Happy reading and Enjoy!
Chapter 28
Sidney's Dream
Sidney berdiri di balkon rumah yang menghadap halaman belakang, dari sana ia bisa melihat pemandangan keluarganya yang terlihat bahagia dalam kebersamaan dan Alvaro Leonard, sang bintang sepak bola itu berada di tengah-tengah mereka. Pemandangan yang sangat menghangatkan perasaannya.
Tidak jauh darinya Sophia berdiri dengan posisi yang sama, ia juga menatap keluarga Johanson yang sedang larut dalam suasana hangat menjamu seorang pemain sepak bola ternama.
"Leonel pandai memilih siapa yang dijadikan rekan bisnisnya, ya?" ucap Sophia seraya tersenyum. "Dia seperti ayah kalian, ayah kalian selalu matang dalam memperhitungkan segala sesuatu."
Ayahnya hanya kurang beruntung dalam percintaan. Tapi, sudahlah. Itu masa lalu yang bukan urusannya dan juga ayahnya telah menikahi He
Happy reading and enjoy! Chapter 29 Poker Terlalu banyak kebetulan yang Sidney hadapi meski sebenarnya di dunia ini tidak ada kebetulan, apa pun itu karena semuanya telah diatur. Tetapi, Sidney lebih menyukai menyebutnya kebetulan karena ia duduk tepat di depan Alva. Tidak dipungkiri jika Sidney merasakan gugup meski mereka pernah lebih dekat dari pada sekedar duduk di meja makan berhadapan. Saking gugupnya, Sidney hingga tidak berselera dengan makanan di piringnya karena sejujurnya ia lebih berselera dengan pria di depannya. Ya Tuhan. Dahi Alva terlihat sedikit berkeringat, mungkin karena ia terlalu banyak berdiri di depan mesin barbeque. Terlihat sangat seksi seperti seorang model iklan produk rambut pria, jari-jarinya tampak kokoh mencengkeram garpu dan pisau, otot lengannya.... Sidney tahu sepe
Happy reading and enjoy!Chapter 30Goal Challenge"Nah, kebetulan kau datang, Gabe," ujar Leonel seraya menyerahkan gelas berisi sampanye kepada Gabriel. "Tolong, gantikan hukumanku.""Tidak, kecuali Sidney yang kalah baru aku menggantikannya," ujar Gabe.Leonel berdecak. "Sekali ini saja." Gabe menyingsingkan lengan kemejanya seraya menatap Alva. "Hai, Tuan Leonard. Apa kabarmu? Tidak menyangka kita bertemu lagi dan di sini," sapanya dengan nada sangat ramah.Alva tersenyum ramah. "Ya. Senang bertemu kembali denganmu."Gabe duduk di samping Sidney dan menarik gelas yang diberikan Leonel ke arahnya. "Sayang sekali tadi aku tidak bisa bergabung bersama kalian, ada pertemuan yang harus kuhadiri." "Akhir-akhir ini kau sibuk sekali, ya?" tanya William. "Ya. Lumayan, tapi sebenarnya yang paling membuatku sibuk adalah perusahaan yang dipegang Sidney," jawab Gabe setelah menyesap sampanye kemudian meletakkan gela
Happy reading and enjoy!Chapter 31PosesifAlva menciumi Sidney dengan rakus, terburu-buru, dan serakah. Lidahnya membelai lidah Sidney, membelitnya, kemudian menariknya. Satu lengannya menahan punggung Sidney sedangkan satu tangannya bergerak liar di antara paha Sidney."Gabe menunggu kita," erang Sidney memanfaatkan jeda dalam cumbuan bibir Alva yang sepertinya bahkan enggan untuk memberikan sedikit ruang untuknya menghirup oksigen."Persetan dengan sepupumu," ucap Alva, ia menyusurkan bibirnya di bibir Sidney seraya memperdalam jemarinya di dalam bagian sensitif Sidney."Aku bertaruh dia akan menyusul kita ke sini." Sidney tahu betul karakter Gabe, ia yakin dengan ucapannya tetapi sepertinya tidak berniat menjauhkan tangan Alva. Sidney justru mengaitkan satu kakinya ke pinggang Alva dan menekankan dadanya ke tubuh Alva. "Memangnya kenapa kalau dia ke sini?" Alva dengan lembut menggigit bibir bawah Sidney, dijilatnya bibir itu menggunakan ujung lidah dan
Happy reading and enjoy!Chapter 32Spanish"Apa kau sudah melihat gosip hari ini?" "Ya. Melanie putus dengan pacarnya.""Apa menurutmu...." Suasana hening beberapa detik kemudian salah saat dari mereka berucap, "Jika itu benar, aku benar-benar tidak menyangka." Ia berdehem pelan. "Maksudku dia... terlihat seperti wanita yang sangat bermartabat." "Pria itu juga mengirimkan seikat bunga pagi ini." Dirinya sedang menjadi sasaran empuk gosip karyawannya sendiri. Tentunya karena kemunculan Gerald di kantornya kemarin dan mereka langsung berasumsi sesuai dengan apa yang mereka lihat tanpa tahu cerita sebenarnya.Sialan! Sidney menghela napasnya dan mengurungkan niatnya masuk ke dalam pantri kantor padahal ia sedang memerlukan bantuan kafein agar ia dapat berkonsentrasi memeriksa angka-angka yang tidak sedikit pada tumpukan kertas di atas mejanya.Semua yang didengar pagi itu jelas sangat m
Happy reading and enjoy! Chapter 33 Obsession Jasmine Sinclair telah terbiasa dengan dunia sepak bola sejak ia berada di dalam kandungan ibunya. Ayahnya seorang pemain sepak bola dan ibunya seorang penari balet, keduanya dipertemukan dalam cerita yang menurut Jasmine unik dan mereka memutuskan untuk menikah. Jasmine mengira ayahnya akan menjadi pelatih di sebuah club sepak bola saat masa pensiunnya tiba, tetapi ayahnya justru mengambil langkah yang mengejutkan dengan menerima tawaran dari pemilik club yang ingin menjadikan dirinya salah satu petinggi club dan beberapa tahun kemudian ayahnya menduduki jabatan sebagai presiden club. Sebagai putri mantan pemain sepak bola yang sekarang menjabat sebagai presiden club, ia seringkali mengikuti ayahnya untuk sekedar turun ke tempat para pemain bola berkumpul ataupun berlatih, baik di lapangan dan di pusat kebugaran milik club dan di sana lah ia bertemu dengan Alvaro Leonard.Pria it
Happy reading and enjoy! Chapter 34 No! "Apa ada acara di rumah ini dan aku tidak tahu?" tanya Leonel saat kakaknya muncul di tempat tinggalnya bersama istrinya dan kedua anaknya. "Apa mengunjungi kediaman orang tua harus menunggu ada acara?" William yang menuntun Mandy menaikkan sebelah alisnya kepada Leonel. Leonel mengedikkan bahu kemudian melangkah menyongsong Mandy dan menggendong gadis kecil itu lalu menghujaninya dengan kecupan bertubi-tubi di pipinya. "Aku dan Sidney berencana pergi," ujar Grace yang berdiri tidak jauh dari William seraya memegangi kereta dorong bayi. Di dalamnya, Dylan terlihat nyenyak tertidur dengan empeng di mulutnya. "Dan kau meninggalkan para pembuat onar kecil di sini?" Leonel menciumi perut Mandy dengan gemas hingga gadis kecil itu terkekeh-kekeh. "Tenang saja, kami akan mengganggumu sampai kau tidak memiliki waktu bersantai," cetus William seraya mengambil alih kereta
HAPPY READING AND ENJOY!Chapter 35The Empty Hopes Sidney bersenandung mengikuti suara penyanyi yang keluar dari speaker ponsel seraya mengaplikasikan maskara di bulu matanya, sesekali ia melirik ke arah jam di layar ponselnya yang diletakkan di atas meja rias. Ia sudah beberapa kali menonton pertandingan sepak bola di stadion, tetapi karena dulu ia tidak memiliki pemain bola yang diidolakan dan juga karena berada di stadion karena ajakan Gabe, rasanya menonton pertandingan menjadi biasa saja. Namun, hari ini sangat berbeda. Rasanya sangat mendebarkan, juga menyenangkan. Mendebarkan karena ia akan bertemu Alva dan menyenangkan karena akan menyaksikan sendiri perjuangan Alva untuk mendapatkannya. "Kau sudah siap?" Suara itu membuat Sidney mengalihkan pandangannya ke arah pintu di mana Gabe berdiri di sana dan seketika Sidney mengerutkan keningnya. "Gabe?" "Aku memutuskan ikut bersama kalian ke Madrid," ucap Gabe seraya mendekati Sidney. Si
Happy reading and enjoy! Chapter 36 Kept His Promise Pergi ke Madrid seorang diri mungkin lebih baik dibandingkan pergi bersama Gabe dan Leonel. Ia dan Gabe memang sudah sepakat untuk mengakhiri ganjalan dalam hubungan mereka, tetapi nyatanya ketegangan di antara mereka masih membentang.Keberadaan Leonel bahkan tidak mencairkan suasana karena saudara kembarnya sibuk dengan iPad-nya selama perjalanan, sedangkan Gabe tidak membuka mulutnya, pria itu bersandar dengan nyaman di kursinya dan memejamkan mata sembari mendengarkan musik dari earphone-nya. Sementara Sidney yang tidak bisa memejamkan matanya mulai dilanda kebosanan setelah tiga puluh menit pesawat lepas landas dan mulai merasakan kegelisahan yang sebenarnya telah lama bercokol di dalam benaknya.Bagaimana jika Alva gagal mencetak dua gol?Pemikiran itu telah menghantui Sidney sejak kesepakatannya bersama Alva bergulir, yang artinya hubungannya bersa