AFRAID OF
Tidak akan ada yang tahu kapan hidupmu akan berhenti pada satu titik. Mungkin di titik yang lain, atau kembali lagi ke titik yang sama....Seorang pria nampak duduk bersadar pada kursi berlapis kulit miliknya. Rintik sisa gerimis hujan yang membasahi lahan rumahnya menjadi pusat mata merahnya memandang. Hembusan udara dingin tak terasa lagi baginya yang kini tak sudah tak bisa merasakannya. Ia sama dinginnya dengan itu. Bahkan ia sudah lupa bagaimana rasanya sebuah kehangatan. Mungkin inilah yang disebut sebagai sebuah babak baru, atau entah apa namanya. Hari ini, tepat dua jam yang lalu ia telah membuat sebuah perubahan besar dalam hidupnya. Ia telah membawa masuk sosok yang paling ia larang masuk ke dalam lingkaran yang sudah ia buat. Ia sendiri yang telah mengijinkan sosok itu untuk hidup bersama dengannya. Manusia. Ia benci mendengar makhluk itu masih tetap hidup hingga saat ini. Mereka yang lemah, tak berdaya, penuh dengan tipu muslihat. Itulah yang ia lihat pada dirinya manusia. Namun manusia adalah sosok makhluk pertama yang mengajarkannya cinta. Tepatnya sosok Khamila. Sejak kepergian wanita kesayangannya itu, ia lebih memilih menutup diri. Wanita itu pun sama berdustanya dengan manusia lainnya. Khamila selalu mengatakan bahwa ia akan tetap hidup. Wanita itu akan selalu bersamanya untuk selamanya. Namun, nyatanya ucapannya tak sekuat tubuhnya. Wanita itu hanya bertahan sampai tangisan anak mereka yang kesekian menit lalu memejamkan kedua mata hijaunya. Rowman tak percaya ia telah tertipu muslihat wanita. Wanita yang teramat dicintainya. Mungkin itulah sebabnya orang-orang terdahulunya selalu berkata bahwa manusia dan vampir takkan pernah bisa bersama. Vampir, mereka hanya mencintai satu kali untuk seumur hidupnya. Mereka memiliki usia yang sangat panjang. Bahkan teramat panjang hingga bisa melihat tujuh generasi berikutnya. Sedangkan manusia, mereka hanya bisa melihat tiga generasi sebelum akhirnya meninggal dunia. Itulah manusia. Ia benci harus berkata pernah mempercayai mereka semua. Manusia hanya otak penuh dusta. Ia benci itu. Namun hari ini ia membiarkan lagi sosok lemah itu kembali memasuki hidupnya. Rasanya seperti baru saja menggali lubang kematiannya sendiri, Rowman tergidik ngeri membayangkan akan menjadi apa hidupnya. Kematian demi kematian pun akan ia lihat setelah ini. Sekian lama, untuk ratusan tahun yang terlewati ia sudah tak lagi melihat peristiwa itu. Kesedihan dan kesusahan selalu ia hindari. Tapi.. Gadis itu. bagaimana bisa dengan mudahnya ia merobohkan sebuah dinding yang telah ia buat sedemikian kuat. Tatapan mata hazel itu tak berbohong, Rowman bisa melihatnya. Namun mengijinkan gadis itu datang ke dalam hidupnya bagaikan mengulang lembaran kisah lama yang telah ia tutup rapat. Seperti sebuah nolstagia yang sangat ia benci. “Kau.. aku ingin kau menjadi makananku. Biarkan aku meminum darahmu, maka aku akan melindungimu dan juga bayimu.” Rowman memijat keningnya. Saat ini kepalanya terasa pening, seperti baru saja tertimpa sebuah beban yang sangat berat. Ia tak tahu apa yang merasuki dirinya sehingga kalimat itu tercetus begitu saja. Ia pun terkejut dengan kalimatnya sendiri. Ia tak pernah seperti ini selama 500 tahun kehidupannya. Mayya.Entah apa yang salah dengan gadis itu. Ia pikir mungkin kalau dirinya menjadi manusia, ia takkan bereaksi aneh seperti ini. Ia tahu seleranya tak pernah berubah sejak 500 tahun berlalu. Penampilannya jauh dari kesan meggoda. Malah, kalau ia lihat Mayya lebih mirip seperti anak laki-laki. Rambutnya. Cara berpakaiannya. Wajahnya. Semua yang Rowman lihat jauh dari kesan penampilan gadis pada umumnya. Kalau boleh ia menebak, mungkin Mayya berusia sekitar 20 tahun. Ya, mungkin. Namun semua itu hampir tak terlihat. Bahkan kalau saja ia tidak diperdengarkan dengan suaranya itu, Rowman takkan bisa membedakan Mayya itu laki-laki atau perempuan. Tapi, satu yang Rowman yakini mungkin menjadi alasan utama Mayya begitu menarik dimatanya. Darahnya. Ia yakin ada sesuatu yang mengalir dalam tubuh wanita itu yang tidak disadarinya.Mayya memiliki sesuatu yang memikat. Darah gadis itu begitu menggoda hingga ia harus mengakui hampir saja ia menerjang tubuh mungil itu.
Satu yang bisa ia tangkap, gadis itu memiliki sesuatu yang tak biasa.Mayya mungkin tak menyadarinya, tapi Rowman begitu sadar bahwa ada sesuatu yang terasa begitu memikatnya. Bahkan ia yakin putrinya juga merasakan hal yang sama. Tatiana pasti memiliki rasa yang sama dengannya. Dan, ya, bayinya. Begitu banyak keanehan yang dibawa gadis itu kerumahnya. Terlalu banyak teka-teki yang sejujurnya malas untuknya mencari tahu. Rowman mengernyit kala melihat wajah bayi itu yang tertidur. Ia tak bisa memastikan apapun jika tak melihat langsung ke arah mata bayi itu. Namun makhluk kecil itu tertidur seperti menghindar darinya. Bayi itu tak mau membuka mata ketika ia melihat ke arahnya.Suara ketukan membangunkan Rowman dari alam sadarnya. Tak lama ia Tatiana menyembulkan kepalanya dari balik pintu. Senyumannya yang memunculkan lesung pipinya timbul begitu melihat sosok yang dicarinya tengah berada di kursi kesayangannya.“Daddy..” panggil Tatiana. Wanita itu berjalan memutari meja dan berdiri dihadapan Rowman yang tengah menutup matanya kembali. “Ada apa?” Sahut Rowman meski terdengar seperti gumaman. “Tadinya aku datang hanya untuk memeriksa apakah kau ada di dalam atau tidak.” Ujar Tatiana. Ia mengaitkan tanganya dari balik punggungnya. Ia tersenyum simpul melihat ayahnya yang sepertinya tak fokus dalam tubuhnya. “Ada apa, daddy?” Tia memiringkan kepalanya. Sebenarnya ia tahu walau tak harus bertanya. Ia hanya ingin mendengar semua dari mulut sang ayah.Rowman menggeleng lemah. “Tak ada.”Tatiana tersenyum. Ia bisa membaca apa yang ada dalam pikiran ayahnya itu. ia tahu saat ini ayahnya tengah menyesali apa yang baru saja ia katakan. Mungkin pria itu memilih bungkam dalam keheningan, tapi Tatiana begitu mengenal ayahnya.
Sosok Rowman yang begitu terkontrol kini telah lepas kendali. Hanya karena sosok wanita asing yang baru memasuki kehidupan mereka.
“Biar aku tebak, kau pasti menyesal bukan?”Sedetik kemudian Rowman membuka matanya. Dilihatnya Tatiana tengah tersenyum jahil ke arahnya. Ia tahu putrinya memang senang menggoda. Tak pernah merasa dirinya sudah berubah menjadi seorang vampir, Tatiana tetaplah gadis kecilnya terlepas dari ratusan tahun berlalu. Rowman menggelengkan kepalanya pelan. “Tidak. Hanya saja...”Tatiana memajukkan langkahnya. Sudut bibirnya naik sebelah melihat ayahnya yang begitu frustasi. “Hanya apa?”“Tidak ada.” Elaknya. Rowman tahu putrinya sedang mengujinya. Tia bukanlah anak yang bodoh, wanita itu bisa dengan mudahnya mengetahui jalan pikirannya hanya dalam hitungan detik saja. Tatiana semakin tersenyum jahil pada ayahnya. Ia tahu ayahnya pasti sedang frustasi. Selama ia hidup, ia tak pernah melihat ayahnya menginjinkan manusia untu berada di dalam ruang lingkup mereka. Rowman akan mengusir siapapun yang berwujud manusia yang berani mendekat ke arah mereka. Namun Mayya, dengan mudahnya gadis itu bisa masuk ke dalam kehidupan mereka. “Kau yakin? Aku rasa Mayya tidak selemah seperti apa yang ayah pikirkan.” Kata Tia. Wanita itu memainkan ujung rambutnya seraya memutar bola matanya. Rowman bergeming. Ia tak tahu dan tidak mau tahu apakah gadis itu kuat atau tidak. Baginya semua sama. Manusia hanya tampak kuat diluar, namun kenyataannya mereka hanyalah makhluk yang terlahir dengan segala kelemahan yang mereka miliki. “Aku ragu.” Rowman berdiri. Ia pun bersedekap didepan Tia dengan mimik serius. “Aku minta kau jangan terlalu dekat dengannya Tia. Itu terdengar kurang bagus.”Tia mendengus kasar. Apa saja yang berhubungan dengan manusia pasti ayahnya menjadi orang nomor satu yang akan menentangnya. Sama seperti ketika ia meminta untuk disekolahkan di tempat manusia. Rowman akan menjadi pria pertama yang akan menghadang jalannya. “Memangnya kenapa? Bukankah bagus. Jika ada Mayya, maka aku takkan keluar rumah. Ayolah dad, jangan terlalu berlebihan.” Ucap Tia dengan nada sedikit meninggi. Rowman hanya bisa mendesah pelan. Apapun itu akan ia turuti semua kemauan Tia. Putrinya akan mendapat segalanya yang terbaik yang bisa ia berikan. Namun untuk satu itu, ia takkan pernah bisa memberikannya. Tia tak boleh berdekatan dengan manusia. Meskipun Mayya tak menunjukkan tanda-tanda mencurigakan, Rowman tak mau ambil pusing. Mendekatkan keduanya, sama saja membuat putrinya akan semakin bergantung pada kehadiran Mayya. Jika sudah seperti itu mau tak mau ia akan menahan Mayya untuk tetap berada disini. Tentu ia takkan membiarkannya. “Daddy tak suka kau berdekatan dengannya, Tia. Carilah teman yang seperti dirimu. Vampir remaja banyak diluar sana.”Tia yang tadinya bersikap biasa, mulai menunjukkan wajah tak sukanya. Ia pun mengikuti tingkah sang ayah yang sedang bersedekap. Bedanya mungkin raut wajah Tia tak setenang ayahnya. Mata merahnya menyala menatap tajam sang ayah. “Jangan harap aku mau berteman dengan iblis itu, Daddy.” Imbuhnya tajam. Rowman melemaskan tangannya. “Daddy tahu. Dan namanya Ramona, bukan iblis sayang.”Tia mengibaskan kedua tangannya dikedua sisi kepalanya. “Sudahlah. Apapun keputusanmu, ini kehidupanku. Aku yang akan menentukan dengan siapa aku akan berteman. Termasuk dengan manusia sekalipun.”Tia berbalik, meninggalkan Rowman dengan wajah yang semakin frustasi. “Kau tahu, dad? Mayya juga memiliki alur pikiran yang sama denganmu.” Tukas Tia. “Maksudmu?” Kening Rowman membentuk kerutan yang tak biasa. Tia memutari kembali meja ayahnya dan berjalan ke arah pintu. Namun sebelum membuka daun pintu kayunya, ia berbalik sebentar melihat wajah ayahnya yang kini sudah berada didepan matanya. “Dia juga menganggap kaumnya lemah. Aku rasa kau senang memiliki seseorang yang sepaham denganmu."Tia keluar tanpa ingin mendengarkan tanggapan dari ayahnya. Ia tahu ayahnya pasti mengerti apa maksud ucapannya. Namun ia tetap pada pendiriannya. Mayya sudah ia pilih sebagai temannya. Siapapun termasuk ayahnya takkan pernah ia biarkan untuk mengubahnya. Rowman memadangi kepergian putrinya dengan raut tak terbaca. Ia tak tahu apakah ia akan marah atau sedih atas sikap Tia yang membangkang padanya. Untuk pertama kalinya ia melihat putrinya bisa semarah itu atas semua keputusannya. Tatiana tak pernah berlaku demikian. Mungkin Tia benar, ia terlalu berlebihan. Dan siapa kira kalau Mayya pun memiliki pendapat yang sama dengannya. Kaumnya memang lemah, ia mengakuinya dengan jelas. “Ya, mungkin hanya aku yang terlalu takut padanya.”MAJESTYHanya dia yang memiliki keyakinan kuat yang dapat bertahan....Didalam sebuah ruangan yang gelap, nampak sebuah kotak besar yang terletak ditengah-tengahnya. Sesosok tubuh tengah terlelap didalam kota terbuka itu. Tubuh yang terbalut kulit pucat itu tampak seperti seseorang yang tengah tertidur diatas kasur nyamannya. Namun yang tak menyamakannya dengan seseorang yang tengah tertidur lainnya adalah pakaiannya yang terkesan aneh. Sosok itu memejamkan matanya dengan pakaian setelan jas lengkap dengan jubah yang memiliki kerah meninggi, persis seperti pakaian model pada jaman era reinasance.Tak lama ada seseorang yang nampak membuat daun pintu ruangan tersebut. Meski hanya teraram sinar api obor yang tergantung di empat sudut ruangan, namun suara renyitan pintu begitu nyaring terdengar hingga membuat sosok itu terbangun. Tak bernapas, namun kesadaran itu mulai terasa.“Ada apa Sheed?” ucap sosok itu, masih tetap memejamkan kedua matan
PANDANGANKUBolehkan aku hanya melihatmu dari kejauhan?...Seorang anak kecil nampak berjalan sendirian ditengah hutan. Iris coklatnya yang mungil nampak mencari jalan didepannya yang terasa asing. Susunan pohon pinus yang menjulang tinggi membuatnya nampak begitu kecil dan mungil didalam sana. Dengan rasa takut dalam hatinya, gadis kecil itu pun mencoba melangkahkan kakinya mencari jalan, meski rasanya sangat berat.“Halo, kau sendirian?”Gadis kecil itu pun tersentak mendengar suara yang entah berasal dari mana. Ia menolehkan kepalanya kekiri dan kekanan mencarinya namun yang ia dapatkan hanya udara hampa yang kosong.“Aku dibelakangmu.”Gadis kecil itu pun berbalik dan melihat sepasang kaki yang berdiri menjulang tinggi didepannya. Kepala mungilnya didongakkan ke atas guna melihat siapa sosok yang bertanya tadi padanya. Namun sinar yang menerpa dibelakang sosok itu begitu terang dan menyilaukan, sehingga ia tak mam
HILANG KENDALIBanyak hal yang ingin terucapkan, namun hanya yang berarti yang akan tersampaikan....Mayya memasukkan sebuah teflon ke dalam oven. Ketika ia memasuki dapur minimalis dirumah ini, ia terkejut. banyak sekali perabutan mewah didapur ini. Sejenak saat terpaku melihatnya, Mayya mulai meragukan ucapan dua orang yang mengaku vampir itu. Bagaimana bisa mereka memiliki perabotan masak yang mewah sedangkan mereka tak pernah menggunakannya untuk memasak.Mereka vampir, tentu tak butuh waktu banyak untuk mengolah makanan mereka sendiri. Vampir hanya butuh darah, begitu simpulan yang dapat Mayya tangkap.Jari mungilnya, yang senada dengan bentuk tubuhnya memutar aturan waktu pada oven didepannya. Pagi ini ia memilih untuk membuat sebuah sarapan sederhana. Mungkin kue kecil untuk mengisi perutnya yang sejak kemarin pagi tak terisi. Kejadian tempo hari membuatnya hilang selera. Ia bahkan baru menyadari kalau dirinya sangat kelaparan
“Kau..” Mayya dengan reflek langsung memutar tubuhnya. Namun mata hazelnya langsung di perlihatkan dengan dada bidang milik pria itu. perlahan Mayya menaikkan pandangannya ke atas. Dilihatnya mata merah itu menatapnya dengan tatapan datar. Seketika Mayya merasakan bahwa mata itu begitu mengintimidasinya. Mata merah itu nampak memiliki arti sendiri saat bersitatap dengannya. Mungkin setelah berjam-jam ia berada disini, satu hal yang belum disadarinya. Rowman memiliki mata sipit yang berbentuk seperti musang. Mata pria itu memang memiliki ciri khas bentuk seperti orang asia. “Kau..” Rowman kembali bersuara. Suara berat miliknya menggema diruangan dapur dengan tajam dan menusuk. Mayya berulang kali mencoba meneguk air liurnya sendiri. namun mata itu kembali seperti sedang memenjarakannya. Ia hanya bergeming, mematung ditempatnya. Selalu seperti ini. Saat pertama pertemuan mereka, Rowman pun
Hate Her?Jika membencimu adalah satu-satunya jalan untuk menutup lubang dilukaku, maka aku akan melakukannya seibu kali lebih banyak dari yang bisa kau bayangkan....Mayya berjalan lesu ke arah kamarnya. Setelah kejadian tadi ia lebih banyak memilih untuk mengunci mulutnya rapat-rapat. Ia takut ucapannya akan kembali membawa boomerang baginya. Itu tidak bisa dibiarkan. Selain dirinya, ada Jackson yang mungkin akan terluka karena ulahnya. Bayi itu sudah cukup bernasib buruk kehilangan Mikhaela. Ia tak mau menambah daftar buruk kesialan hidupnya lagi.Andai saja ia tidak diserang pada hari itu, mungkin saat ini ia dan juga Jackson masih bisa menjalani hidup tenang mereka seperti biasa. Mungkin memang sudah salahnya yang memilih masuk ke dalam rumah ini.Dibukanya kenop pintu dan terlihat Tia yang sedang menimang sang anak. Tatapan wanita vampir itu terlihat sangat lembut dari pada dirinya. Caranya menggendong Jackson pun tak canggung,
Forgive MeSuasana pagi itu dikediaman Rowman nampaknya tenang, seakan kembali seperti semula. Tak ada kebisingan suara alumunium yang berdentingan, yang biasanya berasal dari dapur. Pagi ini Rowman membaca koran hariannya dengan tenang. Duduk dikursi anyaman dekat jendela, membuatnya begitu nyaman. Dari balik kacamata transparannya, bait demi bait kata ia baca dengan seksama. Entah mengapa berita pagi ini begitu menrik perhatiannya.Jasad seorang lelaki ditemukan tak bernyawa dekat dermaga. Diduga lelaki itu tewas karena serangan hewan buas.Membaca kalimat itu membuat Rowman terkikik geli. Disana diperlihatnya dengan jelas bekas gigitan yang bersarang dileher lelaki malang itu. Tentu baginya bekas itu tak asing lagi. Bukanlah hewan buas yang sanggup membunuh seorang manusia hanya sebuah gigitan. Seperti biasanya, Hewan hanya akan mengikuti nalurinya untuk berburu. Kalau pun ia lapar, bukankan akan lebih baik jika melahap seluruh tubuh mangsanya. Mengapa ha
Who’s Her?Ketika fajar mengalihkan pandanganmu, jangan pernah menoleh lagi ke belakang. jika itu kau lakukan, maka hanya ada kegelapan yang akan menyambutmu....Tia melihat ayahnya yang baru saja keluar dari kamar Mayya dengan mata penuh selidik. Pria dewasa itu keluar dengan langkah pelan meski tak menyadari jika sang putri tengah memandanginya dari balik pilar yang terbangun didekat anak tangga.Awalnya Tia ingin kembali masuk mengecek keadaan Mayya. Namun langkahnya terhenti ketika melihat pintu kamar gadis itu terbuka dan ayahnya keluar dari dalam sana. Entah apa yang dilakukan pria itu, namun Tia merasa was-was jika ayahnya kembali menakuti Mayya.“Untuk apa Daddy kesana?” gumamnya. Kepala wanita itu miring kesamping sehingga membuat rambutnya yang berponi menutupi sebelah matanya.Seketika Rowman yang tadinya berjalan ke arah lain langsung terhenti tepat setelah Tia bergumam. Pria itu kemudian berbalik dan memandang
Accept You...Mayya menerjabkan matanya pelan. Mata hazelnya langsung bertemu pandang dengan lapisan kayu berwarna coklat yang menjadi langit-langit kamarnya. Ia pikir seperti sudah sangat lama ia tak terbangun dengan kondisi seperti ini. Hampir tiga hari pikirnya ia menghabiskan waktu dikamar seharian penuh. Mayya juga melewatkan acara mandi pagi dan sorenya lantaran ia tak memiliki cukup tenaga untuk bangkit dari tempat tidur yang ia tiduri itu.Dengan langkah hati-hati Mayya, bangkit dan berusaha duduk bersandarkan head bed besi dibelakangnya. Sejenak ia memutari pandangan disekitar kamarnya. Tentu meski sudah beberapa hari berada dirumah ini, rasanya Mayya masih merasa asing dengan pemandangan ini.Jika dulu dirumahnya setiap ia terbangun, Mayya selalu disuguhkan dengan pemandangan rerumputan dan taman kecil yang ia buat di halaman rumahnya. Bunga mawar merah yang menjadi bunga kesukaannya tak pernah terlewatkan untuk dia hirup. Namun kini