Aliando mendongak, saat mendengar suara Ibu mertua yang memanggilnya, lantas menatap Kinanti. Ada apa? "Al ..." Ulang Kinanti dengan nada penuh hati-hati. "Iya. Ada apa, Ma?""Katanya ...David mau meminjam Lamborghini-mu ..." Meja makan mendadak lengang -seketika. Semua kepala langsung tertoleh kepada Kinanti dan David bergantian. Tertarik dengan apa yang barusan Kinanti katakan. Sejak tahu jika Aliando membawa Lamborghini ke rumah ini (terlepas dari Lamborghini itu beneran milik Aliando atau bukan). David yang memang memimpikan mobil sport sejak kecil, berkeinginan dapat memiliki mobil sport suatu hari kelak, tentu saja senang sekali dengan adanya mobil sport di rumahnya. Dia langsung antusias, impian sejak kecil langsung memberontak -seketika itu juga dan langsung berkeinginan untuk mencoba mobil sport tersebut. Tapi masalahnya Lamborghini itu dibawa oleh Aliando. Kuncinya ada pada Aliando. Sedangkan hubungan mereka berdua tidak baik. David menyadari jika sikapnya selama
Setelah dipikir-pikir sesaat, akhirnya Arjuna berkata jujur kepada mereka bahwa Lamborghini itu milik Aliando. Menantu mereka.Arjuna berpikir, bahwa tidak ada gunanya berbohong, cepat atau lambat, semua orang akan tahu dan tentu saja kepo. Lamborghini itu akan menjadi topik pembicaraan yang panas kedepan. Termasuk oleh anggota keluarganya nanti. "Oh ...Lamborghini itu bukan punya kami. Bukan kami yang beli. Tapi Aliando yang beli. Menantu kami." Jawab Arjuna santai sambil menunjuk ke arah Lamborghini yang kebetulan sudah terparkir di halaman rumah, tampak elegan dan mewah, sudah menjadi pusat perhatian semua orang sejak tadi. Lamborghini itu, apalagi keluaran terbaru, yang harganya selangit, dipandang sebagai mobil mewah di kalangan mereka.Mobil yang dimiliki mereka? Tentu saja harganya jauh sekali. Jomplang. Makanya, mereka langsung heboh, kepo, setelah tahu jika ada Lamborghini di rumah keluarga Arjuna. Seketika Kinanti menoleh ke arah Arjuna, melotot, tidak suka dengan
Aliando agak kaget saat tahu-tahu dia diserang pertanyaan mengenai Lamborghini miliknya. Mencerna dalam waktu sepersekian detik, sebelum kemudian berdehem, segera tau dengan situasi yang saat ini sedang terjadi dan tahu apa yang harus dia lakukan. Namun sebelum Aliando sempat menjawab, Kinanti sudah menyuruh Aliando untuk masuk ke dalam lagi mengambil surat bukti kepemilikan Lamborghini. Aliando pun menurut, masuk ke dalam lagi untuk mengambil apa yang diminta oleh Ibu mertua. Tak lama kemudian, Aliando sudah kembali ke depan dan langsung menyerahkan surat bukti kepemilikan Lamborghini itu kepada mereka. Salah satu dari mereka segera mengecek -seketika. Diikuti yang lain yang sudah kepo setengah mati. Depan rumah lengang sejenak. Semua pandangan orang-orang itu kini tengah terfokus pada surat bukti kepemilikan tersebut. Sementara Aliando, Kinanti dan Nadine menunggu di hadapan mereka dengan sikap tenang. Beberapa saat kemudian, mereka kompak mendongakkan kepala, menatap merek
Kedua mata Nadine membesar, menoleh ke samping -seketika. Nadine diam sebentar, tengah mencerna perkataan sang suami yang membuatnya termangu dalam waktu sepersekian detik, sebelum kemudian langsung menggelengkan kepala, mendadak panik bukan main. Nadine tak menyangka jika dia akan mendapat respon seperti itu dari sang suami. Nadine pikir, suaminya itu sudah memaafkan dirinya sepenuhnya. Suaminya sudah tidak mempermasalahkan sikap dan perlakukan dirinya dulu lagi terhadapnya. Jadi, Nadine tenang-tenang saja. Toh selama ini dari masing-masing keduanya sadar bahwa keduanya saling mencintai. Seakan, jiwa keduanya telah menyatu menjadi satu.Selama ini pula, Nadine tidak pernah mendapati kekecewaan dan kemarahan dari Aliando kepada dirinya.Sang suami tidak pernah menunjukan hal itu. Semua yang Aliando tunjukan adalah rasa cinta yang begitu dalam kepada dirinya. Tapi, kenapa sekarang, dia mendadak berubah? Ternyata Aliando marah? Kecewa dengan dirinya yang dulu? Dia mau balas dend
Aliando berfikir bahwa mungkin saja Tasya sedang mencoba mendekatinya. Mungkin saja Tasya suka dengannya?Kemungkinan itu bisa terjadi. Pasalnya, secara blak-blak an, Tasya memberikan perhatian lebih layaknya seperti seorang yang sedang jatuh cinta. Meskipun perhatian itu tidak ditunjukan dia secara langsung, hanya melalui pesan saja. Pasti, Tasya juga akan mikir-mikir lagi kalau dia melakukannya secara terang-terangan (kecuali kalau dia ingin mendapat masalah) karena dia memberikan perhatian kepada seseorang yang sudah beristri. Apa yang membuat Tasya ingin mendekatinya? Apa karena dia menyukainya? Apa mungkin dia sengaja mau mengincar dirinya setelah tahu kalau dirinya adalah orang kaya raya sekarang?Aliando berfikir dengan keras, mencoba menerka-nerka segala kemungkinan, juga berspekulasi. Hal itu bisa saja terjadi karena Tasya adalah orang pertama yang tahu kalau dirinya mempunyai black card. Dia juga yang tahu duluan mengenai identitas dirinya yang sebenarnya dibandingkan
"Iya. Coba kamu hubungi Tasya buat memastikan hal itu dan tanya soal tujuan dia datang ke sini tadi itu untuk apa, apa emang karna mau mau ketemu sama aku atau enggak dan tanyakan juga soal dia yang ngasih makan siang sama aku itu benar atau enggak. Apa dia akan berkata jujur atau enggak." Sambar Aliando. Setuju dengan ide Nadine yang akan menghubungi Tasya untuk memastikan kebenarannya. Nadine mengangguk. Mengiyakan.Nadine segera mengeluarkan ponsel, jari jemarinya bergerak di layar ponsel mencari kontak Tasya.Lima detik, nomor kontak Tasya telah ditemukan. Nadine segera menempelkan ponsel di telinga, menunggu seseorang yang sedang dihubungi mengangkat panggilan. Beberapa saat kemudian, Tasya telah menerima panggilan masuk darinya. "Hallo, Sya ...oh ya ...kata Bi Inah ...tadi siang kamu ke rumahku, ya?" Nadine langsung bertanya mengenai hal itu. Lengang sejenak di ujung ponsel. Seperti orang di sebrang sana itu sedang mencari jawaban. Hal itu membuat Nadine jadi curiga
"Hei...apa yang Nona lakukan?!" Aliando berseru, mengedar pandangan ke sekeliling. Kemudian, meminta Raisa untuk berdiri. Tidak perlu sampai berlutut begitu. Terlalu berlebihan. Raisa menurut, berdiri dari berlutut di depan kaki Aliando, mengusap telapak tangan dan dengkul lebih dulu yang terkena debu. "Ada apa, Nona datang menemuiku lagi?" Tanya Aliando.Belum sempat Raisa menjawab, namun Aliando sudah bicara lagi. Aliando bersidekap, memicingkan pandangan."Bukannya urusan diantara kita udah selesai, Nona? Urusanku dengan Ayahmu juga udah selesai? Kita udah enggak punya urusan apa-apa lagi. Tapi kenapa Nona tiba-tiba datang dan anehnya langsung berlutut di depanku?""Ada hal yang mau saya katakan kepada Tuan Al. S-saya tidak tahu harus menjelaskannya mulai dari mana ...tapi ...intinya Ayah saya yang menyuruh saya untuk menemui Tuan Al...dan meminta bantuan kepada Tuan Al..." Kalimat Raisa melemah di ujung kalimat. Dia tampak gugup dan tidak siap berbicara dengan Aliando. Alian
Aliando menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan kasar. Baik lah. Dia akan membantu Raisa dan Ayahnya. Air mata Raisa membuat sisi sentimenya tersentil. Mereka berdua menaruh harapan besar padanya. Maka, dia akan membantu. Membantu orang itu adalah perbuatan baik bukan?Aliando juga jadi teringat dengan masa-masa susah dulu, yang sering meminta bantuan kepada orang lain ketika dia sedang mendapat masalah. Kini dia sudah menjadi orang yang dimintai tolong, maka, dia akan membantu sebisa mungkin.(Dalam artian, orang itu memang benar-benar pantas dibantu). "Oke-oke. Aku akan ikut dengan Nona untuk bertemu dengan Pak Harry!" Tandas Aliando pada akhirnya. Dia mengiyakan permintaan Raisa karena tidak mau membuat perempuan itu menangis lebih keras lagi. Tidak enak juga karena ada banyak orang yang sedang berlalu lalang di sekitar mereka.Dikira, dirinya ngapa-ngapain Raisa lagi. Kan bisa gawat. Kedua mata Raisa melebar begitu mendengar kesanggupan Aliando yang mau ikut de