Bertahun-tahun yang lalu, saat itu kediaman Eduardo sedang merayakan ulang tahun perusahaan. Bersama para kolega dan rekan bisnis dari berbagai negara. Begitu meriah dan menyimpan makna tersendiri dengan segala kemewahan yang ada.
Claretta dan Eduardo malam itu tampil dengan balutan gaun dan jas dari percancang ternama. Sama seperti namanya, Claretta yang artinya berkilau, benar-benar berkilau ditengah begitu banyaknya para tamu undangan.
Perusahan yang semakin menggurita membuat keluarga Eduardo begitu tersohor. Tidak sedikit dari mereka yang sengaja menjadi penjilat hanya untuk bisa ikut bergabung dan memenangkan tender dari perusahaan Eduardo.
“Selamat Tuan Eduardo, waktu berjalan dengan begitu cepat sampai saya tidak menyadari jika ini adalah ulang tahun yang 7, hahaha...”
“Terima kasih banyak, begitulah waktu, tanpa kita sadari semakin membuat kita lupa diri dan larut dalam kesibukan.”
“Dimana Aldric dan Rae? Apa mereka sedang berada di a
“Tuan! Kami sudah berhasil menangkap wanita itu dan kami masukan ke dalam ruang yang anda minta,” jelas sang bodyguard. “Siksa dia! Tapi ingat, aku ingin dia tetap hidup.” “Baik Tuan!” Rae Catalina, gadis itu berusaha untuk mearikan diri dari kediaman Gerardo. Sepuluh orang bodyguard terbaik Gerardo tewas, membuat pria itu geram dan langsung memberikan Rae pelajaran yang akan Ia ingat selama hidupnya. Dalam ruangan yang didominasi dengan warna hitam itu, saat ini kedua tangan Rae dirantai, namun tidak diangkat tinggi dan masih bisa bergerak. “Katakan!! Siapa yang memintamu untuk menghabisi Tuan ku?” teriak pria bertubuh tinggi besar itu. Dengan membawa cambuk di hadapan Rae, pria itu berlagak ingin menakut-nakuti seorang Rae Catalina. Alih-alih ketakutan, Rae justru memberukan senyum ejekan pada pria itu. “Sampai aku mati, tidak akan pernah aku katakan siapa yang mengantarkan aku kemari.” “Wanita kurang ajar!! Akan aku
Teo masih saja terdiam, menunggu Gerardo menjawab pertanyaan yang sangat ingin Ia ketahui. Teo sama sekali tidak meragukan keahlian bela diri dan kekuatan Rae, namun yang Ia takutkan hanyalah Gerado. Pria itu licik, dan tidak terduga dalam membuat sebuah rencana. “Apa yang akan kau lakukan jika ia ditemukan?” tanya Teo sekali lagi. Bukanya memberikan sebuah jawaban, Gerardo hanya tersenyum tipis dan menatap sekilas Teo, kemudian mengembalikan pandangannya pada sebuah lukisan abstrac yang bernilai jutaan dollar. Selama ini, belum ada yang pernah berani mendekati Gerardo dan sampai berani masuk ke dalam kediamannya hanya berniat untuk menghabisi nyawanya. Tapi sekarang, seorang gadis muda yang cantik jelita, tanpa sungkan hampir saja menghabisi membuat nyawa pria itu melayang jika tidak ada keberuntungan yang menyertainya. “Aku akan menikahinya!” katanya kemudian. “Menikahinya?” ulang Teo. Gerardo mengangguk penuh keyakinan. Tanpa mengal
“Aku tidak akan bisa menyakiti wanita secantik dirimu. Tapi sayangnya aku akan menyiksa mu diatas ranjang hingga kau tahu bagaimana cara untuk bertekuk lutut dan menyembah ku.” Rae menatap tajam Gerardo. Ia masih melihat pria itu duduk dikursi roda, ini tentu saja menjadikan Rae menang satu langkah dari pria itu. “Kau! Pria yang masih duduk diatas kursi roda mengatakan akan menyiksa ku di atas ranjang? Ahahaha... Silahkan kau berpimpi Tuan Gerardo, tapi malam ini aku akan menghabisi semua kesombongan mu!” Gerardo tertawa dengan keras saat melihat seorang gadis kecil sudah berani melawannya. Mungkin Ia belum tahu siapa Gerardo sebenarnya, bagaimana kejamnya pria itu dalam menyiksa musuhnya. Tawa pria itu terhenti seketika, membuat ruangan tersebut hening dan mencekam. Tidak kalah tajam pria itu menatap Rae. Bukan hanya menatap, namun Gerardo memprediksikan bagaimana caranya untuk bisa mengambil alih situasi. “Yang akan menyiksa mu bukan kaki ku
Mendengar suara pria itu Rae seketika menjadi siaga. Tiba-tiba saja ia mendengar jika rantai di kakinya terlepas dengan sendirinya. ‘Ini adalah sebuah jebakan! Aku harus berhati-hati,” batin Rae dengan mata yang terus melihat ke setiap sudut. “Jangan mencariku, Nona! Karena sampai kapan pun kau tidak akan menemukan dimana aku berada, tapi kemana pun kau pergi, aku pasti akan menemukan mu,” lagi suara Gerardo terdengar. “Pengecut!! Jika kau memang berani, tunjukkan dirimu dan jangan bersembunyi seperti anak kecil,” teriak Zee. Di ruangan yang berbeda, saat ini Gerardo menatap tajam Rae yang sudah mengatai dirinya sebagai seorang pengecut. Selama ini, semua orang di dunia hitam tahu siapa Gerado dan bagaimana kekejaman pria itu, tidak ada satu orang pun yang berani menghinanya. Ia berdiri dan kali ini akan langsung bicara bersama perempuan itu. Ia tahu, saat ini Rae sama sekali tidak memiliki senjata apapun yang mungkin bisa melukainya, kecuali
Gerardo saat ini menatap Rae dengan begitu buasnya. Ia bagaikan singa lapar yang siap melahap mangsanya dengan sekali telan. Tapi Rae tidak bisa berbuat apa pun, ia hanya bisa kembali mengumpulkan keberaniannya sebelum melawan Gerardo. Atau Ia mati sebelum pria itu berhasil mengambil harga dirinya. “Kau takut, Nona Catalina?” “Tidak! Untuk apa aku takut pada pria pengecut seperti mu? Pria yang selalu bekerja dengan menggunakan tangan kanannya?” Rae berusaha untuk mengulur waktu. Meskipun ia tidak tahu, semua ini akan berhasil atau tidak. “Bukankan Eduardo juga melakukan hal yang sama, cantik?” Gerardo sedikit menekankan nama itu untuk membuat Rae sedikit melunak. Namun bukan itu yang terjadi. Rae justru semakin berani dan membela papi nya. Ia putrinya dan Ia tahu benar bagaimana Eduardo bekerja selama ini. “Kau! Siapa kau berani berkata seperti itu, huh? Kau hanya tahu informasi dari anak buahmu yang payah itu, dan kau bangga?” wajah Rae menunjukkan b
Mendengar hal itu Alea segera memungut kembali pakaiannya dan keluar dengan rasa kecewa. Bagaimana tidak, Ia sama sekali tidak bisa mendapatkan apa yang Ia inginkan dari penyatuannya dengan Gerardo. “Apa kau yakin, Tuan? Aku masih bisa untuk melayani mu?” Ale sekali lagi berusaha, tapi sayangnya perempuan itu sama sekali tidak mendapatkan respon apapun. Ia hanya bisa menarik napas dalam dan kembali menuju kamarnya. Ia hanya bisa pasrah, karena memang seperti inilah tugasnya, wajib memberi dan tidak berhak meminta apapun dari pria itu, terutama hatinya. Gerardo masuk ke dalam kamar mandi dan langsung berendam. Otot-otot tubuhnya perlu dilemaskan setelah Ia merasa tegang saat melihat tanda itu. Tanda yang membuatnya terus bertanya-tanya, apa mungkin dia orang yang sama, yang dulu pernah... “Tidak mungkin! Aku yakin ini hanya sebuah kebetulan saja,” gumamnya dengan kembali menutup mata. Merasa cukup, akhirnya pria itu keluar dan membersihkan sisa
Gerardo saat ini sedang berada di sebuah klub malam ternama, ia menjadi salah satu penanam saham terbesar di tempat tersebut. Tentu saja hal itu menjadikan pria itu selalu menjadi prioritas utama saat Ia mendatangi tempat tersebut. Bukan hanya satu, tapi masih banyak klub malam yang resmi menjadi miliknya saat pria itu berhasil mengalahkan pemiliknya dengan sekali tepuk. Bukan masalah besar baginya melakukan semua itu, dan hal itu juga terbukti saat Ia ingin tahu siapa Rae sebenarnya. 'Jadi di sana kau bersembunyi. Pintar!! Benar-benar gadis yang pintas,' batin Gerardo. Anak buahnya telah mengirimkan semua foto dan video yang mereka dapatkan saat memantau Rae. Gerardo mengetahui dengan baik apa yang dilakukan Rae dalam ruangan itu. Awalnya Ia tidak ingin gadis itu pergi, tapi rasa penasaran akhirnya membuat Ia terpaksa menyusun rencana baru. Meskipun Ia sadar, jika terus mencari tahu mengenai Rae, banyak pekerjaan yang harus Ia tunda, bahkan harus Ia
Setelah mendengar perkataan pria itu Rae hanya bisa mengepalkan tangannya kuat, menahan amarah yang saat ini sudah membuatnya merasa sesak. “Aku mungkin akan kembali! Dan saat itu terjadi, bersiaplah! Karena aku kembali untuk menjemput ajalmu. Camkan itu!” “Sudah aku katakan, aku rela mati berkali-kali ditangan mu,” Gerardo menyeringai, membayangkan bagaimana gadis itu akan kembali masuk ke dalam mansion miliknya tanpa harus ia seret layaknya seorang tawanan. “Sampai bertemu kembali calon istriku!” “Kau!!” Tuttt... Panggilan itu terputus dan seketika napas gadis itu semakin memburu karena amarah. Perasaan jijiknya pada Gerardo semakin besar saat mendengar Gerard memanggilnya sebagai calon istrinya. Hal itu sangat membuatnya mual. Saat berusaha untuk menenangkan diri, tiba-tiba saja ponselnya kembali berdering dan Rae langsung menjawab panggilan tersebut tanpa melihat siapa layar ponselnya tersebut. “Berhenti mengganggu