Setelah mereka selesai menikmati sarapan. Andre mengajak Mosa untuk duduk di ruang keluarga. Hari ini memang dimanfaatkan oleh Andre untuk quality time bersama istrinya. Tetapi Mosa terlebih dahulu ke kamar mandi. Mosa tiba-tiba merasa tidak enak badan."Dre, kenapa aku tiba-tiba pusing, ya? Kamu merasa pusing tidak setelah makan?" tanya Mosa."Tidak. Aku tidak apa-apa. Kamu pusing? Kita periksa ke dokter, yuk!" ajak Andre."Ini cuma pusing kok. Nggak sampai yang gimana-gimana. Aduh, aku mau menikmati waktu sama kamu malah aku pusing,'' keluh Mosa."Jangan seperti itu, Mosa! Kit tidak ingin juga merasa sakit. Karena sakit dan sehat itu ada yang memberi. Jadi syukuri saja! Tapi bagaimana kalau periksa saja. Kan kamu juga belum kontrol setelah pulang dari rumah sakit. Mungkin ada hubungannya dengan itu," saran Andre."Ya sudah, ayo kalau begitu! Aku siap-siap dulu," sahut Mosa.Setelah Luki tiba menjemput, Mosa dan Andre pun segera masuk ke dalam mobil. Akhir pekan yang cukup ramai. Ka
"Ini vitaminnya, Bu. Diminum satu kali sehari saja, ya! Untuk pusing itu pengaruh dari bawaan bayi. Jadi tidak masalah. Bisa jadi nanti ibu nanti akan mual atau tidak enak makan. Tetapi jika itu terjadi ibu harus selalu makan sesuatu agar tetap ada nutrisi untuk si kecil. Kan kasihan nanti kalau ibu nggak makan nanti si kecil makan apa,'' pesan Dokter."Baik, Dok. Terima kasih banyak atas sarannya. Dan terima kasih telah memberikan kabar baik ini kepada kami," sahut Andre."Iya, kalau pusing ibu bisa istirahat saja di rumah, tetapi jangan lupa untuk makan ya, Bu. Bapak juga harus perhatian kepada istrinya!" balas dokter."Baik, Dok. Terima kasih banyak, ya. Kami permisi dulu," pamit Andre lalu menggandeng Mosa yang masih terdiam seribu kata.Andre menggandeng Mosa menuju ke lobi untuk dijemput Luki. "Mosa, ada janin di dalam perutmu. Yang selama ini kita nanti kehadirannya. Aku harap kamu bisa menjaga dengan baik ya!" pinta Andre."Iya, Dre. Aku juga sangat bersyukur dengan kabar in
Roni menganggukkan kepala nya, tanda setuju dengan perkataan Tina. "Ya sudah kalau begitu. Tapi bagaimana kalau kamu hamil?" "Itu tidak mungkin. Aku sudah memakai pengaman. Aku meminum obat setelah kita berhubungan kemarin. Aku tidak akan meminta pertanggungjawaban dari kamu juga," jawab Tina."Baiklah kalau begitu. Jadi kita bisa memulai lagi kapan?" tanya Roni."Sekarang. Nggak usah buang-buang waktu lagi!" jawab Tina. Mereka pun bergumul layaknya suami istri. Hubungan terlarang itu dilakukan Roni dengan mantap setelah mendengar perkataan Tina. Roni yang sebenarnya tahu kalau perbuatan itu tidak baik tetap saja dilakukan karena kalah dengan nafsunya.Sudah berapa kali dalam semalam mereka melakukan hubungan itu di vila. Seperti singa yang haus akan daging segar, mereka saling menikmati hubungan terlarang itu. Bahkan mereka hanya berhenti ketika makan saja dan merasa lelah. Setelah tidak lagi lelah mereka memulai permainan kembali hingga entah sampai berapa kali melakukan itu. Min
Andre membuat jus alpukat dengan sangat rapi. Sebagai pimpinan ke dua tertinggi di kantornya, Andre tidak merasa gengsi membuatkan istrinya jus alpukat. Justru hatinya senang karena bisa punya waktu untuk istrinya dan berguna saat bersama istrinya.Selama di kantor Andre selalu dihormati dan disegani sebagai seorang wakil direktur. Cara memimpin yang baik dan tidak diktator membuat karyawan simpati kepadanya. Meskipun beberapa yang merasa lebih senior seringkali meremehkannya. Tetapi Andre tidak ambil pusing. Justru mengambil pelajaran kalau orang yang seperti itu hanya perlu pendekatan yang berbeda.Sebagai seorang pemimpin, Andre sudah bisa leluasa untuk membentuk suatu kerajaan yang makmur. Meskipun hanya tertinggi kedua tetapi nyatanya di kantor Andre seperti pemimpin utama. Karena direktur utama nya selalu menurut kata Andre.Tetapi Andre tidak tamak dan sombong. Justru semakin merendah dan tidak menunjukkan kemampuannya yang sangat luar biasa. Andre juga mencuci blender yang ia
Di rumah Roni pukul tujuh pagi.Roni baru pulang dari liburannya bersama Tina. Sarni yang sedang menunggu Roni duduk di depan rumah Roni."Dari mana saja kamu, Ron? Dua hari tidak pulang?" tanya Sarni."Liburan, Bu. Aku lelah, aku mau tidur," keluh Roni."Ibu belum selesai bicara, Ron. Kamu dari mana saja? Bapakmu marah-marah tahu kamu tidak pulang. Ibu yang kena marah. Coba kamu jelaskan kemana kamu dua hari ini?" paksa Sarni."Aku menemani kekasihku, Bu," jawab Roni lalu merogoh uang di satunya. "Ini untuk ibu.""Banyak sekali kamu? Jadi kamu dapat uang dari perempuan itu?" tanya Sarni suaranya merendah."Iya, dia beri aku yang banyak karena sudah menemaninya beberapa hari ini. Aku mau tidur dulu, masih capek. Nanti siang mau ketemu dia lagi," jawab Roni lalu meninggalkan Sarni sendiri di depan rumahnya. Sarni merasa senang karena uang dari Roni cukup banyak. Sarni merasa beruntung memiliki anak yang bisa diandalkan.Siang harinya seperti biasa, Roni menemani Tina untuk makan siang
"Ibu selalu mengungkit masalah itu. Bukankah itu sudah menjadi kewajiban seorang ibu yang memenuhi kebutuhan anaknya sesuai kebutuhan. Sekarang Ibu juga tahu kalau aku tidak bekerja tetap. Bahkan aku juga harus mencari uang sendiri dengan cara yang berbeda. Tetapi Ibu malah mengatakan hal yang seperti itu," balas Roni."Ya iyalah. Kamu itu anak Ibu, sudah seharusnya kamu balas budi sama Ibumu. Melahirkan kamu itu, Ibu antara hidup dan mati. Untung saja Ibu hidup, kalau mati kamu mau diasuh sama siapa? Jangan pelit kamu jadi anak, Ron!" maki Sarni.Roni makin tidak habis pikir dengan ibunya. Uang yang diberikan kepada Ibunya kemarin hampir semua yang diberikan oleh Tina. Tetapi masih kurang saja. Sisa uang itu digunakan Roni untuk pegangan saat mengantar Tina besok. Meskipun mungkin besok ada kemungkinan Tina akan memberikan uang, tetapi tetap saja Roni harus punya pegangan uang. Minimal untuk membeli bensin sebelum berangkat. "Terserah ibu saja! Uang yang aku dapat hampir semua aku b
Roni bergeming. Ia memikirkan bagaimana mungkin akan meninggalkan Tina."Tidak mungkin, Pak. Aku sudah terlanjur menyukainya,'' jawabnya. "Jangan keras kepala kamu, Ron! Sadar kamu kalau kamu saat ini sedang gila. Bapak tidak mau dengar lagi kalau kamu masih berhubungan dengan wanita itu. Titik. Atau kamu akan menyesal jika tidak mendengar perkataan Bapak," tutur Karno tegas, lalu meninggalkan Roni sendiri di rumahnya.Roni kemudian kembali merebahkan dirinya di atas ranjang. Mencerna kembali perkataan Bapaknya. Ada benarnya. Tetapi untuk meninggalkan Tina sepertinya tidak mungkin sudah cukup jauh hubungannya dengan Tina. Apalagi Tina juga selalu memberinya uang dengan sangat banyak. Selain itu juga memberikan kepuasan yang belum pernah ia dapatkan dari wanita lain.Roni menghela nafas kasar. Apa yang akan dilakukan besok. Apakah harus di rumah atau tetap menepati janjinya kepada Tina.Esok harinya, sebelum Karno berangkat bekerja, terlebih dahulu menghampiri rumah Roni. Ia menyampai
"Maksud kalian apa, ya? Kenapa aku harus ikut ke kantor?" tanya Roni sembari tangannya diborgol oleh mereka. Terlihat Tina juga diperlukan sama tetapi sama sekali tidak melawan."Kamu menemani pengedar narkoba. Kamu juga ikut kami ke kantor, untuk diadili,'' jawab orang berbadan kekar.Roni tidak menyangka apa yang dilakukan adalah hal yang paling ditakutkan. Roni mengira jika Tina bukanlah wanita yang seperti itu. Dan bukan urusan pekerjaan ke sana melainkan untuk mengantarkan narkoba."Pak, saya tidak tahu apa-apa. Saya hanya mengantarkan saja. Saya tidak tahu sama sekali kalau dia pengedar narkoba," jawab Roni sembari mengoyak tubuhnya."Jelaskan saja di kantor! Sekarang masuk ke mobil kami!" perintah mereka.Roni hanya tertunduk pasrah. Bukannya mendapatkan kesenangan justru mendapatkan kesialan. Roni Dibawa dengan Tina dan juga beberapa orang lainnya yang menurut polisi yang menangkap Roni adalah pemakai. Karena pengedarnya adalah Tina.Roni menyesali perbuatannya, kenapa tidak