"Kak Alen, jalannya jangan cepet-cepet, ih!" kesal Sera saat ia tak sengaja berpapasan dengan Alena di halaman depan sekolah.
"Lelet," komentar Alena dan langsung membuat Sera cemberut lucu.
"Tadi kakak pulangnya pagi sekali, tidak bilang dulu padaku lagi."
"Siapa suruh tidurmu seperti kerbau."
"He he, kecapekan kayaknya, Kak. Kita ngobrol semalaman, kan."
"Tepatnya kau yang mengoceh sendirian."
"Iya juga, sih, he he. Eh, iya, semalam aku tidak sengaja bangun terus turun ke dapur untuk minum. Kulihat kakak dan kak Liam sedang asyik berduaan di ruang tamu. Ngobrolin apa, sih?"
"Mau tahu saja."
"Ciyeee, Kakak, sudah main rahasia-rahasiaan nih sama aku."
"Apa, sih?" Alena mulai kesal dengan godaan Sera namun gadis itu tidak berhenti mengoceh.
"Kak Liam lagi renggang tahu, Kak, sa
Allendra sedikit tidak nyaman ketika Zeeya memperhatikan kegaiatan makannya dengan intens. Perempuan itu menangkup dagu tanpa kedip, menyungging senyum aneh yang membuat Allendra merasa sedang diejek entah kenapa."Kau minta kucium?" tandas pria itu setelah berhasil menelan makanannya.Zeeya menggeleng dan masih menjaga senyum tadi dengan baik."Lalu kenapa kau menatapku dengan senyum seperti itu?""Memangnya kenapa, ada yang salah dengan senyumku?""Mm, aku merasa disudutkan."Zeeya menurunkan tangannya dari dagu, saat ini mereka sedang ada di kafe biasa, yang letaknya dekat SMA Sevit. Allendra mengajak Zeeya makan siang bersama sebelum kembali ke kantornya."Bagaimana rasanya berbaikan dengan Alena?""Aku tidak baikan dengannya.""Kau manis sekali saat menggendongnya ke UKS tadi."
"Terima kasih ya, Zee, sudah menyempatkan datang," ungkap Mark saat dia menghampiri Zeeya.Gadis itu terlihat sedang mengambil minuman seorang diri, Mark yang melihatnya buru-buru mendekat dan menyapa orang yang sejak tadi dia tunggu."Sama-sama, dapat makanan gratis mana mungkin aku melewatkannya. Terlebih aku tidak perlu repot berkendara untuk tiba di rumahmu.""Syukurlah, aku pikir kau tidak akan datang karena tadi orang tuamu hanya datang berdua.""Tadi aku harus memeriksa tugas anak-anak dulu jadi datangnya sedikit telat. Oh, ya, kau bilang pesta kecil-kecilan, ini sih meRia.""Biasa, keinginan orang tua. Aku manut-manut saja.""Bibi dan paman mana?" tanya Zeeya karena tak melihat kedua orang tua Mark, dia ingin menyapa mereka."Di dalam, sedang mengobrol dengan orang tuamu dan beberapa teman mereka yang lain.""
Zeeya menggigit bibir bawahnya pelan menghadapi situasi tak terduga ini. Tadi, saat di pesta Mark, wanita itu tak sempat memikirkan konsekuensi yang akan muncul akibat perbuatannya dan Allendra. Kini, setelah ia kembali menghadapi kenyataan, Zeeya harus menyiapkan seribu satu alasan untuk menjawab setiap pertanyaan yang akan diajukan kedua orang tuanya. Zeeya prediksi pertanyaannya akan banyak menyinggung hubungan asmaranya dan Allendra."Zeeya tidak pernah cerita loh nak Al kalau dia sudah punya kekasih," ujar ibu Zeeya.Mereka sedang di ruang tamu kediaman Zeeya. Usai menghadiri pesta Mark, orang tua wanita itu bergegas mengajak Zeeya dan Allendra pulang ke rumah mereka. Ya, tujuannya pasti untuk momen ini. Apa lagi memangnya."Anaknya jahat ya Bu, pacar sendiri tidak diakui," canda Allendra mengalir saja.Dia tidak terlihat canggung diajak interaksi oleh orang tua Zeeya, malah tampak santai. Justr
"Kuakui aku salah, maaf."Sunny menunduk penuh sesal di hadapan Liam. Setelah berhari-hari dia renggang dengan kekasihnya itu, akhirnya Sunny menekan egonya sekuat mungkin dan memutuskan untuk meminta maaf duluan pada Liam. Dia tidak ingin mereka bertengkar terlalu lama."Oke, aku maafkan. Tapi tolong jangan ulangi kejadian seperti tempo hari."Sunny mengembangkan senyum senangnya, gadis cantik berambut panjang itu pun langsung memeluk Liam sebentar setelahnya ia bergelayut manja di lengan lelaki itu. Sunny tahu Liam ini pemaaf, saat sedang marah, dia memang menyeramkan tapi itu hanya berlaku sesaat sampai kemarahannya benar-benar padam."Nah, begitu dong. Ini. Baru pacarku. Eh, Sayang, ada yang mau kutunjukkan padamu. Lihat, ini."Sunny menunjukkan rekaman singkat dirinya dan boneka pemberian Liam. Tadinya rekaman itu hendak dikirim tadi malam untuk membujuk Liam memaafkannya, t
“Kau baik-baik saja?” tanya Liam setelah ia mendapati Alena beberapa kali melamun ketika dia sedang menjelaskan materi.“Hm,” sahut gadis itu lalu dia mengangguk setelah menyadari apa yang Liam tanyakan, “Lanjutkan,” katanya akan tetapi Liam justru menutup semua bukunya dan membereskan alat yang berserakan di meja.“Sampai sini saja untuk hari ini. Sepertinya kau sedang tidak bisa fokus. Nanti bawa lembar soal ini, aku sudah menandai bagian yang belum kujelaskan, jadi kau tinggal baca materi yang kurangkum. Ini, rangkumannya aku lampirkan di belakang. Semisal masih ada yang tidak kau pahami, boleh tandai dulu atau langsung saja tanyakan padaku via pesan. Malam hari, di atas pukul delapan, aku bisa membalas pesanmu dengan cepat.”Alena mengangguk lagi, setelah bicara empat mata dengan Zeeya, gadis itu jadi tidak bisa konsentrasi terhadap apa yang harus dikerjakannya. Pikiran
"Hari ini sibuk, tidak?" tanya Zeeya sambil menyimpan ponselnya di meja rias kemudian mengaktifkan mode panggilan video.Sebelumnya dia dan Allendra terhubung dalam sambungan telepon biasa."Memangnya kapan aku tidak sibuk?""Kau kan sering berlaga tidak sibuk, siapa tahu hari ini juga masih.""Maaf kau harus kecewa hari ini, aku tidak bisa meninggalkan kantor sedetik pun. Kenapa memang?""Tidak, kalau ada waktu senggang siapa tahu kau mau datang ke bazar di sekolah.""Sayang sekali aku tidak bisa.""Kau sudah di kantor?" kaget Zeeya karena ini masih terlalu pagi menurutnya.Dia saja baru bersiap merias diri untuk pergi ke sekolah."Sejak kemarin aku di sini dan tidak beranjak selangkah pun.""Masa iya tidak mandi?""Harus ya menanyakan hal itu?"&n
"Astaga!" jantung Alena tersentak saat Sera tiba-tiba muncul di depan stand kelompoknya dengan penampilan yang mengerikan.Bibir memberengut, pipi mengembung, dan mata panda yang lebar sekali. Anak itu seperti orang yang baru keluar tahanan. Untung saja rambut dan pakaiannya masih rapi."Kak Alennn ... aku sedang sedih," adu anak itu, sambil bersandar pada tiang stand dengan raut nelangsa."Wajahmu menyeramkan sekali," ejek Alena sambil membenarkan celemeknya.Kelompok Alena kali ini sedang jualan bakso ikan bakar, sejak acara dimulai stand tersebut cukup ramai didatangi pembeli. Kini teman sekelompok Alena yang lain sedang bergiliran ada yang istirahat, ada yang promosi keliling untuk mencari pelanggan, dan Alena kebagian mejaga stand. Peserta bazar ini diikuti oleh seluruh siswa kelas XII sebagai praktik mata pelajaran kewirausahaan. Setiap tahun acara ini rutin diadakan dan selalu di
Allendra datang ke sana untuk menemui kekasihnya, namun seseorang yang kini berdiri di hadapannya adalah Mark, pria yang entah mengapa selalu tertangkap mata Allendra ketika dia ingin menemui Zeeya. Pria itu seperti lalat pengganggu yang berkeliaran di sekitar wanitanya. Ingin mengusir juga mustahil karena ini memang kawasan rumahnya.Sepertinya Allendra benar-benar harus membeli perumahan itu agar ia bisa bebas mengusir Mark. Ia juga agak kesal karena Zeeya terus-terusan menolak untuk diajak pindah. Padahal jika wanita itu mau, Allendra bisa memberikan hunian yang sepuluh kali lebih baik dari rumah yang sekarang. Tinggal bilang saja mau tinggal di daerah mana, jenis rumah seperti apa, dan seluas apa. Allendra bisa memberikannya."Kau sedang menunggu Zeeya?" tanya Mark sopan, sebenarnya Mark tidak punya kewajiban untuk menyapa Allendra.Mereka tidak saling mengenal, pertemuan pertama mereka terjadi di pesta Mark beberapa hari la