Feeling
.
.
“Mayya adalah belahan jiwamu. Dia adalah sosok yang harus kau jadikan pengantinmu.”
...
Kedua perempuan yang berbeda usia itu keluar dari kamar mereka dengan penuh canda tawa. Sesekali Tia melemparkan lelucon kepada gadis yang tengah ia rangkul itu. namun tawa keduanya terhenti saat mendengar langkah tegas kaki-kaki yang berjalan menaiki tangga ke lantai yang kini keduanya pijak. Sedetik kemudian, ketika si pemilik kaki-kaki itu mulai nampak, tak ada satu pun dari kedua perempuan itu yang bersuara. Wajah mereka terdiam, layaknya sebuah ekspresi tanpa perasaan. Apalagi ketika mata si pemilik kaki tersebut mengalihkan pandangannya pada sosok gadis yang kini terpaku melihatnya.
“Paman..”
Lelaki yang dipanggil paman oleh sang gadis hanya terdiam. Matanya masih memandangi anak gadisnya yang berdiri dihadapannya, tanpa niatan untuk mengisi nada kosong diudara.
“Mr. Arion.” Tatiana, wanita berambut pirang itu ber
New Couple?..“Aku benar-benar tak bisa melepaskanmu lagi. Tidak sekarang atau pun nanti, Mayya.”...Kedua orang itu tengah merundukkan tubuh mereka dari balik pintu. Tia dan Max memperhatikan interaksi yang baru saja dilakukan kedua orang yang tengah berduaan dibawah tangga. Tentu saja mereka pun menyaksikan adegan keduanya yang tengah berciuman. Keduanya sedikit terkejut dengan sikap keduanya yang sepertinya sudah tak merasa canggung lagi melakukan itu. Mayya dan Rowman seperti sudah pernah melakukan yang seperti ini sebelumnya.Tia cukup terkejut dengan ayahnya yang begitu lugas berperilaku didepan Mayya. Pria yang selama ini ia kenal dingin berubah seratus delapan puluh derajat didetik-detik sebelumnya. Ayahnya yang terlihat lembut, lain seperti ayahnya yang terkenal dingin dan tanpa ampun itu. Apalagi melihat tatapan lembut yang dilemparkan ayahnya pada Mayya. Dalam benaknya, wanita berambut blonde itu merasa bersyukur ayahnya mampu
Berakhir (Mayya)..“Sebenarnya hubungan apa yang sedang kita jalani ini? Apakah kita adalah sepasang kekasih?”...Aku menatap hamparan langit yang ada diatas kepalaku. Malam ini udara begitu sejuk berhembus. Tak dingin dan tak menusuk. Bisa kurasakan hembusan itu seperti sedang berusaha menghiburku yang tengah dilema atas kegundahan hatiku. Diatas sana, bintang dan bulan saling berdampingan. Dulu ketika aku masih kecil, Max selalu menceritakan sebuah cerita. Salah satu yang paling kuingat adalah saat lelaki jangkung itu bercerita bahwa ada saatnya bulan lelah menemani sang bintang dan ada kalanya sang bintang yang lelah menemani sang bulan. Namun yang paling sering menghilang atau pergi meninggalkan pasangannya adalah sang bulan.Semula aku begitu mempercayai ucapan lelaki itu. Aku selalu berpikir bahwa tak ada yang “Setia” di dunia ini. Semuanya pasti akan pergi setelah mengalami kejenuhan. Akan tetapi, ketika aku mulai memasuki masa sek
“Aku mencintaimu.”.....Untuk beberapa saat, aku merasa bahwa saat ini aku sedang berdiri ditengah-tengah hamparan yang luas dengan dihujani dengan air bah yang banyak. Aku tercengang, tak bisa menggerakkan satu pun dari anggota tubuhku.Sial!Aku tak sanggup berbicara lagi. Setelah semua yang terjadi aku tak pernah menyadari apapun tentang gadis mungil yang kini menatapku dengan semua rasa kecewa yang dimilikinya. Tatapan mata miliknya seolah telah menetapkan aku ini adalah tersangka utama. Orang yang pantas dijadikan seorang tersangka atas kesakitannya. Seperti sudah terketuk oleh palu pengadilan.Mayya.Aku tahu ia pasti merasakan sakit saat aku mencerita
“Benarkah dia mengatakan demikian Scara?”Wanita paruh baya yang kini ada dihadapan sosok wanita muda didepannya dengan terpaksa menganggukkan kepalanya. Ramona, wanita itu berbinar mendengar apa yang baru saja diperintahkan oleh petinggi kastil ini untuk mengirimnya kembali ke Last Town. Tentu saja kedatangannya kali ini atas perintah dari sang tetuah, yang pasti takkan ada yang bisa menolaknya, terutama Rowman sendiri.“Lalu apa yang harus aku lakukan?” Dengan dagu terangkat, wanita berambut pirang itu berdiri dengan angkuhnya.Wanita paruh baya yang masih setia berdiri ditempatnya hanya terdiam. Ia cukup tahu sikap congkak yang dimiliki oleh keturunan wanita itu. Sudah bukan rahasia lagi, keluarga wanita itu sesumbar bahwa Ramona-lah yang akan menjadi permaisuri di kastil ini. Dan kejadian dimana lonce
Just Give Me A Reason..Suara dentingan alumunium yang saling bersahutan menjadi nada irama yang menghiasi rumah mungil dipinggiran kota Last Town. Sejak pukul lima pagi tadi, Max sudah mengemban tugasnya yang tengah membuat sarapan pagi untuk orang-orang dirumah itu dengan telaten. Tak lupa seorang wanita berambut pirang yang kini juga ikut membantu bersamanya.Sejujurnya Max tak begitu terbantu dengan hadirnya sosok itu didalam dapurnya. Baginya semua yang dikerjakan wanita itu hanya semakin merusak tatanan makanan yang sudah dibuatnya. Tak ada yang benar kecuali membilas piring kotor.“Hey, aku tahu kalian pasti tak pernah mengerjakan yang seperti ini, tapi setidaknya bisa, kan tidak menggangguku?” sindir Max yang terlihat mulai muak dengan tingkah wanita bernama Tatiana itu.“Aku kan hanya membantu.” Sungut Tia dengan bibirnya yang dikerucutkan lucu.Pagi ini wanita itu nampak terlihat lebih manusiawi dengan dre
Maafkan aku..Just give me a reason, just a little bit enoughJust a second we’re not broken just bentAnd we can learn to love againI never stopped, you’re still written in the scars on my heartSuara deru mobil yang baru saja sampai didepan rumah, membuat Tatiana dan Max segera berjalan cepat ke arah pintu. Disana terlihat Mayya dan Rowman yang kembali berdua setelah mengantarkan kepergian Arion ke stasiun di kota seberang. Keduanya langsung berdiri didepan pintu begitu kedua orang yang mereka nantikan turun dari mobil. Dalam gendongan Tia, Jackson berseru senang saat melihat sang ibu yang baru menampakkan wajahnya hari ini. Maklum saja, sejak pagi akan menjemput Mayya sudah pergi bersama Rowman mengantarkan sang paman ke stasiun.Namun alis Max dan Tia menyatu saat menangkap suasana canggung yang terjadi diantara keduanya. Mayya yang sejak turun dari mobil tak mengatakan sepatah kata pun. Dengan raut w
“Aku minta maaf bukan karena perkataanku kemarin malam, tapi aku minta maaf karena aku tak bisa mengabulkan permintaanmu untuk melepaskanmu.”Dalam hidupnya tak pernah sekalipun Mayya berpikir ia akan mengalami yang namanya rasa terancam dengan sensasi getara kecil didalam dadanya. Seperti saat ini, ia merasa gugup sekaligus ketakutan mengingat apa yang baru saja terjadi pada dirinya. Entah mendapatkan cara dari mana, kini lelaki yang paling ia hindari bersikap semakin aneh dan membuatnya ketakutan.Rowman.Sudah dua hari ini lelaki itu bertingkah sangat aneh. Mulai dari nada bicaranya yang manis, perlakuannya yang juga sangat lembut, dan lelaki itu itu juga selalu mencari kesempatan untuk selalu mengikutinya.Mayya memang tak begitu buta tentang gaya berpacaran orang-or
Rencana..Mayya berkaca diri didepan cermin. Ia memutar-mutarkan tubuhnya disana. Ia sangat puas dengan penampilannya. Sesekali ia mmenyipitkan matanya untuk meyakinkan sosok yang kini terpantul didepan sana. Itu seperti bukan dirinya.Dengan rambutnya yang sudah sedikit memanjang nyaris sepundaknya, Mayya membiarkan saja mereka tergerai. Kalau ia sampai bekad mengikatnya kebelakang, yang pasti ia akan terlihat semakin berantakan. Tanpa polesan make up berlebihan, Mayya hanya memoles pelembab bibir berwarna merah muda terang dan juga sedikit blush on pada pipinya. Sungguh beruntung, Mikhaela sempat mengajarinya bagaimana cara berdanda. Meski pada akhirnya ia akan terlihat seperti badut.“Perfect!”Mayya keluar kamar dan berputar kembali seakan ada orang