Pertemuan tak disangka antara Alexa dengan Karel, membuat Alexa menjadi lebih pendiam. Hal ini menimbulkan pertanyaan bagi Zasky, yang tidak biasa melihat atasannya ini menjadi begitu pendiam.
"Bu, ada apa? Eh kenapa?" tanya Zasky dari balik kemudi.
"Nggak ada apa-apa dan nggak kenapa-kenapa," jawab Alexa sambil memandang jauh ke jendela mobilnya.
"Tapi tadi ibu sudah tanda tangan kontrak kerjanya kan?" tanya Zasky untuk memastikan.
"Sudah, makanya sekarang kita pulang, karena urusannya sudah selesai," jawab Alexa sambil memejamkan matanya dan menurunkan sandaran kursinya.
Melihat Alexa yang sepertinya ingin beristirahat, membuat Zasky mengurungkan pertanyaannya. Tetapi, rasa penasaran itu sungguh mengganggu, membuat Zasky menanyakan hubungan pribadi Alexa dengan Karel, "Bu, maaf mau nanya, boleh nggak?""Biasanya kalau mau nanya, juga tinggal nanya aja, kok sekarang pakai minta izin?" jawab Alexa dengan mata terpejam.
"Karena aku mau nanya tentang bapak bule ganteng tadi, yang ngeliat ibu dengan pandangan mesra yang bikin orang baper," tutur Zasky kemudian.
Alexa telah menduga akan pertanyaan yang diajukan oleh Zasky, walaupun ia sangat tidak ingin menjawabnya, tetapi pada akhirnya ia memilih untuk menjawabnya, "Oh dia teman SMP aku dulu. Dia memang paling jago bikin orang baper, tapi ya just bikin baper aja."
"Woaa, temen SMP? Ibu dulu sekolah dimana, sampai bisa punya temen ganteng kek gitu?!" seru Zasky penuh semangat.
"Zas, kamu fokus nyetir aja, saya mau merem sebentar," ucap Alexa tanpa memperdulikan pertanyaan Zasky.
Alexa melepaskan pandangannya ke jendela, dilihatnya kendaraan yang memenuhi lalu lintas ibukota yang membuat perjalanannya tersendat.
Ia pun mulai mengingat masa-masa sekolahnya bersama Karel, dimana mereka berdua kerap dijodohkan oleh teman satu sekolah mereka. Karel yang memiliki postur badan tinggi dan tegap serta wajah khas ras kaukasia, memang tampak menonjol diantara siswa yang lain. Kepiawaiannya dalam berorganisasi dan berbicara di muka umum, membuat Karel menjadi langganan untuk mempromosikan sekolah.Sedangkan Alexa lebih dikenal sebagai hijaber yang aktif mewakili sekolah dalam lomba yang berhubungan dengan seni rupa. Piagam dan piala kemenangan sebagai juara lomba menggambar, membuat Mading dan menulis cerpen telah ia koleksi semenjak di bangku SMP yang membuatnya dikenal oleh para guru dan siswa sekolahnya hingga sekolah lain yang lokasinya berdekatan.Tetapi meskipun begitu, Alexa lebih memilih bersembunyi dan tidak mau menonjolkan kemampuannya. Bahkan hingga saat ini, Alexa masih tetap memilih untuk bersembunyi dari radar Karel.Tiba-tiba suara notifikasi WA-nya berbunyi dari nomor yang belum tersimpan di HP-nya.Siapa? gumam Alexa sambil membuka pesannya, yang tertulis, assalamu'alaikum, Al. It's me Karel. Please, save my number. Al, may I have a time with you, tomorrow at lunch time ? I'll be waiting at Secret Garden Cafe and Grill.Alexa hanya memandangi pesan di handphone-nya tanpa membalasnya. Lalu ia kembali melepaskan pandangannya ke jendela.
What do you up to, Karl? gumam Alexa.Walaupun terbersit di hati Alexa, keinginan untuk kembali dekat dengan Karel karena perhatian Karel yang tak pernah pudar dan selalu membuatnya merasa sebagai seorang yang sangat penting bagi Karel, tetapi tetap saja Alexa tidak memiliki keyakinan akan hubungan romantisme antara dirinya dan Karel.Semuanya berawal dua tahun setelah ia lulus SMA, ketika ia bertemu dengan Dyah, teman SMA-nya yang juga masih memiliki hubungan darah dengan Karel."Al, kamu kenal Karel?" tanya Dyah di suatu ketika."Kok kamu tahu Karel?" tanya balik Alexa, sambil mengernyitkan dahinya."Aku masih sepupunya Karel, ibuku kakak dari ibunya," jawab Dyah."Al, kamu tahu nggak kehidupan Karel sebenarnya?" tanya Dyah yang membuat Alexa kebingungan."Maksudnya?" tanya Alexa tidak mengerti.
"Iya kehidupan asli seorang Karel Hardys, yang dari memiliki semuanya menjadi tidak memiliki apapun, bahkan hutang keluarganya membengkak," tutur Dyah yang mengejutkan Alexa.
"Karel? Kok bisa? Kamu serius, Dy?" tanya Alexa tak percaya.
"Iya, aku serius. Aku mau cerita ke kamu, karena aku merasa kamu harus tahu agar kamu siap dengan apa yang terjadi kedepannya," jawab Dyah yang kembali membuat Alexa bertanya-tanya akan maksudnya.
"Maksudnya apa? aku kan cuma berteman aja?"
"Iya, kalian berteman tetapi berbeda. Kamu telah dikenal oleh ibunya dan adiknya. Sementara Karel pun telah dikenal baik oleh ibu dan kakak perempuanmu, iya kan?"
Alexa pun semakin tidak mengerti akan arah pembicaraan ini, "Kok kamu tahu? Trus maksudnya berbeda itu apa?"
"He told me," jawab Dyah.
"Berbeda karena ada sesuatu hal yang membuat Karel menyimpan semuanya dari kamu, aku juga nggak tahu apa alasannya. Intinya aku mau cerita tentang kehidupan seorang Karel Hardys."
Alexa pun mulai mendengarkan dengan seksama apa yang akan Dyah ceritakan.
"Om Hardys itu asli Belanda yang sudah puluhan tahun tinggal di Jakarta, bahkan jauh sebelum menikah dengan tante Nur, ibunya Karel. Dia bukanlah ekspatriat yang tajir melintir, tetapi ya serba cukuplah, ya mungkin sedikit berlebih."
"Hingga beberapa tahun yang lalu, tak lama setelah Karel lulus SMA, om Hardys sakit dan akhirnya meninggal."
"But he's not a muslim," lanjut Dyah yang membuat Alexa tercengang.
"Iya, jadi tante Nurul sama om Hardys itu nikah beda agama. Bahkan sampai akhir hayatnya, om Hardys enggan mengucapkan dua kalimat syahadat dan disitulah awal masalah yang dihadapi Karel."
"Maksudnya ?" tanya Alexa.
"Om Hardys dimakamkan secara katolik sesuai dengan agama yang dianut oleh keluarga Belandanya. Karel sangat terpukul dengan itu, akhirnya entah bagaimana ia terjerumus dengan obat-obatan terlarang."
"Karel kena narkoba?!" tanya Alexa yang tidak percaya dengan apa yang barusan Dyah ucapkan."Iya, bahkan dia sempat sakau. Tante Nurul sampai nangis-nangis ngeliat Karel kesakitan karena sakau, tapi alhamdulilah Karel berhasil melewati masa kritisnya dan setelah itu dia bersih, sampai sekarang.""Nah, sewaktu om Hardys meninggal, keluarga Belandanya datang dan mengatakan akan membantu Karel dan dua adiknya hingga lulus kuliah, asal keluar dari Islam," lanjut Dyah."Karel disuruh murtad?!" tanya Alexa tidak percaya."Iya, dengan iming-iming harta. Alhamdulillah mereka tolak mentah-mentah. Jadi sebenarnya, pernikahan om Hardys sama tante Nurul itu nggak direstui sama keluarga Belandanya, selain perbedaan keyakinan tapi yang lebih utama adalah tante Nurul bukanlah orang terpelajar, ia hanya lulusan SMP. Bahasa Inggris aja sama sekali nggak bisa. Ya kamu tahukan gimana rata-rata orang Betawi asli?"Alexa pun menjawab dengan menganggukkan kepalanya."Lalu, selama om Hardys masih ada, semua kebutuhan keluarganya tidak ada yang tak tercukupi, semuanya ada, tetapi setelah om Hardys meninggal, tagihan dari rumah sakit yang jumlahnya puluhan juta itupun membuat tante Nurul kebingungan, karena selama ini yang ia ketahui adalah semua dibayar oleh kantor.""Belum selesai sama tagihan rumah sakit, tiba-tiba di bulan berikutnya muncul tagihan kartu kredit, yang biasanya dikirim ke kantor, tetapi karena om Hardys sudah meninggal, jadi dikirim ke rumah. Tante Nurul ya kebingungan untuk bayar tagihannya, karena total sama tagihan kartu kredit itu diatas seratus juta."
"Kok bisa?" tanya Alexa.
"Alasan yang konyol dan sangat bodoh sih sebenarnya. Jadi, mereka mengira kartu kredit itu adalah fasilitas dari kantor yang tagihannya akan dibayarkan oleh kantor, jadi mereka santai aja makenya tanpa mikir itu sebenarnya adalah uang yang harus mereka bayarkan nantinya."
"Jadilah tagihan membengkak dan berbunga. Rumah akhirnya dijual dan mereka pindah ke perkampungan di Bekasi. Tante Nurul mulai jualan kecil-kecilan, tapi hasilnya buntung semua. Hutang pun bertambah. Nisa nggak kuliah tapi setelah lulus SMK ia langsung kerja di hotel, lumayanlah pendapatannya, sedikit-sedikit bisa untuk bayar hutang. Alhamdulillah barusan ini, Nisa nikah."
"Nisa sudah nikah ?"
"Iya, baru beberapa bulan. Trus Nura sekarang kerja di PT apalah, dibagian adminnya," jawab Dyah.
"Oh pantesan, waktu itu Karel sempat pinjam uang untuk bayar SPP kuliahnya," sahut Alexa.
"Jadi Karel pernah pinjam uang ke kamu?" tanya Dyah.
"Iya, beberapa ratus ribu untuk bayar kuliah, tapi aku nggak mau dia ngutang, jadi aku kasih aja," jelas Alexa.
"Semoga Allah akan menggantinya berkali-kali lipat," ucap Dyah untuk mendo'akan kebaikan Alexa.
"Aamiin."
"Tapi sekarang dia benar-benar sudah bersih, kan?" tanya Alexa untuk memastikan.
"In syaaAllah sudah bersih."
Sepotong ingatan akan masa lalu Karel sangat memberikan pengaruh akan perubahan sikap Alexa, yang menjadi sangat berhati-hati terhadap Karel. Berhati-hati agar ia tidak menambah kesedihan dan kesulitan yang dihadapi Karel.
Beberapa saat kemudian, mereka telah sampai di sebuah rumah mewah milik orang tua Alexa di bilangan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
"Ky, aku pergi dulu," ucap Alexa sambil meminta kunci mobilnya dari Zasky.
"Mau kemana, Bu?" tanya Zasky sambil memberikan kunci mobilnya kepada Alexa.
"Saya ada urusan sebentar, kamu lanjutin pengecekan bahan-bahan untuk keseluruhan menu pesanan besok. Sudah ya, assalamu'alaikum," ucap Alexa yang bergegas melajukan kendaraannya.
Sembari menyetir, Alexa pun mencoba menghubungi seseorang untuk bertemu.
"Ta, can we meet?"Setelah menerima peta lokasi yang dikirimkan oleh Meita, Alexa pun menambah kecepatannya dan setelah beberapa menit kemudian, tibalah ia di sebuah perumahan mewah di pinggiran Timur ibukota.Alexa menghentikan kendaraannya di sebuah cafe sekaligus tempat tinggal Meita dan ketiga buah hatinya."Assalamu'alaikum," salam Alexa sambil berjalan menuju teras rumah Meita."Wa'alaikumsalam," jawab Meita yang menyambutnya di teras rumahnya."Apakabar, Al?" tanya Meita sambil memberikan pelukan hangat."Alhamdulillah, baik. Ih, berapa lama kita nggak ketemu, ya?" tanya Alexa."Ratusan purnama, pokoknya. Udah lama banget, Al. Eh, kita masuk dulu atau mau ngobrol di cafe taman?" tanya Meita sambil menunjukkan cafe yang terletak di samping rumahnya."Kayaknya lebih seru di luar aja, kali ya," jawab Alexa.Meita pun mengarahkan ke samping rumahnya yang merupakan area cafe tamannya, yang di desain lesehan dan sebagian lagi dengan meja dan kursi, serta dihiasi dengan lampion berwarna-warni yang berga
"Assalamu'alaikum," salam seorang pemuda yang mirip dengan Karel, memasuki ruang tamu dengan membawa sekotak pizza dan satu ember gelato, seperti permintaan Alexa. "Wa'alaikumsalam. Al kenalin, ini putra pertamaku. Rangga," ucap Karel, sambil menerima kotak pizza dari putranya. "Ngga, ini teman sekolah Abi sewaktu masih SMP, namanya tante Alexa," ucap Karel memperkenalkan. "Panggil aja tante Al," sahut Alexa sambil tersenyum. Rangga pun melirik ke arah Karel dan Alexa bergantian, lalu ia mulai menunjuk ke arah Karel dan Alexa, tetapi sebelum ia bertanya, sepertinya Karel dapat membaca apa yang ada di dalam benak sang putra. "Nggak usah main tunjuk-tunjuk. She's my friend, selanjutnya do'akan saja," bisik Karel di telinga Rangga, yang membuat ia tertawa. "Got it, Dad!" Melihat kedua pria di depannya tertawa, Alexa pun mencium sesuatu yang mencurigakan. "What are you guys talking about?" selidik Alexa sambil memicingkan dua matanya. Karel dan Rangga pun menjawabnya dengan kompa
Keesokan paginya, dengan menggunakan kemeja berwarna biru laut dan dasi berwarna dongker, Karel tengah bersiap untuk berangkat ke kantor. Tetapi ada sesuatu yang berbeda dari penampilan Karel, yaitu wajah kakunya mulai tampak mengendor yang ditandai dengan bibirnya yang melengkung ke atas, serta nada bicaranya yang lebih halus dan terdengar senandung indah dari bibirnya. Hal ini tentu saja membuat Narsih bertanya dalam hati, apa gerangan yang membuat majikannya tampak bahagia di pagi ini. Tumben, bapak senyam-senyum sendiri, gumam Narsih. Setelah Karel menyelesaikan sarapannya, ia bersiap menuju ke kantornya, tetapi sebelum itu, ia berpesan kepada Narsih, "Narsih, saya titip kunci mobilnya Alexa, nanti supir kantor akan ambil mobilnya. Tolong ya?" "Baik, Pak." Sementara itu, setelah mengantar ketiga putrinya ke sekolah, Alexa kembali berjibaku dengan perlengkapan dapurnya. "Hari ini ada pesanan apa?" tanya ibu Alexa ketika melihat kesibukan putrinya. "Hari ini nggak ada pesanan
"Kamu sekarang berusaha untuk mendapatkan Karel, setelah Karel kaya, setelah ia berkedudukan dengan gaji milyaran rupiah pertahunnya?! Kamu ternyata sama saja seperti perempuan matre lainnya!" pekik Meita yang terbakar api emosi dan segera meninggalkan rumah Karel dengan membanting pintu depan rumahnya. Narsih pun mengerut dadanya, sambil menyusun kembali kotak-kotak makanan ke dalam kulkas."Alhamdulillah, kotaknya nggak ada yang pecah," lirihnya.Tak lama kemudian, Saiful, suami Narsih lari tergopoh-gopoh menuju dapur."Ada apa? Bunyi apa tadi?" tanya Saiful kepada istrinya."Ya bunyi ini, Pak'e," jawab Narsih memperlihatkan wadah-wadah kedap udara yang berserakan di lantai.Saiful pun segera membantu sang istri menyusun wadah-wadah tersebut kembali di dalam kulkas, sambil kembali bertanya, "Bu Meita tadi ya?""Iyo Pak'e, seperti biasa kalau kesini pasti ngamuk. Aku nggak ngerti sama Bu Meita, Pak Karel iku salahe opo? La wong Pak Karel uwonge kalem ngono, kok nduwe mantan istri sin
Foto-foto yang memperlihatkan kedekatan antara Karel dan Alexa pun dengan cepat tersebar di dunia maya, termasuk oleh Meita dan Arga, mantan suami Alexa yang bersyukur mantan istrinya telah mendapatkan calon pasangan. "Wah, pinter juga Al, nyari laki tajir kek gini," ucapnya pada sang istri, Dila. "Kenapa Al, Kang?" tanya Dila. "Lihat nih, Alexa lagi pacaran sama bule, kalau nggak salah direktur perusahaan apa lah," jawab Arga. "Wah, cakep tuh. Kalau Al nikah sama itu bule, lumayan Kang. Akang nggak perlu ngirim duit lagi, kan sudah ada yang nanggung biaya anak-anak," ucap Dila. "Nah, itu yang kita mau kan? Biar uangnya bisa kita pakai jalan-jalan. Sudah lama nih, kita nggak ke Singapura!""Iya, sudah tiga bulan kita nggak shopping ke Singapura, aku kan pingin belanja sepatu, tas, jam tangan baru, yang jelas bukan yang pasaran, yang banyak di mal-mal disini," ucap Dila sambil bergelayut manja pada lengan Arga. Arga pun tersenyum mesra dan mengecup kening Dila, sambil berucap sini
Matahari mulai meredupkan sinarnya dengan bergeser ke arah barat, menunjukkan senja segera tiba. Stand-stand pameran telah sepi dari pengunjung, bahkan sebagian dari mereka telah mengemas dagangan mereka dan bersiap untuk pulang. Begitu juga dengan stand katering milik Alexa, yang telah rapi dan menyisakan kantong-kantong berwarna hitam berisi sampah. "Bu, saya langsung pulang, ya," ucap salah satu pegawai Alexa."Iya, kalian duluan aja. Saya masih ada perlu sebentar," sahut Alexa. Beberapa saat kemudian, Alexa terlihat berjalan menemui Sekar yang tengah menunggunya. "Yuk, kita jalan," ajak Alexa. "Eh, jalan? Mau jalan ke mana? ""Ke hatimu," canda Alexa sambil mengedipkan satu matanya. "Ish gelai! Kambuh?""Iya, belum dapat asupan es krim," jawab Alexa sambil tersenyum. "Wah bahaya. Eh tapi!""Tapi apa?!""Gimana tadi sama Pak Karel?" tanya Sekar. "Gimana apanya?" tanya Alexa balik. "Jadian nggak?"Alexa pun melayangkan pukulan ke lengan adik sepupunya itu. "Jadian dari Hon
"Apakah kamu kembali menyukai Alexa?"Mendengar pertanyaan sang bunda, Karel memejamkan matanya lalu merubah posisinya, dari bersandar menjadi sebaliknya. Ia mencondongkan badannya ke depan dengan kedua tangan menyangga kepalanya, menandakan beban pikirannya yang rumit. "Entahlah, Ma. Mungkin aku menyukainya, mungkin rasa itu masih ada sampai saat ini, tapi entahlah, Alexa tetap seperti yang dulu, yang tidak memperdulikan rasa cintaku padanya," lanjut Karel. Sang bunda pun berpindah duduk ke samping putra pertamanya itu, lalu mengelus-elus kepala putra yang sekaligus telah menjadi kepala keluarga sejak usia belasan tahun. Karel pun meletakkan kepalanya di atas pangkuan sang bunda. "Karl, sekarang adalah masa dimana seharusnya kamu menikmati hidupmu, jangan kamu bebani dengan pikiran yang tidak perlu. Usiamu bukanlah remaja lagi, dimana trial and error sudah tidak berlaku di usiamu yang nyaris setengah abad. Do what you think is right, nggak usah overthinking, just relax. Kamu dapat
"Alexa! Al! Answer me, Al!" teriak Karel setengah panik. Setelah itu, terdengar suara telepon dimatikan, Karel pun memejamkan matanya dan menengadahkan kepalanya. "Why, Al? Why?" lirih Karel kemudian. Perlahan rintik hujan mulai jatuh membasahi bumi, kemacetan pun semakin menjadi. Akhirnya Karel membatalkan rencananya untuk menemui Alexa dan memutuskan untuk kembali ke rumahnya. Dalam rintik hujan yang semakin lama semakin deras, membuat suasana hati Karel semakin kelabu. Di kegalauan hatinya, ia hanya dapat berharap agar Alexa melunakkan hati untuknya. Sementara itu, Alexa tengah memandang hujan yang membasahi jendela kamarnya dengan perasaan yang berkecamuk. "Karl, why? Why now? Bukan dua puluh tahun yang lalu!""Aku bukan Al yang dulu lagi, Karl. Aku bukan Al yang selalu menjadi telingamu. Aku lelah, aku capek akan romantisme yang tidak jelas! Lalu sekarang kamu ingin menjelaskannya? Kamu ingin mengakhir pertemanan kita menjadi hubungan percintaan?""Aku nggak sanggup, Karl. A