Aamanda melihat wanita dengan dress merah itu lantas tiba di podium perikahannya dan Ryan. Senyumnya tersungging di bibir merah merona itu.
“Selamat atas pernikahannya, Pak Ryan Atmajaya! Saya ikut senang karena Bapak sudah menikah dengan wanita yang Bapak cintai,” ujar wanita itu kemudian mengulurkan tangannya ke arah Ryan. Dia juga menekan kata ‘dicintai’ sambil meilirik wanita yang ada di samping Ryan itu.
“Astaga! Apa yang kamu bicarakan ini, Anasthasya. Aku ini dijodohkan oleh orang tuaku jadi jangan berharap bahwa dia adalah wanita yang aku cintai,” timpal Ryan lalu terkekeh kecil. “Omong-omong terima kasih ucapannya. Kamu memang sektretaris yang baik,” lanjut Ryan, kemudian laki-laki itu membawa Anasthasya ke dalam dekapannya dengan intens.
‘Kamu cantik sekali malam ini,’ bisik Ryan dengan rendah.
‘Tentu, tak mungkin aku kalah cantik dari istrimu,’ timpal Anasthasya dengan menyunggingkan senyumannya, kemudian dia melepaskan dekapannya dari Ryan.
Semua gelagat Ryan dan Anasthasya terlihat oleh mempelai wanita, Amanda. Wanita itu terlihat berpikir keras, karena bagaimanapun juga Amanda tak pernah melihat Ryan sesantai itu dalam menghadapi tamu undangan, tak pernah seramah sampai memeluk seperti itu, Ryan tak pernah se-sumringah itu ketika bersama dengan tamu undangan. Amanda baru mengetahui keramahan Ryan dan kebahagiaan di wajah Ryan ketika laki-laki yang sduah berstatus sebagai suaminya itu bertemu dengan Anasthasya, sekretarisnya di kantor.
Amanda juga baru mengetahui jika Ryan memiliki sekretaris yang begitu cantik dan seksi, berbeda 180 derajat dengannya yang buntal dan tak berbentuk. Amanda merasa miris, dia kini tahu bahwa apa yang dikatakan Ryan memang benar, dia tak ada apa-apanya dibandingkan wanita lainnya.
“Hai! Selamat atas pernikahanmu dan Ryan, aku ikut bahagia,” celetuk Amanda yang sudah berada di hadapan Amanda.
Perkataan Anasthasya itu membuat Amanda tersentak dari lamunannya. Dia kemudian menjabat tangan Anasthasya yang sudha terulur. “Terima kasih banyak, Anasthasya. Aku juga bahagia karena bisa bersanding dengan Ryan,” timpal Amanda dengan ramah.
“Benar, kamu harus berbangga hati karena banyak dari wanita di luar sana ingin menjadi istri Ryan, karena kamu tahu sendiri bagaimana kerennnya Ryan? Mapan, tinggi, ganteng, bagaimana semua orang tidak tergila-gila kepadanya?” ujar Anasthasya dengan ekspresif.
“Apakah kamu salah satu di antara wanita yang seperti itu?” sergah Amanda dengan cepat bertanya secara tajam yang sontak membuat Anasthasya terdiam.
Sejenak Anasthasya terdiam, lalu wanita itu segera menyunggingkan senyumannya dan menatap intens Amanda. “Of course. Siapa juga yang tidak tertarik pada Ryan Atmajaya? Aku tidak bisa munafik jika aku memang kagum dengan semua yang ada pada Ryan. Tetapi kamu kan sudah mendapatkannya, jadi aku tak bisa melakukan apa pun lagi. So, sekali lagi selamat atas pernikahan kamu dan Ryan. Jaga dia baik-baik, karena banyak pelakor di luar sana!” ujar Anasthasya panjang lebar.
“Aku pergi dulu!” lanjutnya kemudian meninggalkan podium Ryan dan Amanda.
Semua perkataan Anasthasya masih begitu jelas memutar di benaknya. Wanita itu masih tidak bisa memeprcayai jika Anasthasya sendiri juga memilii perasaan pada Ryan, apalagi dengan peringatan yang dikatakan Anasthasya bahwa banyak wanita yang menganggumi Ryan. Lantas, Amanda pun bertekad untuk menjaga Ryan, suaminya itu dari wanita lain dan berusaha membuat Ryan jatuh cinta kepadanya, bagaimanapun caranya.
Di sisi lain, Amanda yang berkutat dengan pikirannya itu mengabaikan Ryan yang berkutat dengan ponselnya. Ryan tersenyum-senyum menatap ponselnya setelah mendapatkan pesan dari seseorang, lantas dia pun segera membalas pesan tersebut. ‘’Tunggu aku, Sayang!” begitulah pesan yang dituliskan Ryan.
Setelah acara resepsi pernikahan. Ryan dan Amanda pun segera menghuni rumah khusus untuk mereka berdua.Amanda membersihkan make-upnya dan ingin segera bersih-bersih diri. Tetapi berbeda dengan Ryan, Amanda melihat suaminya itu malah mengambil dua buah kemeja dan jas dari lemari lalu diletakan ke dalam tas, dia juga melihat Ryan mengemasi laptop dan beberapa berkas kerjanya.“Mau ke mana kamu, Mas? Ini sudah malam,” celetuk Amanda menghampiri Ryan.“Apa urusanmu dengan apa yang aku lakukan. Jangan ikut campur!” tegas Ryan dengan kesal.“Mas, aku ini sudah menjadi istrimu, jadi aku berhak tahu ke mana kamu pergi, apalagi ini sudah malam dan kita baru saja melakukan resepsi pernikahan. Tidak baik jika kamu pergi begitu saja, Mas. Apa yang akan dikatakan orang-orang nanti?” Amanda sedikit menaikan oktaf suaranya berusaha mencegah Ryan yang kan pergi.Ryan menghentikan dia berkemas, dia kemudian menatap nyalang Amand
“Sialan! Kenapa juga aku harus dijodohkan seperti ini? Menyebalkan saja, jika bukan karena perusahaan besar milik orang tua Amanda, aku tak akan sudi menikah dengan wanita dekil macam dia,” ujar Ryan mengumpat-umpat kesal di dalam mobil.Ryan tak berhenti mengumpat setelah dia pergi dari rumahnya dan Amanda. Dia benar-benar tak terima dengan perjodohan yang dia alami. Hal yang paling memuakan bagi Ryan adalah, ketika dia dijodohkan dengan wanita dekil dan tak dicintainya.Ryan menarik napasnya sejenak, dia menetralkan perasaannya setelah dia mengumpat selama beberapa saat di dalam mobil. Lalu, dia segera menghentikan mobilnya di mansion gaya Eropa miliknya. Laki-laki itu kemudian turun dari mobil dan membawa barang-barang miliknya.Ryan segera bergegas masuk ke dalam mansion, yang mana pintu mansion itu tak dikunci. Ketika dia masuk ke dalam mansion miliknya itu, suasana rumah begitu tenang, tetapi dia dapat mendengar bunyi masakan dan aroma ma
Semalaman Ryan memutuskan menginap di mansion miliknya. Paginya, laki-laki itu masih berada di ranjang berdekapan dengan sang kekasih. Ryan mengumpat di hatinya karena dia tak bisa membuat Anasthasya, wanita yang dia cintai bersanding dengannya dan malah dia bersanding dengan Amanda hanya karena harta gono-goni.Ryan membelai surai legam Anasthasya yang sontak mengusik tidur Anasthasya. Wanita itu menggeliat pelan di dalam dekapang sang kekasih, dia kemudian membuka matanya pelan.“Pagi!” sapa Ryan memberikan sambutan hangat bagi kekasihnya itu.“Pagi juga, Sayang!” Anasthasya kemudian membubuhkan kecupan singkat di bibir Ryan sebagai sambutan hangat. “Kamu tidak siap-siap bekerja? Ini sudah hampir jam 7,” ujar Anasthasya.“Aku menunggu kamu bangun dulu, Sayang. Tidak mungkin aku pergi bekerja dan meninggalkan kamu di ranjang begitu saja,” timpalnya yang sontak membuat Anasthasya terkekeh geli.
Sepulang kerja, Ryan tiba di rumahnya. Laki-laki itu dengan tegas dan dingin melangkahkan kakinya ke dalam rumah setelah pintu rumahnya dibukakan oleh sang istri dan disambut dengan senyuman hangat. Meski dia telah meninggalkan Amanda selepas pernikahan, bukan sambutan marah yang dia dapati, tetapi malah sambutan yang begitu manis seorang istri kepada seorang suami. Amanda dengan wajah khawatirnya mendekati Ryan. "Mas Ryan dari mana saja? Apakah Mas Ryan sudah makan? Aku baru memasak," ujar Amanda beruntun yang spontan membuat Ryan terhenti langkahnya. "Aku sudah kenyang. Aku tidak lapar lagi. Lagi pula siapa yang mau makan masakanmu itu?" ujar Ryan dengan dingin, setelahnya laki-laki itu memilih melangkahkan kakinya ke dalam kamar tanpa mempedulikan istri sahnya. Tanpa Ryan sadari perkataan Ryan yang dingin itu membuat hati Amanda tersayat-sayat. Laki-laki itu sudah menghujam hati Amanda dengan perkataan mautnya. Amanda amat terluka, bahkan dia sampai meniti
Jantung Amanda berdegup semakin cepat, dia benar-benar khawatir sekaligus bertanya-tanya siapa yang meneleponnya itu. Namun, dengan berani Amanda menimpali perkataan wanita yang ada di seberang itu.“Ha-Hallo? Ini siapa ya?” tanya Amanda pada penelepon di seberang sana.[“Aku tidak butuh bicara denganmu. Katakan saja di mana kekasihku,”] tegas wanita di seberang sana yang sontak membuat hati Amanda tersentak.Kekasih? Wanita yang menelepon Ryan adalah kekasihnya? Hati Amanda benar-benar dihujam ribuan duri, dia tak pernah menduga jika Ryan memiliki kekasih padahal sudah memiliki istri dirinya. Amanda ingin menangis, hatinya begitu perih mengetahui fakta menyakitkan itu. Tetapi, dia mencoba tegar dengan semua yang terjadi.“Apakah kamu tidak dengar? Saya sudah mengatakan jika Mas Ryan sedang tidur, dia tidak bisa diganggu,” tegas Amanda yang sontak memantik amarah pada wanita di seberang sana.[“Cih! K
Pagi-paginya, Amanda dibuat tak tenang dengan ancaman Ryan kemarin siang, bahwa Ryan akan membuat dirinya terkejut ketika bertemu dengan wanita simpanan Ryan. Di sisi lain, Amanda juga penasaran apa yang akan dilakukan Ryan kepadanya. Dia juga ingin tahu siapa wanita yang dicintai sekaligus wanita yang menjadi simpanan Ryan itu. Amanda yakin sekali jika wanita simpanan Ryan itu begitu cantik, bahkan sampai Ryan saja memuja wanitanya, berbeda sekali dengan dia yang lekuk tubuh saja tak punya, karena tertutup lemak tubuh. Terkadang, Amanda berpikir bahwa salah satu yang membuat Ryan tak menyukainya karena dia sama sekali tak seperti wanita impiannya, yang memiliki wajah cantik rupawan dan berkulit mulus kuning langsat. Amanda jauh dari kata impian wanita Ryan, kadang dia ingin merubah fisiknya sampai dia berhasil membuat Ryan jatuh cinta kepadanya.Amanda mengenakan coat hitamnya, lantas dia melangangkahkan kakinya menuju keluar kediamannya. Wanita itu sudah siap ke kantor
Suara yang tampak dikenal oleh Ryan itu pun sontak membuat Ryan tersadar, dia bahkan sampai membuka manik legamnya. Dia masih berpagutan dengan Anasthasa, di sela-sela pagutannya itu senyumanya terkembang dan menatap Anasthasapenuh gelagat mesra. Lantas, laki-laki itu menyudahi lumatannya. "Ah..." Laki-laki itu mengembuskan napasnya perlahan, begitu juga dengan Anasthasa. Tetapi Anasthasamasih berada di pangkuan Ryan, dia juga masih belum menunjukan wajahnya. Wanita itu juga masih memeluk Ryan dengan mesra. "Kamu sudah datang rupanya? Bagaimana pertunjukannya? Apakah kurang? Apakah aku perlu melumat bibir wanita ini lagi?" tanya Ryan dengan tanpa memperhitungkan bagaimana istrinya sendiri itu. "Kamu tega sekali denganku, Mas. Kamu tega melumat bibir wanita itu yang sama sekali tidak memiliki hubungan denganmu. Tetapi aku istrimu, Mas. Aku istrimu. Dan kamu malah mempertontonkan hal menjijikan itu di hadapanku?" tanya Amanda dengan kesal, bahkan wanita i
"Lepaskan saja Ryan kepadaku, Amanda! Percuma kamu meminta Ryan untuk mencintaimu, karena Ryan tidak akan pernah jatuh cinta kepadamu," tegas Anasthasya dengan penuh perintah.Amanda masih tak bergeming, dia masih terpukul dengan segala kenyataan pahit yang diterimanya. Dia tak mungkin melepaskan Ryan tetapi dia juga sulit baginya untuk memiliki Ryan sepenuhnya.“Jika kamu memintaku untuk melepaskan Mas Ryan, aku tetap tidak akan melepaskannya, karena dia adalah suamiku. Tetapi saku sadar diri karena Ryan mencintaiku. Maka dari itu, aku ingin membuat kesepakatan denganmu,” ujar Amanda dengan berani menyuarakan ide gilanya.“Apa maksudmu kesepakatan?” tanya Anasthasya penasaran. Bagaimanapun juga, wanita itu penasaran dengan penawaran yang dibuat Amanda, tetapi dia juga kesal karena Amanda sama sekali tidak mau melepaskan Ryan yang jelas-jelas tidak mencintai Amanda.“Aku akan berbagi suamik