Wanita itu kembali membuka matanya setelah mimpi aneh yang menyambangi alam bawah sadarnya. Ia segera membuka matanya lebar-lebar sebelum akhirnya menemukan kembali dirinya yang terbaring di kamar yang sudah dua minggu ini ia tempati. Di dalam kamar itu ia semakin sering memimpikan hal yang tak pernah ia jalani. Dan anehnya, ia selalu merasa seperti dirinya lah yang menjadi tokoh dalam cerita di mimpinya.
Perlahan wanita itu segera bangkit dan duduk sejenak di atas kasurnya. Ia memandangi jendela yang masih terhalang oleh tirai. Ia tahu hari masih gelap. Pagi enggan menjemput harinya sedini mungkin. Tanpa tahu pukul berapa sekarang, harinya akan selalu ditandai dengan tingginya jarak matahari dan diakhir oleh datangnya sang senja.
Maria, entah apakah nama itu masih diingat oleh orang-orang yang dulu mengaku kerabatnya. Sampai detik ini ia belum berani untuk mencari tahu apakah mereka semua yang pernah mengaku kenal dengannya sibuk mencarinya. Atau mungkin m
“Katakan.. jika memang ini bukanlah seperti yang aku pikirkan, lalu hubungan apa yang sedang kita jalani?” Aku menuntut. Namun aku cukup bersikap tak mendesaknya terlalu berlebihan. Cukup menyadari fakta bahwa selain menjadi orang asing dalam hidupnya, aku bukanlah apa-apa.“Mayya..”Tidak. Bukan itu jawabannya. Aku tak butuh dia yang memanggil namaku dengan begitu pelan. Aku bukanlah beban. Pertemuan kami memang bukanlah sebuah beban bagiku, tapi aku tak tahu apa ini baginya. Aku hanya sebuah beban atau memang aku bukanlah apa-apa.“Maaf.” Pria itu menundukkan kepalanya, seolah menyembunyikan sesuatu hal yang amat menyakitkan dariku. Aku mulai ketakutan sekarang.“Katakan..” Meski dengan nada lirih, aku sadar ahwa serbuan rasa keingintahuanku benar-benar mendesakku untuk lebih menuntutnya.Pria itu meraih tanganku. Ia membawa punggung tanganku hingga menyentuh bibirnya. Bibirn
Perjalanan yang ditempuh membutuhkan waktu selama satu setengah jam. Ketika sampai disana, Mayya sudah jatuh terlelap dalam tidurnya. Rowman yang menyadari itu hanya bisa memandangi wajah tenang milik Mayya. Ada rasa hangat kala ia melihat wajah mungil itu. Mayya, dengan segala kesederhanaannya malam ini berhasil membiusnya. Siapa yang menyangka dengan sedikit polesan diwajahnya gadis itu berubah menjadi sangat cantik. Dan kini harus ia akui gadis itu memang memiliki kecantikan yang luar biasa, bahkan ketika sedang terlelap sekalipun.“Kita sudah sampai.” Ucapnya. Meski pelan, ternyata suara itu cukup membuat gadis itu terbangung dari tidurnya. Dengan lemas, Mayya beranjak bangun dan sedikit menyingkirkan selimut yang membungkus tubuhnya.“Sudah sampai, ya.”Rowman mengangguk pelan. Lalu pria itu meringsu
"AKu harus mengatakan ini padamu, Son." Jackson tak merubah ekspresi wajahnya terlalu banyak. Pria muda itu masih menunggu maksud panggilan ayahnya secara pribadi ini. Biasanya ayahnya pasti akan memanggilnya berbarengan dengan kedua saudara kembarnya yang suka mengikuti kemana pun ia melangkah. "Lalu ?" Pria itu berjalan mendekati Jackson yang telah dewasa ini. Ia tak menyangka jika anak yang ia sudah anggap seperti darah dagingnya sendiri telah dewasa secepat ini. Anak yang membawa Mayya ke dalam hidupnya, yang tak pernah ia bedakan dengan lainnya. Jika Tatiana adalah kesayangannya, si kembar adalah anugerah untuknya, maka Jackson adalah berkah baginya. Tanpa bayi Jackson dulu, mungin Mayya takkan sampai ke depan rumahnya dan mengemis untuk tinggal. Jackson adalah berkah dalam hidupnya. Mayya meninggalkan Jackson kepadanya sebagai penanda bahwa wanita i
Jari-jari mungil itu dengan telaten menyatukan untaian benang dan benang lainnya agar terkumpul dan terangkai menjadi satu. Mata hazel milik wanita yang tengah melakukannya itu nampak serius memandangi hasil rajutannya yang membentuk sebuah kaos kaki mungil berwarna biru.Diterangi dengan sinar matahari senja, gadis itu tetap duduk tenang dengan rajutan yang hampir setengah jadi ditangannya. Setidaknya untuk hari ini ia bisa menyelesaikan rencananya untuk membuat sesuatu saat kedua bayinya lahir.Setiap kali Mayya mengingat tentang bayi, mau tak mau ia pun tak bisa menahan senyumannya. Dalam hitungan bulan ia akan resmi menjadi seorang ibu. Ia yakin anaknya akan tumbuh dengan baik. Namun ia sedikit ragu dengan anggapanya bahwa ia akan menjadi ibu dalam hitungan bulan. Pasalnya terhitung baru menginjak sebulan setelah kehamilannya, perutnya sudah membesa
Seorang wanita tampak berjalan dalam kegelapan seusai ia melihat sebuah adegan demi adegan yang kali ini bisa ia ingat bahkan ketika ia belum terbangun sekali pun. Wanita itu berjalan pelan sembari mencari penerangan. Tangannya pun bergerak mencoba meraba apapun yang bisa menuntunnya berjalan menuju cahaya apa saja untuk menerangi jalannya."Mayya, sudah saatnya kau sadar bahwa kau sudah dibangkitkan kembali."Suara itu terdengar dari arah belakang. Wanita itu pun segera menoleh ke sumber suara dan menemukan sosok wanita yang sangat terang di belakangnya. Wanita dengan rambut pirang bak dewi yang sangat asing baginya, namun tidak membuatnya takut sama sekali."Kau sudah berada di tempat yang tepat, Nak."Wanita itu pun terheran-heran. Ingin rasanya mendekat tapi dirinya pun sedikit takut jika hal itu malah membahayakan dirinya."S
Seorang pria muda tampak menggendong seorang wanita yang tak sadarkan diri di belakang punggungnya. Tubuhnya yang masih kecil untuk disandingkan dengan vampir dewasa seperti Rowman memang masih kalah jauh. Hanya saja tenaganya yang kuat mampu mengangkat tubuh seorang wanita yang memiliki tinggi hampir sejajar dengan dirinya.Keduanya terlihat kecil di tengah hutan yang saat itu tengah di selimuti dengan awan mendung yang pekat. Langit seorang sedang melindungi keduanya dari terik sinar matahari yang sebelumnya, hanya berselang beberapa menit sebelum keduanya berjalan menyusuri jalanan hutan dengan terik menyirami cahaya ke bumi.Tak ada hujan, hanya mendung tanpa kilatan. Seolah siap untuk menurunkan air dari balik awan tebal itu.Dalam pikiran pria muda itu ia hanya harus sesegera mungkin sampai ke rumah, tempat di mana saudara-saudarinya berada. Ia akan menunjukkan bahwa anggota
Maria terus berjalan melintasi lorong gelap yang tak bisa memberikannya petunjuk arah. Wanita itu hanya berjalan mengikuti kemana instingnya pergi. Ia sendiri tak tahu sampai kapan dirinya harus berjalan dalam kegelapan sambil terus melihat sebuah adegan layaknya putaran film usang yang mengharuskannya untuk mengingat siapa-siapa saja yang ada dalam adegan tersebut.Smeua tampak jelas. Ia tahu siapa Tatiana, Max, Arion ... Rowman. Laki-laki yang membuatnya merasa jantngnya berdetak menggila. Jika dirinya Mayya, maka lelaki itu adalah kekasihnya dan dirinya ... sedang mengandung anak pria itu. Namun, ia sendiri tak tahu kemana perginya pria itu. Tak tahu harus di mana ia menemukan pria itu.“Mayya, Disini ada Jackson.”Suara asing itu membuatnya harus menoleh ke belakang dan tidak ditemukannya siapapun di balik punggungnya hanya ada kegelapan.“Halo, I’m your Auntie.”Suara itu kembali terd
“Halo! Bisakah kami menumpang dirumahmu?” ditangannya terdapat bungkusan berwarna merah muda yang terlihat aneh di mata Tatiana. Ia bisa mengendus bau wanita ini, namun tidak dengan bayinya. Tatiana berjalan maju membelakangi ayahnya. Tubuhnya yang tinggi membuatnya bisa dengan mudah melihat apa yang berada dibalik kain merah muda itu.“Bayi?” tanyanya dengan alis terangkat.Wanita itu kembali tersenyum dan mata hazelnya memancarkan sesuatu yang tak Rowman mengerti. Beruntung tubuh putrinya sedang menutup wajahnya. Kalau tidak mungkin ia akan melihat lebih lagi dari wanita itu.“Halo. Aku Mayya. Bisakah kau memberikan tumpangan untukku dan anakku?”Rowman tertegun. Bau ini begitu memikatnya. Gadis muda mungil itu nampak sangat kecil dimatanya. Ia yang bertubuh besar terlihat seperti seorang raksasa ketika berhadapan dengan gadis muda yang bernama Mayya itu.