Tujuh Tahun Kemudian
Langkah kaki kecil itu terus bergerak mengikuti angin. Hembusan kasar angin di musim gugur membuat dedaunan di pohon merontokkan dirinya dan jatuh beriringan ke atas tanah. Tapi, kencangnya suara angin tak menyurutkan langkah-langkah kaki mungil itu untuk terus bergerak. Entah apa yang mereka kejar, tapi kaki-kaki mungil itu tahu pasti bahwa mereka tidak sedang tersasar. Tujuan mereka pasti ketika jarak telah mengikis antara mereka dan juga sebuah pohon rindang di ujung taman.
Pada mulanya hanya sebuah pohon yang tampak kassat mata, namun perlahan sebuah bayangan membentuk seorang wanita bergaun putih yang sudah menunggu kedua pemilik kaki-kaki mungil itu berlari mendekat. Senyum yang tampak di wajah wanita itu tampak melebar kala ia merentangkan kedua tangannya menyambut sosok-sosok mungil yang sudah ia nantikan selama tiga puluh hari terakhir mereka bertemu.
"Mommy!"
“Apa ?”Dewa itu melemparkan tatapan seriusnya ke arah Celeste dan enggan mengulang kembali keputusan yang sudah ia buat. Hanya kali ini ia akan memberikan penawaran terbaiknya pada wanita itu demi keberlangsungan hidup Para dewa dan dewi diatas sana agar tidak lagi melihat kekacauan dan peperangan di Bumi.“Sebelum kau membuat onar seperti dulu, aku akan memberikan tawaran terbaik yang kupunya. Jangan sampai kutarik kembali keputusanku ini.”Celeste melirik sedikit pada Punggung Mayya yang masih bergetar di sana. Jika ingatannya menghilang maka selamanya ia takkan lagi bisa melihat putri kesayangannya itu. Mayya akan hidup tanpa seorang ibu, setelah ayahnya tega berusaha membunuhnya.“Apakah aku bisa menerimanya setelah aku mengucapkan selamat tinggal ?”Setengah tak mengerti, Dewa mengernyitkan dahinya. Stau permintaan yang tak pernah diminta Celeste sejak dewi ini kembali ke tempat di mana para dewa dan
Kota yang selama tiga tahun ini menjadi kota bersalju yang pekat. Hampir setiap hari hujan salju selalu turun di kota yang lama tak di kunjungi oleh kaum manusia. Tapi, Tak ada satu pun manusia yang tahu bahwa di sanalah penghuni yang selama ini dikatakan sebagai cerita fiktif memulai kehidupan mereka.Mereka adalah kaum vampir. Sebuah legenda yang selama ini dikatakan para manusia sebagai cerita khayalan, fiktif dan disamakan dengan cerita dongeng untuk menakuti anak kecil di malam hari, tanpa tahu bahwa makhluk itu nyata dan terkadang iktu membaur dengan manusia di luar sana. Namun ada satu klan yang sudah bersumpah untuk tidak lagi meminum darah manusia. Karena bagi mereka dengan meminum darah manusia malah akan membuat rasa lapar mereka akan darah tidak pernah puas. Selama hidupnya Klan Vlad sudah menghabiskan ribuan tahun untuk meminum darah dari hewan. Anggaplah mereka adalah vegetarian. Dari pada harus menjadi pembunuh yang akan membahayakan nyawa bangsa vampir,
Di dalam kamar yang serba putih, seorang wanita nampak terbaring di atas ranjang yang letaknya berada di tengah ruangan. Mata wanita itu terpejam seolah sedang tertidur pulas dan enggan untuk melihat dunia seperti sedia kala. Beberapa alat medis menjadi teman setia wanita itu selama beberapa bulan terakhir. Tak ada yang menyangka jika wanita itu masih bisa selamat bahkan ketika kecelakaan maut yang menimpa puluhan orang telah merengut banyak nyawa. Dalam keadaan tulang rusuknyayang patah serta benturan hebat di kepalanya, wanita itu masih sempat untuk membuka mata sebelum akhirnya kucuran darah dari tubuhnya menguras habis kesadarannya dan membuat wanita itu teraring koma selama setengah tahun. Para dokter yang merawatnya sudah menyatakan bahwa wanita ini mengalami mati otak. Kondisinya tak pernah mengalami kemajuan selama beberapa bulan terakhir. Hanya menyisakan suara mesin EKG yang menemani tidur panjangnya selama ini. "Apakah tid
"S-Siapa kau ?"Ya, mau tak mau pada akhirnya ia tetap harus bertanya siapa sosok pria bertubuh tinggi besar yang kini sedang memandanginya dengan tatapan tajam seolah ia adalah mangsa yang empuk untuk dijadikan makan malam.Wanita itu sudah hampir mengarahkan pandangannya ke sekeliling. Mencari apapun yang bsia ia gunakan untuk melawan orang jahat ini dan juga di seluruh dunia. Namun suara berat yang dimiliki oleh sosok pria itu membuat jantung sang wanita hampir mencelos. Ia yakin dengan seyakinnya bahwa suara berat itu terdengar familiar di telinganya. Tapi, seumur hidup wanita itu masih belum mengenal teman pria. Tuntutan kehidupannya yang dirampas oleh keluarga ibunya langsung membuatnya menjadi anak kuper.Ketika sinar rembulan sudah mulai membasahi sosok itu dengan cahaya, wanita itu nyari tak memiliki apapun di dalam kepalanya untuk berpikir. Mulutnya terbuka lebar saat pemandangan yang luar biasa itu menyapa indera penglihatannya
Tak ada satu pun suara yang bisa mendengardi hutan ini. Ia tahu pasti. Sudah jelas hanya ada sautan hewan liar yang menemani suaranya malam ini dan mereka pun akan menjadi saksi dimana dan bagaimana Maria akan meregang nyawanya sekarang. Ketika pria itu semakin mendekat, Maria mendadak kehilangan fokus pandangannya. Semua yang ia lihat seperti berputar dan perlahan memudar. Bersamaan dengan itu, tubuh wanita itu luruh ke atas tanah dan menyisakan pria bermata merah yang menghela napasnya panjang-panjang.Satu pekerjaan lagi, pikirnya. Ia harus memutar otaknya memberikan penjelasan yang masuk akal pada Rowman yang tentunya akan menginterogasinya sepanjang hari. Ia juga harus menemukan alasan mengapa wanita ini bisa menembus portal yang dibuat Rowman setelah kematian Mayya bertahun-tahun lalu. Jelas sekali ada yang aneh dengan manusia bernama Maria ini. Belum lagi pakaiannya yang compang-camping membuat pria itu berpikir kalau Maria bisa saja bukan manusia baik-baik. Enta
Mayya sungguh tak bisa mengalihkan wajahnya untuk tidak menatap pria itu. Saat ini sepasang mata musang milik pria itu menjadi begitu memikat. Ah, bukan. Sepasang mata itu seperti memejarakannya. Ia takjub. Tanpa disadari keduanya, Mayya dan Rowman saling mendekatkan kedua wajahnya dengan gerakkan pelan. Terus hingga pada akhirnya, kedua hidung mereka saling bersentuhan. Napas pendek yang menjadi pengisi suara dikeheningan mereka terdengar begitu intim.“Mayya..” Hanya itu kalimat yang bisa diucapkan Rowman dalam keadaan seperti ini. “Sialan.. Aku akan melakukannya.”“Melakukan apa?”Sedetik kemudian, entah siapa yang memulai, kini keduanya sudah saling berpangutan. Keduanya saling menempelkan bibirnya dengan penuh nafus, seakan tak ada hari esok lagi untuk mereka.Dibelakang sana, Jackson memperhatikan kedua orang dewasa itu dengan senyuman lebar. Tangannya refl
Wanita itu mematut dirinya di depan cermin lemari. Setelah ia menghabiskan satu mangkuk sup panas yang membuat lambungnya berhenti menjerit, Maria segera menyiapkan dirinya dan menemukan sebuah gaun tua yang berada di dalam lemari. Warna gading yang usang itu dirasanya cukup bagus untuk dijadikan baju ganti kaos kebesaran yang menempel di tubuhnya semalaman selama ia pingsan. Ia juga sudah merapihkan dirinya untuk memperkenalkan diri dengan sang tuan rumah, Wanita berambut merah bernama Tatiana itu.Ketika ia keluar dari kamar dan membawa mangkuk bekas sarapannya, pemandangan pertama yang ia lihat pagi ini adalah sebuah rumah sederhana yang hanya memiliki ruang tambu kecil dan juga dapur mungil yang membuat Maria tersenyum sendu melihatnya. Rumah itu memang sederhana namun membuatnya hangat. Ia yakin sekali siapapun pemilik rumah ini adalah seseorang yang memiliki kesederhanaan dan kehangatan."Kau sudah siap rupanya."Suara Tatiana langsung me
Pria itu pun jongkok di salah satu jasad dan memperhatikannya dengan seksama. Ia yakin betul bahwa peristiwa mengerikan ini bukanlah ulah kaumnya yang haus akan darah. Tidaka da sedikit pun bekas vampir yang sedang berburu semalam. Dan jelas, para jasad ini saat mereka hidup mencoba untuk menerobos portal pembatas yang hanya dirinya sajalah yang bisa keluar masuk ke sana. Seolah orang-orang ini sedang mengejar sesuatu yang masuk melewati portal.Rowman, pria itu meyakini bahwa ada sesuatu yang mereka kejar hingga tak sadar bahwa mereka semua sudah memasuki kawasan portal yang ia bangun agar membatasi dunianya dn dunia manusia. Jika hewan yang mereka kejar, sudah pasti ada senapan atau alat untuk berburu lainnya. Namun, Rowman melihat mereka berlari dengan tangan kosong. Sekitar empat orang yang tewas ini terlihat mengejar seorang manusia lainnya. Tapi, tidak ada bekas di sini selain ke empat preman yang tewas itu."Apakah ada manusia yang berhasil masuk mel