“Aku dengar Citra datang ke kantormu, Kai? Ada hal apa sampai Citra datang ke kantormu?”Suara Krystal bertanya dengan nada pelan namun tersirat menuntut penjelasan Kaivan. Ya, pertanyaan Krystal itu sukses membuat Kaivan terdiam. Tampak raut wajah Kaivan yang sedikit menunjukan rasa terkejut karena Krystal mengetahui Citra datang ke kantornya.Sejenak, Kaivan menarik napas dalam-dalam. Pria itu terlihat tengah memikirkan sesuatu dalam benaknya. Banyak hal yang Kaivan pikirkan. Bukan bermaksud untuk tidak jujur. Tetapi yang ada di dalam benak Kaivan saat ini tengah memikirkan waktu yang tidak tepat. Banyak hal dari masa lalunya yang harusnya dia lupakan tetapi masih kembali ada di masa sekarang. Kaivan tidak pernah menyangka Citra kembali datang. Selama ini Kaivan memang tidak pernah mencari Citra. Bukan tanpa alasan. Tapi karena Kaivan memilih menghargai apa yang telah Citra putuskan.Sekarang, Citra datang dengan memberikan fakta yang sebenarnya terjadi. Kaivan adalah pria yang berp
Krystal mematut cermin, menatap penampilannya yang memakai dress dengan model tali spaghetti. Ya, saat pagi menyapa—Krystal lebih dulu terbangun. Sejak tadi malam setelah dirinya sedikit berdebat dengan Kaivan membuat Krystal tidak tidur nyenyak. Perkataan Kaivan kemarin membuat suatu rasa cemas, khawatir dan takut melebur menjadi satu dalam diri Krystal. Pun Krystal tidak memiliki pilihan lain selain menuruti perkataan sang suami. Awalnya Krystal ingin memaksa Kaivan untuk memberitahukan semuanya. Namun, Krystal memilih untuk tidak melakukan hal itu. Krystal tahu pria dasarnya tidak suka dipaksa. Jika Kaivan meminta waktu artinya memang suaminya itu memilih waktu yang tepat untuk memberitahunya. Walau tak dipungkiri Krystal ingin sekali tahu apa yang sebenarnya terjadi.Menarik napas dalam-dalam, Krystal mengembuskannya perlahan. Wanita itu menatap cermin melihat penampilannya sendiri. Wajah Krystal mulus tanpa noda. Putih bersih bagaikan kulit bayi yang baru dilahirkan. Dia memang s
“Krystal?” Citra melukiskan senyuman hangat kala melihat Krystal melangkah mendekat padanya. Pun Krystal memberikan senyuman di wajahnya menyambut Citra yang datang. Kini Krystal duduk di hadapan Citra. Sesaat mereka tak langsung bicara. Hanya sebuah tatapan yang saling menatap satu sama lain. Ya, Citra bisa tahu alamat apartemen Kaivan dan Krystal karena dari data yang telah Krystal berikan. Mengingat Krystal memakai jasa wedding organizer milik Citra. Tentu saja, Citra tahu alamat apartemen yang ditempati oleh Kaivan dan Krystal.“Aku sedikit tidak menyangka kamu datang, Citra,” ujar Krystal yang masih dengan suara yang pelan dan lembut. Tersirat tatapan Krystal penuh maksud pada Citra yang duduk di hadapannya.Citra tersenyum. “Maaf karena mengganggumu, Krystal. Aku datang karena ada beberapa tambahan dekorasi yang ingina ku tunjukan padamu.”Krystal menganggukan kepalanya. “Kalau begitu tunjukan saja, Citra. Aku akan melihatnya.”Saat Citra hendak mengambil iPad di tasnya—sang pel
Krystal menyisir rambut panjangnya seraya mematut cermin. Setelah rambut panjangnya tertata dengan rapi, Krystal kembali meletakan sisirnya ke atas meja rias. Sesaat Krystal melirik jam dinding—waktu menunjukan pukul tujuh malam tetapi Kaivan belum juga kembali pulang. Mungkin terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Itu yang ada di dalam benak Krystal. Pun Krystal memilih untuk tidak menghubungi nomor Kaivan. Krystal tidak ingin mengganggu Kaivan yang tengah sibuk dengan pekerjaannya.Kini Krystal bangkit berdiri dari kursi meja rias. Lalu dia menjatuhkan pelan bokongnya di ranjang dan menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang. Terlihat Krystal memejamkan mata lelah. Ya, Krystal terlihat lelah. Lelah dengan semua masalah yang hadir di hidupnya. Dulu, Krystal pernah menjadi sosok yang egois karena meminta Kaivan untuk memilih dirinya atau Livia. Tentu Krystal tahu dirinya tak luput dari kesalahan. Terkadang cinta selalu membuat egois. Pernah Krystal ingin menyerah dan merelakan Kaivan namu
Berita tentang resepsi pernikahan telah terdengar. Menikah dengan pengusaha ternama di Indonesia membuat Krystal selalu menjadi sorotan para media. Tak sesekali media banyak mengatakan Krystal adalah sosok Cinderella. Mulai dari pekerjaan yang hanya sebagai Ballerina, dan juga orang tua Krystal yang telah tiada bukanlah dari kalangan pengusaha. Hal itu yang membuat Krystal tak henti-hentinya menjadi pembicaraan publik. Akan tetapi, Krystal mengabaikan semua komentar yang ada. Ya, tentu Krystal mengabaikan komentar-komentar yang ada. Karena memang banyak orang yang berkomentar negative dan tak sedikit yang berkomentar positive. Krystal beryukur karena ada yang masih memberikan komentar positive. Setidaknya dari sini Krystal belajar bahwa tidak semua orang di dunia menyukai kita. Pun Krystal tidak berhak untuk menghakimi orang-orang yang tidak menyukainya. Semua orang yang ada di dunia ini berhak untuk memilih menyukai dan tidak menyukai.Seumur hidup, Krystal memang tidak pernah menyan
Krystal menundukan kepalanya kala ditatap dingin oleh Elisa—ibu mertuanya. Sedangkan Felicia begitu setia di samping Krystal seakan siap membela Krystal dari cercaan ibunya sendiri. Sejenak, Krystal berusaha untuk tidak takut kala ditatap oleh ibu mertuanya. Namun, nyatanya sorot mata dingin Elisa kerap membuat tubuh Krystal seakan membeku.“Kenapa kamu hanya memakai pakaian seperti ini, Krystal? Apa kamu tidak memiliki pakaian lagi?” seru Elisa dengan sorot mata tajam.“Ma—”“Diam, Felicia! Mama sedang berbicara dengan Krystal! Jangan memotong ucapan Mama!” tegas Elisa pada putri bungsunya.Krystal melihat pada Felicia, dan memberikan sebuah senyuman tulus yang mengisyaratkan agar Felicia tidak perlu membelanya. Ya, Krystal hanya tidak mau jika sang adik ipar harus disalahkan. Andai saja, Krystal tahu mertuanya akan datang—dia tidak akan memilih memakai dress santai bahan kaus dengan motif hello kitty.Krystal mengatur napasnya. Lalu dia mengalihkan memberanikan diri mengalihkan pand
Citra menatap sebuah bingkai foto yang berisikan foto miliknya dan Kaivan. Tampak di foto itu dia dan Kaivan tampak seperti pasangan yang berbahagia. Memiliki foto bersama Kaivan adalah hal yang tersulit. Selama ini Kaivan tidak pernah mau berfoto. Tapi akhirnya sebelum Citra meninggalkan Indonesia—dia berhasil mengambil beberapa fotonya dengan Kaivan. Mulai dengan memeluk dan mencium rahang Kaivan. Walau wajah Kaivan tak pernah senyum sedikit pun tetapi pria itu tetap mempesona dengan segala pembawaannya.“Nyonya Citra, apa Anda hari ini jadi ingin bertemu dengan Tuan Kaivan?” tanya Marike—asisten pribadi Citra yang sejak tadi begitu setia berada di samping Citra.Citra terdiam sejenak mendengar apa yang dikatakan oleh Marike. Tampak sepasang iris mata hitamnya menunjukan kebingungan. Tampak wanita itu terlihat memikirkan sesuatu. Suatu hal yang rasanya Citra tak yakin. Namun, Citra tak menampik kalau dirinya menginginkan bertemu Kaivan. Tetapi semuanya menjadi sangat rumit.“Marike,
Hari ini adalah hari yang telah ditunggu Kaivan dan Krystal. Ya, mereka mengadakan resepsi pernikahan megah di salah satu hotel berbintang lima. Setelah perjuangan panjang mereka, akhirnya mereka tiba pada hari yang telah mereka nanti-nantikan. Pun pernikahan ini telah didekorasi dengan konsep yang Krystal inginkan. Awalnya, Kaivan ingin Doni yang mengurus segala pernikahannya tetapi ternyata Krystal menginginkan sendiri mengurus segala pernikahannya. Seperti saat ini, di belakang Krystal sudah ada gaun pengantin yang sangat indah. Gaun ini adalah gaun yang juga Krystal inginkan. Segala sesuatunya memang yang Krystal inginkan. Sedangkan Kaivan tentu hanya mendukung segala apa yang Krystal inginkan. Bisa dikatakan gaun ini bukanlah gaun mewah dengan banyaknya taburan hiasan berlian. Tidak. Ini adalah gaun pengantin yang tampak sederhana tetapi tetap berkelas. Alasan Krystal ingin memilih sendiri karena Krystal tidak ingin Kaivan memesan gaun pengantin dengan hiasan berlian.“Nyonya K