Bab 8
Jason sudah menunggunya di pintu depan sambil memeluk Jojo.
Michelle langsung buru-buru turun dan mengambil Jojo dari tangan Jason. Dan tanpa basa basi, ia langsung masuk ke dalam rumah Jason. Dia mengelus kepalanya yang sakit! Pantas saja Jojo menangis. Popoknya basah lengkap dengan kotoran. Dan yang pasti ia kelaparan. Michelle melotot ke arah Jason. “Apa?! Apa?! Apa yang salah!?“ tanya Jason tidak mengerti. “Dasar otak udang! Kenapa dari tadi baju dan popoknya tidak ditukar!“ teriaknya tertahan. Mencoba untuk tidak mengagetkan Jojo. Ia mencoba tersenyum kepada Jojo. Ajaibnya Jojo sudah tenang. Rupanya ia tahu bahwa bala bantuan sudah datang. “Aku takut,“ jawab Jason lemas. Ia terduduk sambil memperhatikan Michelle membuka baju dan popok Jojo. “Takut apa sih!?“Michelle merasa jengkel.
“Kalau kau tidak rela harus meninggalkan pacarmu itu dengan datang kemari, lebih baik kau tidak usah perduli!“ bentak Jason tiba-tiba. Ia merasa jengkel dengan sikap Michelle. Michelle kehabisan kata-kata. Ia menutup mulutnya rapat-rapat. Ia sadar sudah bersikap ketus. Michelle menyesal dalam hati. Ia mengerti kekhawatiran Jason. “Aku takut menyakitinya,“ ucap Jason dengan nada menyesal. Michelle mulai bisa memahami Jason. Ahh… “Kau tahu seorang bayi…,“ menghela napas sebelum meneruskan, “Meskipun terlihat sangat rentan, kita harus memegangnya dengan mantap tapi lembut jadi ia tidak akan merasa takut.“Michelle mengelap badan Jojo dengan handuk hangat.
“Maksudnya?“Jason tidak mengerti. Michelle mencoba untuk menjelaskan namun mengurungkan niatnya.“Nanti juga kau akan mengerti sendiri,“ lanjutnya.
“Kau hebat!“ Jason terpesona melihat kesigapan tangan Michelle mengurus Jojo. “Biasa menghadapi anak kecil? Apa kau sudah memiliki anak?“ tanya Jason berhati-hati. “3!“ sahut Michelle sambil menunjukkan jarinya. “Wow? Hebat…,“ kata Jason tidak menyangka Michelle sudah memiliki 3 orang anak. “Keponakan!“ kata Michelle dengan cepat seolah tahu presepsi Jason.“Aku membantu mengurus mereka dari bayi. Yah, hitung-hitung bekal buatku agar kelak bisa menjadi ibu yang baik bagi anak-anakku.“
Michelle mulai tersenyum karena membayangkan hal itu. Anaknya bersama Rudi? Pasti mereka ganteng dan cantik, desahnya dengan bahagia.
“Memang nanti kau mau punya berapa anak?“ tanya Jason penasaran. Ia merasa tertarik mengenal pribadi Michelle lebih jauh. “Kenapa tanya-tanya!?“ sahut Michelle sambil tersenyum. “Kenapa? Memangnya tidak boleh?! Aku mau tahu saja.“ “Empat!“ katanya mantap dan ceria. Jason tersenyum melihat mata Michelle yang berbinar.“Kenapa?“ tanyanya tertarik untuk mencari tahu.
“Yah, tidak kenapa-napalah?“ sahutnya enteng.Jason mengerutkan keningnya menunggu lagi. “Usahaku-kan banyak. Anakku yang pertama akan mengurus usaha furniture-ku, anakku yang kedua akan mengurus usaha gaun pengantin-ku, anakku yang ketiga nanti akan mengurus usaha penerbitan majalah-ku, dan anakku yang keempat akan mengurus usaha studio foto-ku,“ sahut Michelle dengan ekspresi polos.
“Tapi sepertinya Rudi tidak begitu suka anak kecil, aku belum mendiskusikan hal ini padanya tapi aku rasa, ia tidak akan keberatan dengan jumlah anak kami nantinya,“ sambungnya lagi.
Jason terdiam lalu kembali ceria.“Busyet dah, kau sudah memikirkan sejauh itu. Jangan-jangan namanya juga sudah dipikirin!“ goda Jason sambil tergelak.
Michelle diam memasang ekspresi tidak senang. “Kau sudah memikirkannya!?“ tebak Jason menahan tawanya dan berusaha serius namun malah tertawa lebih kencang lagi. “Bo-dol!“(Ps. Bo-dol singkatan dari bodoh dan tolol. Jangan ditiru yah para pembaca hihihi)
Tanpa sadar Michelle melempar bekas popok Jojo yang kotor dan tepat mengenai muka Jason. Ihh…!
“Ups! Sorry,“ kata Michelle sambil nyengir.
Jason berlari histeris masuk ke dalam kamar mandinya. Michelle gantian menertawai Jason.“Sorry!“ katanya tertawa lagi. “Tidak sengaja!“ teriaknya lagi sambil tertawa lebih keras.
Jason keluar dari kamar mandi sambil merengut ke arah Michelle. Tawa Michelle perlahan berhenti. Ia tiba-tiba merasa kikuk dan tidak bisa melepaskan pandangannya dari Jason. Michelle berusaha menguasai dirinya. Ia baru sadar, Jason begitu mempesona. Saat ini rambutnya agak basah terkena air. Rasanya tangan Michelle ingin mengusap rambut Jason. Ia tertegun sesaat lalu mengerjapkan matanya, cepat-cepat membuang pikiran ngawurnya. “Tidak sengaja, serius!“ ucap Michelle lagi sambil memberi tanda damai dan dengan susah payah menahan tawanya. Ia mengalihkan pikirannya dengan memberi susu kepada Jojo. “Ha – ha! Yah-yah-yah, lucu sekali!“ kata Jason masih merasa dijahili. Michelle tertawa lagi. Dan ia tidak bisa berhenti tertawa. Ia mengusap air matanya karena merasa hal yang terjadi pada Jason tadi sungguh sangat lucu.“Tertawalah terus dan aku akan menciummu nanti!“ kata Jason dengan percaya diri. Dalam hatinya, ia berharap Michelle tidak berhenti tertawa dan dia bisa mencium Michelle karenanya. Michelle langsung berhenti tertawa ketika mendengar ancaman Jason.
“Kurasa kau membutuhkan bantuan professional untuk mengasuh Jojo. Apakah Tina sudah menghubungimu?“
Michelle menepuk-nepuk punggung Jojo agar dia bisa bersendawa.
Jason terpaku melihat Michelle. Semakin lama, ia mengamati Michelle, semakin ia terpesona memandangi Michelle. “Kenapa kau memandangiku begitu?!“ tanya Michelle tidak mengerti. “Aku seperti melihat sinar di sekelilingmu. Indah sekali,“ jawab Jason jujur. “Kau pasti akan menjadi ibu yang luar biasa untuk anak-anakmu. Ngomong-ngomong siapa nama anak pertamamu?“Jason merasa tertarik dengan tema pembicaraan anak-anak Michelle dan berharap dalam hati, ia bisa menjadi ayah dari semua anak-anak Michelle.
Meskipun Jason tidak begitu menyukai anak-anak tapi dia merasa berbeda jika mendapatkannya dari Michelle. Meskipun Michelle menginginkan 100 anak darinya, dia akan dengan senang hati menuruti keinginan Michelle tanpa mengeluh. Harapan Jason mengembang begitu kreatif di dalam kepalanya sambil mendengarkan Michelle.Bab 9 Rudi membuat kopi untuk dirinya sendiri. Sudah 2 jam, Michelle pergi dan belum memberinya kabar ataupun pulang ke rumah. Ia mulai merasa bosan berada sendirian dirumah tanpa Michelle. Sudah puluhan chanel tv diganti-ganti namun tidak membuat hatinya tenang. Malahan dia merasa gelisah karena menantikan kepulangan Michelle. Tubuhnya letih tapi pikirannya tidak bisa istirahat memikirkan Michelle. Dalam hatinya bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan Michelle saat ini? Jika saja Michelle membawa hand phonenya maka ia tidak akan merasa cemas dan penasaran seperti ini. Rudi menepuk dahinya. 'Tentu saja! Betapa bodohnya dia!' katanya pada dirinya sendiri lalu mengambil handphone Michelle dan melihat daftar panggilan masuk dan menelepon nomor terakhir dalam daftar. Dia menunggu dengan cemas dan keningnya mengerut saat mendengar suara tawa seorang pria menyambut teleponnya. “Yah-yah-yah lucu sekali! kata Jason sambil tertawa.
Bab 10 Angin dingin masuk melalui jendela kamar Michelle yang terbuka. Handphonenya berbunyi mengganggu tidur nyenyaknya. Setengah tidak sadar, Michelle meraba mencari dan meraih handphonenya tanpa membuka matanya. Ia melirik jam dinding yang ada dikamarnya sambil menguap. Baru jam 5! gerutunya dalam hati lalu melihat handphonenya. Ternyata Jason! Michelle menguap lagi lalu mematikan handphonenya. “Siapa yang menelepon pagi-pagi begini?“ gumam Rudi sambil memeluk Michelle . “Jason,“ jawabnya sambil menguap lebar. “Aku harus cepat-cepat membantunya mencari baby sister agar ia tidak menggangguku lagi, inikan baru jam 5 pagi, gila!“ kata Michelle sambil merapatkan selimutnya dan mencari posisi yang enak dalam pelukan Rudi dan meneruskan tidurnya lagi. “Sial! Kenapa hpnya dimatikan sih!?“ kata Jason dengan kesal pada dirinya sendiri. Jojo baik-baik saja. Hanya saja, dialah yang justru kesulitan untuk beristirahat.
Bab 11 “Sayang, kau tahu, aku merasa tidak nyaman melihatmu bersama Jason,“ kata Rudi setibanya mereka dirumah tanpa basa basi. Michelle menghela napas sebelum menenangkan Rudi. “Sayang aku bukannya bersama Jason tapi aku bersama Jojo,“ kata Michelle sambil tersenyum. “Tapi aku senang kau cemburu. Kau membuat, aku terkejut dengan sikapmu itu. Sebelumnya, kau belum pernah bersikap seperti ini,“ kata Michelle sambil tersenyum manis. “Ini bukan cemburu lagi sayang, tapi hal ini membuatku gila! Bisakah kau tidak memperdulikan Jojo untukku?“ “Sayang, ini masalahnya bukan mau atau tidak, tapi ini masalah seorang bayi. Yah, Tuhan dapatkah kau membayangkannya!? Aku tidak bisa begitu saja tidak memperdulikan Jojo, yang aku tahu pasti sangat membutuhkanku! Bagaimanapun aku merasa bertanggung jawab karena kepad
Bab 12 Pagi harinya, Jason meminta Michelle untuk menjagai Jojo dirumahnya karena ia harus memenuhi jadwal syuting yang sudah ditundanya dari kemarin. Rudi mengerang kesal ketika melihat Michelle berbicara dengan Jason ditelepon. Bujukannya untuk bermesraan ditolaknya dan memilih untuk menyimak kata-kata Jason ditelepon. “Kita bawa saja Jojo kesini!“ kata Rudi memberi saran. “Yah tadi juga aku sudah menyarankan seperti itu tapi membawa Jojo keluar dari rumah Jason akan menjadi pemandangan yang terlalu asyik untuk diexspos ke media, Itu kata Jason. Aku rasa alasannya masuk akal juga,“ kata Michelle sambil memandang Rudi. Berharap Rudi tidak akan marah. “Kau tidak bisa terus-terusan meninggalkan bisnismu,sayang.“ “Aku tahu tapi mau bagaimana lagi? Aku tidak
Bab 13 “Kita tidak bisa meninggalkan Jojo dan Jason disini, kasihan mereka. Oh ayolah, paling hanya satu atau dua hari sampai Jason sembuh. Aku hanya mengkhawatirkan Jojo. Bagaimanapun juga, Jason tidak bisa mengurusnya mengingat kondisinya saat ini.“ “Kalau begitu kita bawa Jojo saja pulang kerumah!“ “Jason sedang sakit. Bagaimana kalau ada apa-apa dengannya? Tidak ada satu orangpun kerabatnya yang ada dikota ini! Kau tahu, paling dekat saudaranya ada di Jakarta. Tidak mungkin kita memanggil mereka kesini untuk merawat Jason iya ‘kan?“ Rudi hampir gila membayangkan Jason tinggal di rumah Michelle dan juga bersamanya! “Tidak-tidak dan tidak!“ jawab Rudi dengan tegas. Tapi lagi-lagi, Michelle tetap gigih membujuknya. Dia benar-benar tidak tega kalau sampai meninggalkan Jason sendirian dirumahnya.
Bab 14 Michelle segera menyadari kekeliruannya. Ia menyadari, ia sama sekali tidak kebal dengan pesona Jason maka Michelle langsung menjauh dari Jason dan tersenyum kikuk. Jason mengumpat dalam hati saat melihat hal itu!Jason mengira Michelle akan meninggalkannya sendiri tapi ternyata Michelle duduk dipinggir ranjang dekat kakinya dan Michelle membantunya membukakan sepatu! “Kau tidak akan nyaman kalau tidur dengan mengenakan sepatu,“ katanya sambil mencoba tersenyum. Ia merasa tidak enak harus memperhatikan keadaan Jason. Sebagian dari diri Jason, rasanya ingin sekali melompat kearah Michelle dan melumat bibirnya yang merah.Ia ingin sekali menyentuh tubuhnya dan memberi kenikmatan kepada Michelle dan menjadikan Michelle miliknya, hanya miliknya! Michelle akan meninggalkannya sekarang! Jason menggerang pelan.
Bab 15 Tampaknya cukup sulit untuk menemukan wanita yang benar-benar sempurna untuk merawat Jojo! Michelle hampir putus asa dan terduduk lemas disofa Jason. Ia sudah putus asa sampai ia melihat seorang gadis berumur 27 tahun yang menurutnya benar-benar ideal untuk Jojo, namanya Meta. Mata Michelle berbinar-binar.Ia menaruh harapan yang besar kepada Meta. Rudi mengangguk-angguk setuju. Jason tidak merasa senang melihat kenyataan bahwa ia akan segera menemukan pengasuh yang akan segeramerawat Jojo. Michelle memantau semua kegiatan Meta saat mengurus Jojo. Ia memandikan Jojo dengan sempurna. Menyuapi Jojo dengan sabar. Membuat takaran susu dengan benar dan memastikan hangatnya pas dan juga sepertinya, Jojo juga sangat menyukai Meta! &
Bab 16 Begitu sampai dirumah, Michelle tidak banyak berkomentar. Ia langsung mengambil bongkahan es batu dalam kulkas dan sebuah handuk kecil untuk mengompres tangan Rudi yang agak bengkak. Sepanjang perjalanan pulang kerumah, Rudi tidak berkomentar apapun. Dan Michelle pun tidak mau memberi komentar apapun. Ia memperhatikan Rudi mencoba menahan nyeri pada tangannya. Michelle mengompres tangan Rudi. “Aku tidak apa-apa, auw!“ Dinginnya es rupanya menyadarkan Rudi bahwa tangannya bengkak. Michelle geleng-geleng kepala melihat kekeraskepalaan Rudi tapi ia hanya diam tidak mengatakan apapun. “Apa!?“ bentak Rudi saat melihat Michelle. “Kau tahu,“ kata Michelle sambil menghela napas panjang. “…, kau bertingkah seperti anak kecil." Michelle mulai merasa kesal. Ia memban