Share

Bagian 64

Raja Garrpou menghela napas berat untuk yang kesembilan kalinya. Matanya menatap hampa ratusan tangkai lavender yang tak terurus. Tangan gempal terkepal kuat seiring dengan hati yang bergetar.

Istana Rubi masih berdiri kokoh di sana meskipun temboknya penuh dengan lumut dan tanaman merambat. Kerinduan menyesakkan dada. Raja Garrpou sangat merindukan seseorang yang dulunya menghuni istana tersebut.

Raja Garrpou memejamkan mata dan membiarkan semilir angin mempermainkan rambutnya. "Amarilis, kenapa putra kita harus terkena kutukan? Dia harusnya menjadi putra mahkota yang sempurna. Aku masih sulit percaya jika kau memang menggunakan sihir hitam," gumamnya sendu.

Bayangan kejadian masa lalu terlintas dalam benak. Masa ketika Grand Duke Erbish menentang pendapat kuil suci agung dengan lantang. Adik bungsunya itu bahkan masih berusia 13 tahun. Seruan-seruan protes dari suara cempreng anak lelaki beranjak remaja masih terdengar jelas.

"Kakak! Kakak! Ini tidak benar! Sallac tidak mungkin terk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status