Seketika mereka kembali kasak-kusuk. Penasaran. Rahasia apa yang akan diberitahukan oleh Marchel? Marchel lalu menatap Aliando. "Eh, Aliando. Kamu enggak tahu, kan? Apa yang dilakukan sama Nadine, istrimu itu di belakangmu?" Tanya Marchel dengan seringaian lebar di bibirnya. Mau menguji kesabaran Aliando. Bersamaan dengan itu, Marchel mencoba menahan amarah yang tadi nyaris saja meledak. Dia harus bisa mempermalukan dua manusia yang sudah menjatuhkan harga dirinya itu. Mereka juga harus menanggung malu, sama seperti dirinya. Marchel tidak terima jika dirinya yang menangung malu sendirian, maka, dia harus segera melakukan sesuatu. Aliando mengerutkan kening. Mulai merasakan gelagat Marchel yang nampak mencurigakan. Tapi dia memilih menunggu kalimat Marchel selanjutnya.Marchel berganti menatap Nadine. "Aku udah tahu kelakuan busukmu, Nad...selama dua tahun ini. Ya, kamu baru mencintai Aliando sekarang, kan? Dan...apa yang udah kamu lakukan sebelum itu? Selama dua tahun ini?" Ta
Aliando membulatkan matanya saat melihat dua bodyguard tengah berlari hendak menyerangnya, seketika dia mengepalkan tinju, memasang kuda-kuda, bersiap berkelahi melawan dua bodyguard tersebut.Beberapa detik kemudian, mereka bertiga telah bertukar serangan. Baik Aliando mau pun dua bodyguard itu saling menghindar, mengelak, hingga ada kesempatan, mereka saling memberikan pukulan dan tendangan.Atmosfer ruangan hotel itu menjadi menegang. Suara riuh. Terdengar kursi berderit. Terdengar tangkisan dan teriakan dari orang yang sedang berkelahi. Beberapa saat kemudian, mereka masih sibuk menyerang dan mempertahankan diri. Mengerahkan seluruh tenaga untuk dapat melumpubkan sang lawan. Cukup sengit perkelahian diantara mereka. Dari mereka bertiga, sedang saling berlomba-lomba menjatuhkan lawan. Orang-orang yang berada di sekitar perkelahian segera menjauh, tentu saja takut akan terkena pukulan dan tendangan, saling merapatkan tubuh, menonton perkelahian itu dengan jantung yang berdetak ke
"Dari awal, dari pas kejadian di resto, pada saat kamu mengajak Nadine untuk ikut bareng mobil kamu, aku udah mulai mencurigai gelagatmu. Mencurigai rencana busukmu. Aku tahu, kalau kamu mungkin memang mau mendekati Nadine dan bahkan mau merebut Nadine dariku. Tapi, aku masih memantau gerak-gerikmu. Masih mau tau aja...sejauh mana rencanamu mau merebut Nadine dariku. Dan ketika kamu melamar Nadine? Jelas, aku udah marah besar dan ketika kamu memfitnah Nadine? mengatai Nadine pelacur? Wah, jangan tanya, semarah apa aku setelah itu!" Aliando bicara tepat di wajah Aliando dengan urat yang terlihat menegang di leher dan wajahnya. "Dan...jadi lah aku menghajarmu begini!" Lanjutnya. Ruangan jadi lengang. Mendadak sunyi senyap. Hanya menyisakan suara Aliando saja yang masih dipenuhi amarah yang membara. Semua tatapan semua orang juga tengah terarah kepada Aliando yang saat ini sedang mengancam Marchel."Cih! Tadi, kamu berkata manis sama Nadine sampai mau muntah aku dengarnya. Tapi, setela
Marchel yang mendapatkan tatapan nanar dari Nadine, buru-buru menundukan kepala.Ngeri juga tatapan Nadine saat ini. Batin Marchel. "Baik lah. Aku akan maafin kamu, Chel." Nadine baru bicara dengan nada dingin sambil melipat tangan di depan dadanya. Tersenyum. Tentu saja, itu adalah senyuman palsu. Marchel mendongak, mencerna sepersekian detik sebelum kemudian berkata. "Makasih, Nad. Makasih banyak karna kamu udah mau maafin aku. Sekali lagi, aku minta maaf ya sama kamu dengan apa yang aku katakan sama kamu tadi dan sampai mengatai kamu pelacur. Aku enggak bermaksud menyakitimu. Aku lagi emosi saja. Makanya, aku sampai bilang hal itu sama kamu." Nadine menghela nafas. Mengangkat sebelah alisnya, lantas mangguk-mangguk. "Kamu tahu, Chel? Betapa sakitnya aku saat dikatai seperti itu. Saat dengar kamu fitnah aku yang enggak-enggak. Yang katanya aku tidur dengan laki-laki lain lah untuk memuaskan hasratku dan para Boss-Boss? Padahal, aku enggak merasa melakukan hal itu sama sekali! Em
Marchel mendongak, terdiam sebentar, lantas memejamkam mata kuat-kuat.Kenapa semuanya jadi kacau begini sih? Kenapa situasinya jadi rumit begini sih?Sial! "Oke! Baik lah!" Marchel berteriak karena kesal. Dia sudah mulai jengah. Sudah mulai lelah dengan semua ini. Namun, bodohnya, dia masih saja mencari cara untuk dapat membalas Nadine dan Aliando. "Aku akan bilang sama semua orang yang ada di sini kalau semua apa yang aku katakan tentang kamu tadi itu semuanya bohong!" Marchel berusaha bangkit berdiri dengan susah payah. Lantas, menatap semua orang. "Iya. Aku berbohong soal apa yang Aku katakan tadi itu. Aku sengaja memfitnah Nadine karna tadi aku lagi emosi! Aku lagi kalut! Gara-gara Nadine menolak lamaranku!" Marchel menjelaskan kepada semua orang yang ada di sana dengan pandangan ke mana-mana. Tentu saja dia tengah merasakan malu luar biasa setelah mengakui perbuatannya. Semua orang geleng-geleng kepala setelah itu. Jelas mereka tidak langsung percaya. Mereka juga sudah meneb
"Sin-sintia..." Ucap Marchel dengan suara terbata sambil menunjuk perempuan yang ternyata bernama Sintia. Sintia adalah tunangannya. Namun hubungan mereka terjadi karena perjodohan orang tua mereka masing-masing.Ya, Marchel juga bisa dikatakan sebagai playboy kelas kapap. Dia tidak mempedulikan perasaan Sintia sama sekali ketika dia berencana mau melamar Nadine. Bisa dibilang, dia akan lebih memilih Nadine daripada Sintia. Dia tinggal memutuskan hubungan dengan Sintia saja nanti jika Nadine menerima lamarannya. Masalah beres. Dia sudah percaya diri sekali jika sebelumnya dia bisa mendapatkan Nadine. Tapi yang terjadi tidak demikian. Marchel masih sibuk dengan pikirannya, bertanya-tanya, ada gerangan apa sampai Sintia datang ke acara reuni ini? Tiba-tiba saja dia malah mendapat tamparan keras dari Sintia. Untuk yang kedua kalinya, Marchel ditampar seorang perempuan dalam waktu yang berdekatan. Double kill! Ohooohhh! Pasti sakitnya itu double-double karena bercampur dengan t
Sintia menatap ke arah Nadine untuk beberapa saat sebelum kemudian pandangannya beralih menatap sosok lelaki yang berdiri di sampingnya. Sintia tersentak kaget saat melihat mereka berdua bergandengan tangan.Untuk menjawab rasa penasaranya, serta keingintahuannya tentang apa yang tadi terjadi, perempuan itu lalu berjalan ke arah mereka berdua. Sintia menghela nafas lebih dulu sebelum berkata. "Maaf sebelumnya...jadi kamu yang tadi dilamar sama Marchel?" Tanya Sintia dengan nafas yang memburu. Kedua matanya juga sudah basah oleh air mata. Hendak memastikan. "Iya." Jawab Nadine seraya mengangguk setelah terdiam sebentar.Sintia menghela nafas lagi. "Tolong jelasin sama aku-" Sintia sedang kalut bukan main. Dia tidak bisa berkata-kata lagi. Dia ingin segera mendengar penjelasan dari Nadine. Nadine lalu menjelaskan kronologi kejadian dari awal sampai akhir. Berharap tunangannya Marchel ini tidak salah paham dan mungkin sudah berfikir yang tidak-tidak kepada dirinya.Penjelasan Nadine
"Jadi kamu yang sudah membuat Marchel seperti itu?!" Tanya Pak Hendra dengan rahang mengeras kepada Aliando sambil menunjuk Marchel. Aliando balas menatap Pak Hendra untuk beberapa saat sebelum akhirnya menjawab. "Iya. Memangnya kenapa, Pak?" Jawab Aliando dengan nada dingin. Tak terlihat takut sama sekali. Padahal pemilik hotel itu tengah menatapnya tajam. Mukanya juga merah padam.Pak Hendra menghela nafas. "Kamu tidak tahu siapa, Marchel? Marchel itu adalah keponakan saya. Dan kamu tidak tahu siapa saya? Saya adalah pemilik hotel ini. Berani sekali kamu membuat Marchel seperti itu! Berani sekali kamu menghajar keponakan sampai babak belur begitu?!" Ucap Pak Hendra sambil menggeram marah. Melotot. Sorot kedua matanya juga tajam. Syarat akan kemarahan yang terpancar jelas dari sana.Aliando mencerna sepersekian detik saat mendapati pemilik hotel yang ada di depannya ini marah-marah. Lantas dia tergelak. "Apakah Bapak tidak ingin mengetahui alasan kenapa saya menghajar keponaka