggukkan kepalan sambil tangannya merangkul leher sang ayah. Ia memang terkenal sangat manja pada Hartanto. Tentu saja itu karena Aira merupakan anak satu-satunya dari keluarga itu. Dan sang ayah juga selalu memanjakan putrinya. "Aku sehat, Saga juga perlahan pulih." Aira menjawab pertanyaan sang ayah. "Mami ke mana Pi?" "Ka