"Mama dan Papa enggak mau menyinggung soal perjodohan diantara aku dan Nadine lagi sama Om Arjuna?" Handoko dan Erna (istrinya) agak tersentak, kemudian saling pandang. "Loh? Bukannya Nadine sudah menikah? Sudah punya suami?" Tanya Erna. "Iya. Tapi kan. Om Arjuna dan Tante Kinanti itu tidak merestui hubungan mereka. Om Arjuna dan Tante Kinanti itu ingin memisahkan mereka berdua!"Rahang Handoko mengeras, bagai mikir. "Arjuna memang pernah cerita sih sama Papa kalau dia itu mau menceraikan Aliando dan Nadine." "Nah...makanya itu, Ma, Pa. Undang saja lah mereka makan malam untuk membicarakan hal itu!" Sambar Alex begitu bersemangat. "Boleh juga tuh, Pa. Kita harus bertindak dengan cepat, sebelum Nadine dinikahkan dengan laki-laki lain setelah bercerai dengan suaminya yang miskin itu." Erna, sang istri memberi saran. Handoko mangguk-mangguk. Sebelum akhirnya setuju. "Oke...besok malam Papa akan mengundang mereka makan malam ke sini dan membicarakan masalah perjodohanmu dengan N
"Mau ke mana kamu miskin? Buru-buru amat. Mukanya juga kenapa kelihatan kusut sekali sih. Kasihan. Ckck." Sapa Dimas sambil geleng-geleng kepala. Mendecakan lidahnya.Mukanya terlihat menjengkelkan sekali dan nada suaranya juga terdengar tidak enak di telinga, membuat emosi saja. Aliando terpaksa menghentikan langkah, menghela nafas lebih dulu, sudah mencium bau-bau Dimas yang hendak mencari gara-gara dengannya. "Bukan urusanmu." Jawab Aliando dengan nada dingin setelah terdiam untuk beberapa saat. Kini Dimas sudah berada tepat di hadapannya."Ckck...kamu lagi kenapa sih? Lagi sedih ya? Lagi kesal? Kok ditanya baik-bajk, jawabannya malah enggak sopan begitu." Aliando mengabaikan kalimat Dimas yang tentu saja dapat mengundang emosi itu. Dimas memiringkan kepala, menyipit, dia kembali menghisap rokoknya, seketika asap langsung mengepul keluar dari dalam mulutnya dan asapnya sengaja diarahkan ke wajah Aliando. Menerpanya. Aliando memejamkan mata, terdiam di tempat, membiarkan Dimas
Satpam rumah lah yang berseru, kini dia tengah bergegas menghampiri mereka berdua sambil menudingkan tongkat besi di tangannya. "Hajar dia, Pak! Karna dia barusan memukulku!" Dimas segera mengadu kepada satpam rumah. Sekaligus memberi perintah kepadanya untuk menghajar Aliando. Satpam itu mengangguk. Dia memang akan memberi pelajaran kepada Aliando karena telah berani memukul Dimas. "Baik, Den. Saya akan hajar menantu sampah itu! Saya akan membalaskan perbuatan dia pada Den Dimas barusan!"Kemudian, Satpam rumah buru-buru memperhatikan kondisi tubuh Dimas, lalu bertanya. "Den Dimas baik-baik saja, kan?" Satpam rumah hendak memastikan keadaan Dimas lebih dulu. Dimas mendengus, terlihat tak suka saat mendapat pertanyaan seperti itu. Jelas saja akan terlihat menyedihkan di mata Aliando. "Aku enggak apa-apa!" Jawab Dimas sedikit kesal."Cepat! Hajar dia, Pak!" Dimas kembali memerintah dengan suara keras. Tak sabaran. Satpam itu buru-buru mengangguk, lalu menatap Aliando dengan raha
Namun, serangan ke dua kali ini juga sia-sia, hasilnya sama saja seperti sebelumnya, Dimas tetap kalah.Padahal, dia merasa sudah mengerahkan seluruh tenaganya untuk membuat Aliando jatuh, membuat Aliando pingsan, membuat Aliando babak belur.Tapi naas. Dia yang malah mengalami hal itu. Buk! Buk! Aliando menghantamkan tinju dan tendangan telak pada tubuh lelaki sombong itu saat dia sudah terdesak. Tendangan susulan mendarat di punggung Dimas setelahnya, Aliando memberikan dorongan kuat pada kakinya dan membuat Dimas tersungkur di tanah. ARGHHH!!! "Bajingan kamu, Al!" Dimas langsung berteriak kencang sekali bersamaan dengan rasa sakit yang seketika itu menjalar di sekujur tubuhnya."Anjing kamu, Al!!! Bangsat kamu!!!" Dimas memaki-maki. Kini kedua tubuh tengah terkapar di tanah. Belum kunjung berdiri. Mungkin butuh waktu lama mereka akan seperti itu. Tentu saja dengan rasa sakit yang menemaninya. Aliando melemaskan tinju, mengatur nafas dan mengusap peluh."Sudah ya. Jangan pad
Nadine tak siap menjawabnya dengan cepat saat mendapatkan pertanyaan seperti itu dari Tante Erna.Dia bingung menjawab pertanyaan dari Tante Erna dalam situasi seperti ini. Nadine menghela nafas pelan. Dia mulai mengerti dengan situasi yang sedang terjadi. Semua orang belum tahu akan perasaan dirinya yang sebenarnya terhadap Aliando. Semua orang masih mengira bahwa dirinya tidak pernah mencintai Aliando dan ingin bercerai dengannya.Dulu, Nadine sangat kecewa dengan Kakeknya yang menjodohkan dirinya dengan lelaki yang baru dia kenal, asing.Apalagi setelah mengetahui seluk beluk Aliando, penilaian orang-orang terhadapnya, membuatnya jadi agak muak dengan Aliando. Oleh sebab itu, dia menunjukan sikap yang dingin dan cuek kepada Aliando waktu itu. Tapi anehnya, tepatnya beberapa bulan terakhir ini, Nadine merasakan getar aneh terhadap Aliando, hingga akhirnya dia sadar, kalau dia telah mencintai Aliando. Rasa cinta terhadap Aliando timbul secara tiba-tiba. Namun kenapa disaat
Sebenarnya Alex sudah sedikit menyadari respon Nadine kepada dirinya yang kurang respek. Terlihat tidak nyaman. Tapi Alex tidak peduli. Alex merasa berada di atas angin sekarang. Dia punya segalanya jika dibandingkan dengan suaminya Nadine yang miskin itu. Alex sangat percaya diri bisa mendapatkan Nadine kali ini. Sifatnya mengingatkan pada Marchel. Sebelas dua belas belas lah dengannya. Tidak ada sejarahnya Alex ditolak oleh perempuan. Bahkan, di luar sana, ada banyak perempuan yang dengan suka rela menyerahkan tubuhnya pada dirinya. Lagi pula, mukanya mau ditaruh di mana kalau dia sampai ditolak Nadine? Dia harus bisa mendapatkan Nadine kali ini. Bagimana pun caranya. "Ayo lah, Ndin. Jangan bohongi perasaanmu sendiri. Aku tau, apa yang kamu rasakan selama kamu hidup bersama Aliando. Kamu pasti menderita. Menahan malu terus-terus san. Kamu tersiksa sama dia. Kamu ingin segera berpisah sama dia!" Ucap Alex dengan tatapan lurus ke depan. Alex terdiam sebentar. Nadine membiarkan
"Sebelumnya saya minta maaf yang sebesar-besarnya kepada Om Handoko dan ...Tante Erna ...dan juga ...kamu Lex ..." Nadine menatap Handoko, Erna dan Alex bergantian.Alex mendecakan lidahnya, tidak peduli dengan apa yang akan Nadine katakan setelah ini. Nadine lalu menceritakan apa yang tadi dia bicarakan dengan Alex di taman. Tentang perasaanya kepada Aliando. Tentang keinginannya yang tidak mau bercerai dengan Aliando.Nadine juga sekalian memberitahukan tentang perasaannya terhadap Aliando kepada kedua orang tuanya. Jelas saja Arjuna dan Kinanti terkejut bukan main setelah mendengar penuturan Nadine itu. "Jadi, maka dari itu, saya tidak bisa menerima perjodohan ini karena saya udah mencintai Aliando dan saya enggak mau bercerai dengannya."Lengang sejenak di meja makan tersebut. Semua orang tengah terpelongo, mencerna penjelasan dari Nadine. Sementara Alex nampak semakin kesal, sudah tidak peduli lagi.Handoko dan Erna kebingungan dengan apa yang barusan Nadine ceritakan. Pas
Nadine tidak peduli dengan respon mereka semua akan seperti apa setelah ini. Alex, Om Handoko dan Tante Erna yang mungkin saja akan kecewa berat. Mama dan Papanya yang sudah pasti akan marah besar dan menentang habis-habis san dengan keputusannya ini. Tapi, Nadine tetap pada pilihannya. Dia akan menunjukan kalau dia benar-benar telah mencintai dan menerima Aliando sepenuhnya. Supaya kedepannya, Mama dan Papanya tidak lagi menjodohkannya dengan lelaki lain. "Maafkan aku semuanya. Aku enggak bermaksud mau buat kamu Lex, Om Handoko dan Tante Erna kecewa. Aku harap, kalian semua bisa menghargai keputusanku ini. Ini adalah hidupku. Rumah tanggaku. Jadi, aku sendiri yang berhak menentukan atas jalan hidupku sendiri akan seperti apa. Bukan orang lain." Nadine berseru dengan pandangan bergantian diantara orang-orang yang ada di meja makan. Kini Nadine jadi lebih leluasa menyampaikan pendapatnya karena ada Aliando di sisinya."Terserah kalian mau berkomentar apa dengan keputusanku ini karn