Rangga benar. Tentang fotografer senior yang bernama Sang Chul Kim, yang juga merupakan salah satu orang penting di dalam proses casting kali ini. Bahkan menurutku, beliau lebih menyebalkan daripada penjelasan Rangga sebelumnya. Karena dua belas perempuan cantik yang menggunakan lingerie, berdiri sejajar di satu ruangan, dan hal pertama yang Pak Kim lakukan adalah, menatap sekilas ke arah kita semua dengan tatapan yang menghina dan kecewa. Seolah tidak ada satu pun di antara kita yang terlihat sesuai seperti ekspektasinya.+Stay calm, Dinda… Nggak apa-apa.Ini bukan pertama kalinya lo ketemu orang yang sok banget lagaknya kayak dia.Jangan terpengaruh. Keep your posture right. Lo pasti bisa!+Kata-kata positif aku ucapkan secara berulang kali di dalam hati, sambil menunggu Pak Kim yang sedang sibuk memeriksa portofolio milikku dan sebelas model lainnya. Secara hati-hati, aku memperhatikan beliau yang sedang berdiskusi dengan seorang pria, dan menggunakan bahasa yang aku tidak pahami
Rangga lalu menyebutkan enam nama yang kemudian diarahkan untuk bersiap ke tahapan selanjutnya. Namaku termasuk ke dalam kelompok yang harus mempersiapkan diri karena sebentar lagi casting akan segera dimulai. Dan tanpa bertanya pun, aku sudah bisa membaca situasinya sekarang seperti apa. Enam model yang namanya tidak disebut oleh Rangga, langsung masuk ke dalam kategori tidak lolos.Proses seleksi kali ini, tidak seperti proses seleksi pada umumnya. Atau minimal, tidak sama dengan yang sudah pernah aku jalani sebelumnya. Biasanya para model yang berhadapan dengan casting team atau casting directors, mereka masih harus melakukan beberapa gerakan jalan atau pose foto terlebih dahulu, sebelum dicoret dari daftar kandidat. Tapi, jika kuingat lagi kata-kata Rangga sebelumnya mengenai Pak Kim, sekaligus berdasarkan perangai Pak Kim sejak awal kemunculannya, mungkin saja fast selection adalah hal yang sifatnya biasa dan sering dilakukan oleh beliau.“Nggak bisa gitu dong!” Mendadak teriakan
“Henny, clear your mess and get out!” Bentak Pak Kim sambil menatap Bu Henny dengan penuh amarah.+Buset dah, nih cewek bener-bener ya…Pak Kim yang tadi aja udah nyeremin... Ini mau mulai, ehh malah ditambahin emosinya jadi tingkat tinggi…Tapi kalo Pak Kim dari tadi kayak singa yang mau cabik-cabik Bu Henny, kemungkinan dia juga tau deh ini, ada permainan jalur orang dalem yang dilakuin sama Bu Henny…+Aku benar-benar tidak habis pikir lagi dengan keegoisan perempuan yang berwajah eurasia tersebut. Dia telah membuat suasana menjadi semakin tidak nyaman bagi kita semua yang ada di dalam ruangan. Tingkahnya benar-benar menyebalkan, dan tidak memikirkan orang lain yang juga terkena imbas dari perbuatannya.+Sebenernya kalo dipikir-pikir lagi nih ya, Pak Kim sama tuh cewek ada mirip-miripnya sih…Sebelas, dua belas…Semacam serupa tapi tak sama…+Bu Henny dan Rangga tidak menyerah begitu saja. Mereka masih berusaha membujuk perempuan itu untuk tetap tenang dan segera pergi ke luar d
Suasana di dalam studio sekarang benar-benar sunyi, setelah kepergian Bu Henny dengan perempuan tadi. Semua orang kembali fokus dengan tugasnya masing-masing, dan bergerak dengan sangat cekatan. Rangga tadi sudah menjelaskan beberapa hal yang perlu kita lakukan selanjutnya. Dan sekarang, kita berenam sedang duduk di sisi samping ruangan. Sementara Pak Kim dan dua pria lainnya, duduk berjejer di bagian tengah, seperti juri di sebuah ajang pencarian bakat. Rangga meminta kita berenam untuk menunggu terlebih dahulu, sampai dia memanggil nama kita secara bergantian, untuk berjalan dan berpose di bagian tengah, di depan Pak Kim dan dua orang pria lainnya, yang aku tidak kenal sama sekali.+Sumpah ya, gue belum pernah se-nervous ini sebelumnya…Mana Pak Kim wajahnya masih keliatan emosi tingkat tinggi pula…Gimana caranya gue bisa tunjukin sisi perempuan yang sensual di depan orang yang ekspresinya udah kayak mau ngawasin ujian nasional itu?Ini bisa nggak ya gue?Aduh! Pake acara deg-deg’
“She’s the last candidate, Mister Kim.” Kata Rangga yang mengingatkan Pak Kim, karena beliau meminta model selanjutnya untuk berjalan ke tengah.“Last?” Pak Kim menatap Rangga dengan sorot mata yang tidak percaya. Beliau kemudian menanyakan kepada Rangga, apakah Rangga memiliki calon kandidat lain dari Arutala yang siap untuk casting. Ketika Rangga menjelaskan yang sebenarnya, Pak Kim justru mengeluh karena waktunya sudah terbuang banyak, dan tidak ada satu pun kandidat yang sesuai dengan harapan dia.Selain itu, Pak Kim juga kembali berkomentar dengan bahasa yang tidak aku mengerti. Dan karena suasana menjadi sangat canggung untukku, aku memutuskan untuk lebih baik segera bergegas pergi dan meninggalkan ruangan casting. Daripada aku harus mendengar keluhan beliau, atau malah, bisa saja aku yang sesudah ini terkena omelannya.Akan tetapi, Pak Kim mendadak memintaku untuk berhenti berjalan, dan kembali berdiri di tempatku semula. Sejujurnya, aku sangat tidak mengerti dengan tujuan dari
“What’s your name again?” Pak Kim memecah keheningan seluruh isi ruangan, sambil menatap ke arahku dengan tatapan yang seolah sedang memendam perasaan jengkel.+Duh, Pak, bukan cuma bapak doang yang bisa jengkel…+“Adinda, Sir.” Jawabku dengan lugas.+Ngadepin cowok modelan kayak Pak Kim gini, paling aman memang jangan pernah tunjukin kondisi perasaan dan pikiran kita yang sebenernya. Selain itu, kalo kita sampe terlihat seperti sedang terintimidasi, yang ada kita bisa jadi sasaran empuk buat dia. Karena dia jadi punya banyak cara untuk semakin seenaknya sama kita…+“You are pretty and sexy, but empty.”+Wow, dari tadi gue disuruh nunggu sampe kedinginan, sekarang gue dikatain nggak ada isinya. Mantep bener dah...Oke, tenang. Jangan kepancing, Dinda. Santai aja.At least dia bilang lo cantik dan sexy.Be careful ya, Dinda… Use your mind…+“Diandra has strong characteristic and personality. Not just face and body. That’s why she’s irreplaceable. And I can see that you are trying
Sudah sekitar dua puluh lima menit, aku menunggu di ruang istirahat dan duduk di sofa, sambil meluruskan kedua kakiku yang lumayan terasa pegal. Kedua telapak tanganku sengaja aku tempelkan ke gelas plastik yang telah aku isi dengan air hangat. Mantel dan selimut yang berbahan cukup tebal juga menyelimuti tubuhku yang tadi sempat kedinginan. Karena hampir tiga jam, aku berada di dalam ruangan dengan suhu rendah dan hanya mengenakan lingerie.Lingerie yang kupakai sejak tadi juga belum aku lepas. Aku belum berganti ke pakaianku yang sebelumnya, karena aku hanya ingin berjaga saja. Sewaktu-waktu, aku masih bisa dipanggil untuk kembali masuk ke ruangan casting. Meskipun sejujurnya, aku merasa tidak yakin akan kembali masuk lagi ke ruangan tersebut. Akan tetapi, aku tetap ingin menunggu dan masih dalam keadaan yang siap.Tak lama kemudian, salah satu yang aku tunggu, akhirnya muncul, membuka pintu ruang istirahat, lalu berjalan menghampiriku. “Sori. Lama.”Gelas plastik yang tadi kupegang
“Eh, iya, lo jangan balik dulu. Nunggu Arum sebentar. Sama, gue udah pesen makan malem buat kita semua. Kita-kita belum pada makan juga soalnya… Pake catering yang biasanya. Jadi tenang aja. Diet lo aman.”“Thank you, Ngga.” Aku tersenyum dengan penuh rasa syukur dan lega.Mendadak pintu ruangan diketuk beberapa kali dan terbuka lagi. Kali ini, salah satu staff dari Arutala Model and Talent Management, yang bernama Lista masuk ke dalam ruangan sambil membawa buku catatan dan pulpen di tangan kirinya.“Arum gimana, Lis?” Tanya Rangga tanpa basa-basi, sambil menyentuh sofa di sebelahnya sebagai tanda supaya Lista segera duduk.“Mbak Arum lagi ngurus surat-surat sama perijinan, Mas Rangga.” Jawab Lista yang kemudian duduk di tempat yang dipersilahkan oleh Rangga tadi.“Oke. Jadi gimana rundown-nya?” Tanya Rangga yang membuatku kini juga ikutan fokus untuk mendengarkan dan menatap Lista.“Senin dari jam dua sampai selesai, ada briefing, fitting, dan lain-lain. Mbak Stella dan Mbak Dinda,