Share

8. Kebohongan Mahes

Junior orang yang acak. Dia biasa melakukan apa-apa tidak teratur. Untuk mencari Mahes yang belum pulang, dia mulai menyusuri dari sekolah sampai mencari teman sekolahnya yang mungkin tahu di mana gadis itu berada.

Beda dengan Yugo. Dia yang sudah jauh lebih dewasa berusaha untuk tenang dulu memikirkan kemungkinan terbesar di mana Mahes saat ini.

Yugo tentu menyimpan alamat Mahes karena sebelum gadis itu masuk ke rumah dia sudah membicarakan ini dengan Sudibja.

Seseorang yang tidak punya siapa-siapa dan tidak tahu mau ke mana, ke mana lagi kalau bukan pulang ke rumah lamanya.

Ya, benar saja ketika dia ke sana Mahes tengah duduk sendiri di teras rumah, wajahnya pucat dia mungkin kelaparan.

Yugo memberikan jaketnya. Mahes merangkak mundur, urat-urat di wajahnya menegang.

"Kamu mikirin apa?" Yugo bertanya dingin. "Jangan kamu kira kalau aku akan mengulangi kecerobohan yang kemarin!"

Mahes menutup dirinya. Perempuan itu jengkel sendiri karena dia tidak punya kekuatan untuk memaki atau menghardik pria terkutuk yang sudah melecehkannya.

Yugo melipat tangan di depan Mahes. "Ayo pulang, orang rumah sudah pada khawatir dengan kamu."

"Aku mau di sini malam ini."

Yugo menarik lengan Mahes, adik angkatnya itu gemetar matanya juga membulat. Dengan tidak berperasaan Yugo menariknya untuk masuk ke mobilnya. Dia kunci segera di saat Mahes meronta ingin keluar.

Yugo tidak bicara apa-apa, memasangkan sabuk pengaman, tapi di saat tubuhnya mendekat Mahes malah teriak.

"Mau apa kamu!"

Yugo membeku sejenak. Dia tidak ingat seberapa menyerahkannya saat itu sampai membuat Mahes ketakutan begini.

Alih-alih meminta maaf atau membuat tenang Yugo menjepit wajah Mahes dengan ibu jari dan juga telunjuknya.

Mata Mahes memelotot. Sungguh dia tidak punya daya untuk melawan Yugo yang jauh lebih dewasa dan juga punya badan dua kali lipat lebih besar.

Mahes meronta, Yugo semakin mengencangkan cengkeramannya hingga pipi Mahes terasa sakit.

"Aku nggak ada niat untuk menyakiti kamu. Jadi, stop berpikiran kalau aku ini masih punya nafsu untuk macam-macam dengan kamu!"

"Kalau begitu, biarin aku pergi. Aku nggak bisa di sini!" Mahes sangat memohon.

"Kamu tahu apa alasanku sampai harus cari kamu ke sini?" Yugo mengguncang Mahes. "Karena kamu sudah buat keluargaku ribut malam ini. Apa kamu pikir bisa duduk tenang kalau kamu buat masalah?"

"Aku nggak berbuat apa-apa!"

"Iya, memang kamu nggak bisa berbuat apa-apa, makanya diamnya kamu pun sudah jadi masalah." Yugo menghempas Mahes hingga perempuan itu terhuyung ke sandaran kursi mobil.

Yugo menghela napas berat. "Soal kejadian malam itu aku mabuk, nggak sabar apa yang aku lakukan. Nggak usah dianggap kalau aku punya niat macam-macam lagi."

Melupakannya?

Hanya wanita murahan yang akan lupa apa yang Yugo lakukan padanya saat itu. Dia menyakiti Mahes fisik dan mental juga merusak masa depannya. Perbuatan juga membuat Mahes menjadi sulit berkomunikasi terutama laki-laki.

"Aku mau pulang sendiri." Mahes mencoba untuk membuka pintu mobil.

"Kamu nggak akan bisa keluar dari sini. Jaga sikap kamu, aku bakal bawa kamu pulang atau kalau masih mau ngotot untuk turun di sini aku bisa bikin kamu bungkam selamanya!"

Yugo membuat Mahes semakin pucat. Kesempatan itu digunakannya untuk membuat Mahes lebih paham dengan apa yang dia maksud.

"Nggak ada saksi untuk kejadian waktu itu. Kamu harus tutup mulut kalau nggak mau buat Bi Asih celaka atau kamu buat papaku yang sudah baik ke kamu itu kena serangan jantung!"

Menyeringai Yugo melihat Mahes tercenung di depannya begini. "Sekarang kamu bisa lebih tenang, 'kan?" tanyanya. "Ingat, bukan cuma kamu yang celaka kalau sampai berani buka mulut. Tapi, papaku dan juga Bi Asih!"

Mahes tidak pernah pernah menyangka kalau Yugo akan mengancamnya seperti seorang penjahat eprti ini. Yang gadis itu pikirkan adalah keselamatan Asih dan juga Sudibja yang sudah amat baik padanya.

Tutup mulut saat ini adalah cara yang paling baik agar semuanya tetap selamat sampai nanti kalau ada kesempatan Mahes akan pergi dari hidup mereka, menghilang tanpa jejak. Dia tidak tahan berada dalam tekanan Yugo dan juga kebencian Amarta.

Yugo melajukan mobi, sebelum pulang dia ajak Mahes untuk mampir ke sebuah restoran. Yugo belikan minuman dan makanan yang kira-kira akan disukai gadis itu.

"Makan ini. Kamu harus pulang dalam keadaan segar, nggak boleh kelihatan pcat begini."

Makanan tersaji di depan mata, perut Mahes memamng lapar. Tapi, duduk berdua dengan orang yang melcehkannya membuat dia tidak punya keinginann untuk makan.

"Aku nggak lapar."

"Mau lapar atau nggak, kamu harus makan." Yugo membuka pembungkus sendok kemudian menyiapkan makann untuk didekatkan ke Mahes. "Aku cuma nggak mau kamu kelihatan pucat dan bikin semua orang jadi tanya-tanya."

"Ingat juga." Putra pertama dari keluarga Sudibja itu menatap tajam pada Mahes. "Siapa pun yang tanya hari ini kamu ke mana, kamu harus bilang kalau kamu main dengan teman!"

*

Junior dikabari Asih kalau Mahes sudah pulang berama Yugo. Laki-laki itu tidak pikir panjang langung tancap ga ke rumah untuk memeriksa keadaan Mahes. Ada yang beda dari dia sejak beberapa hari ini, itu yang membuat Junior khawatir.

"Hes, lo nggak apa-apa, 'kan?" Junior baru turun dari motor langsung memeriksa keadaan Mahes. "Temen lo bilang tadi siang lo sempat keserempet motor, ada yang luka apa nggak?"

Mahes menyembunyikan sikunya. Dia baru sampai di rumah lima belas menit yang lalu, Amarta memarahinya dan menghukum untuk berdiri di luar dulu karena Mahes menggunakan alasan seperti yang Yugo suruh.

"Lo kenapa diri di ini. Ayo, masuk!"

"Kamu nggak perlu baik ke dia, Jun!" Amarta menegur. "Anak ini sudah kurang ajar, berani pergi sampai malam buat seisi rumah khawatir cuma karena dia yang keasyikan main dengan temannya."

"Ma, ini udah malam. Mahes juga mungkin terpaksa pulang malam begini."

"Dia kelayapan, Jun!" Amarta membentak. "Kamu kalau nggak tahu caranya mengajari orang supaya jadi benar, lebih baik tutup mulut, Jun! Mama begini karena mau mendidik anak ini."

"Mama bisa didik dia lain waktu, sekarang biarin Mahes masuk, Ma. Ini udah malam."

"Kamu tanya ke anak ini!" Amarta menunjuk. "Dia sudah makan malam dan hari ini belanja banyak barang. Itu kelakuan orang yang kamu bela!"

"Mahes bahkan nggak punya uang saku lebih, Ma."

"Kalau begitu dia habis menggoda laki-laki atau mengemis ke teman yang lain supaya dapat uang tambahan."

"Mama nggak pantas ngomong kayak gitu ke Mahes."

"Apanya yang nggak pantas?" Amarta tersenyum sinis. "Kalau Mama cuma bohong atau cari-cari kesalahan dia, kamu tanya ke anaknya sendiri!"

Junior berbalik untuk tanya. Pada saat itu Mahes hanya bisa memegang sikunya dengan wajah tertunduk.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status