Roni terhenyak mendengar perkataan Laila yang cukup tajam."Laila, kamu sadar apa yang baru saja kamu bicarakan? Kamu sudah sangat kelewatan! Banyak di luar sana perempuan menginginkan laki-laki yang rajin ke masjid, tetapi kamu malah mengatai aku seperti itu.""Lalu apa, Mas? Aku saja tidak menyangka. Jika orang yang rajin ke masjid tidak bisa memperlakukan istrinya dengan baik. Aku tahu bakti seorang laki-laki itu pada ibunya. Tetapi tidak dengan cara kamu menuhankan ibumu, Mas! Aku memang jarang belajar agama, tetapi sedikit aku tahu itu. Surga suami itu ada pada ibunya. Tetapi kamu terlalu anak Mama. Kamu sebagai laki-laki harusnya bisa ambil keputusan sendiri tanpa melibatkan ibumu. Harusnya kamu sebagai laki-laki membicarakan apa yang ada di rumah tangga bersamaku tidak lantas kamu umbar ke ibumu! Kamu tidak akan pernah bisa hidup mandiri jika masih saja bersikap seperti itu, Mas!""Kamu sungguh keterlaluan Laila. Tetapi aku tidak mungkin mengizinkan kamu untuk keluar dari sini!
Laila tidak percaya jika Ronald mengirimkan pesan. Ia kemudian membalas pesan Ronald.[Iya, aku Laila. Kamu Ronald?] Send.Laila merasa menemukan seseorang yang cocok baginya. Meskipun hanya dikurung di rumah Roni. Setidaknya Laila punya teman untuk curhat.Laila dan Ronald kemudian saling membalas pesan.[Hai, Laila. Aku senang bisa berkenalan dengan kamu.][Aku juga senang berkenalan dengan kamu. Kamu seorang duda, ya?][Iya. Aku memang ditinggal mati istriku. Maka dari itu aku ingin mencari istri baru. Aku melihat foto kamu di aplikasi pencarian jodoh itu aku merasa kamu sungguh cantik sekali. Apa status kamu, Laila?][Aku sebenarnya masih berstatus suami orang. Hanya saja aku ingin menjadi janda. Karena suamiku sudah jahat kepadaku.][Aduh!tega sekali suami kamu Laila. Harusnya perempuan harus bisa diperlukan dengan baik. Apalagi kamu sangat cantik. Memangnya suami kamu sudah berbuat apa kepada kamu?][Dia sudah tidak peduli denganku. Dia hanya anak Mama. Yang selalu menempel pad
Mosa sedang memainkan ponsel di kamarnya. Rasa lelah setelah membuat kue ia rasakan. Beberapa aplikasi ia buka tutup karena bingung apalagi yang harus dibuka.Tiba-tiba terdengar ketukan pintu. Mosa belum sempat ganti baju. Masih ia kenakan baju tadi siang saat membuat kue. Ada beberapa tepung yang menempel di baju dan juga kerudungnya. Biasanya ada tetangga yang mengirimkan makanan untuk ibunya.Segera Mosa bangkit dan menuju pintu tanpa mengintip siapa yang datang.Setelah membuka pintu ia begitu terkejut dengan orang yang dibalik pintu."Andre!" Mosa berseru.Mosa segera menutup kembali pintu yang baru saja ia buka."Maaf, Mosa. Aku ingin berkunjung. Bolehkah?" tanya Andre dari balik pintu.Mosa begitu malu, ia terlihat begitu lusuh untuk menemui Andre. Apalagi saat ini ia hanya sendiri. Andre juga nampak sendiri tidak bersama ayahnya yaitu kepala sekolah di tempat Mosa mengajar."Maaf, aku nggak bisa."Mosa tegas mengatakan. Ia tidak ingin bertemu dengan Andre. Apalagi penampilann
Di rumah Andre."Dre, kamu dari mana?" tanya Ayah Andre."Dari rumah Mosa, yah," sahut Andre.Ayah Andre membulatkan matanya. "Serius? Terus?" "Iya. Baik Mosa maupun Ibunya menolak aku. Tetapi yang aku merasa kesulitan adalah ibunya Mosa, Yah. Ibunya seperti melarang aku untuk menemui Mosa. Menurut Ibunya, Mosa tidak mau dekat lagi dengan siapa pun. Aku juga diminta Ibunya Mosa untuk mencari gadis saja," jawab Andre."Itulah yang Ayah katakan sama kamu. Mosa itu tidak semudah yang kamu bayangkan Andre. Dia itu terlalu spesial jadi perempuan. Tetapi yang Ayah heran teman kamu itu yang menjadi suami Mosa kenapa begitu bodohnya melepaskan Mosa. Apalagi dia juga menyia-nyiakan Mosa.""Yah, aku juga nggak tahu, Yah. Karena waktu itu juga Roni tidak pernah cerita apa-apa ke aku. Tahunya saat pernikahan saja. Tetapi yang aku paham adalah Mosa terlalu baik untuk Roni. Roni itu, ah tidak perlu diceritakan Yah. Kasihan Mosa. Tetapi justru dengan itu memperlihatkan mana yang berlian dan mana ya
Di rumah Roni.Laila sedang menikmati kehamilan tanpa diketahui oleh Roni. Ia yang seperti dikurung di rumah tidak pernah merasa kesepian karena sudah ada yang menemaninya, yaitu Ronald. Setiap hari bahkan setiap saat Laila dan Ronald saling memberikan perhatian satu sama lain. Laila juga kerap dikirimi uang oleh Ronald karena uang yang diterima dari Roni dirasa tidak cukup.Hari ini Roni sedang libur. Ia memilih untuk berdiam di rumah. Roni melihat Laila yang memesan makanan cukup banyak tetapi tak ada satupun yang untuk dirinya. Kemudian Roni mulai bertanya pada Laila yang sedang sibuk dengan ponselnya. "Laila, kamu beli makanan banyak sekali! Harusnya kamu harus bisa berhemat!" tutur Roni."Hey, Mas. Kamu kasih uang aku sedikit begitu memangnya cukup buat aku makan, hah? Aku ini juga makan nggak untuk sendiri," sahut Laila, ia keceplosan."Maksud kamu? Kamu makan sendiri saja kan tanpa aku juga ikut makan?" balas Laila.Laila yang tidak tahan lagi menahan bahwa dirinya hamil akh
Ya karena surgaku ada di bawah kaki ibuku. Kamu tentu tahu itu, kan? Memang apa salahnya jika aku memprioritaskan ibuku?" balas Roni."Oh iya. Aku lupa, Mas. Surga mu ada di kaki ibumu. Tetapi asal kamu ingat ya. Kalau anak ini nantinya jika laki-laki surganya ada di kakiku. Aku nggak izinkan kamu untuk menyentuhnya!""Maksud kamu, Laila? Anak ini adalah anakku juga. Aku berhak atas dia.""Itu kan menurut kamu, Mas. Aku bebas untuk menuntun anakku mau dibawa kemana. Sama seperti ibuku memperlakukanmu. Bisa menyuruh-nyuruh kamu kapanpun dan bagaimanapun. Aku heran kok ada laki-laki yang seperti kamu. Anak "Mama"," cibir Laila."Berhenti kamu mengataiku, Laila! Aku sudah mencoba untuk memberikan perhatian pada kamu tetapi kamu masih saja bersikap tidak baik sama aku.""Kamu bilang perhatian? Cuih, Mas! Kamu itu sekali anak Mama juga tetap anak Mama. Nggak akan pernah berubah kamu. Umur sudah sangat matang ternyata tidak menjamin bahwa akan dewasa pemikirannya.""Hentikan! Kamu kenapa t
"Dia tidak menunjukkan sesuatu yang mencurigakan, Bu. Dia selalu di rumah kan nggak pernah keluar?" balas Roni."Ya memang dia selalu di rumah tapi kan kamu nggak tahu apa yang ada di ponselnya Laila. Bisa saja dia berselingkuh dari ponselnya. Kamu itu jangan bodoh banget, Ron!" Roni kembali terdiam. Ia takut apa yang dikatakan ibunya memang benar."Nanti aku coba lihat ponsel Laila jika tidak sedang dibawanya.""Kalau memang ketahuan selingkuh biarkan saja dia pergi! Ngapain kamu menampung perempuan murahan," cibir Sarni."Tapi, Bu. Sebenarnya aku masih sayang sama dia. Hanya saja sikapnya yang berubah beberapa hari ini. Dia menyebutkan kalau aku anak Mama terus. Itu yang membuat aku sedikit terganggu," balas Roni."Dasar perempuan gila. Dia berani mengatai mu seperti itu, Ron? Ya baguslah ada orangtua yang masih perhatian sama anaknya. Kalau dibiarkan begitu saja pasti anak atau menantu merasa bingung. Istrimu itu benar-benar nggak tahu diuntung. Sudah mau kamu membawanya kemari ma
"Kurang ajar kamu!" hardik Sarni. Ia meraih rambut Laila kemudian menariknya dengan paksa. "Aduh, sakit!" keluh Laila. Ia mencoba menyibakkan tangan mertuanya yang begitu keras menarik rambutnya.Roni mencoba melerai Ibunya tetapi cukup kesulitan karena Sarni begitu kuat menariknya.Refleks Laila mendorong Sarni, hingga Sarni terjatuh.Brak!Sarni terjatuh tepat di depan pintu hingga pintu itu mengeluarkan suara cukup keras. Laila merasa lega karena sakit di kepalanya telah usai.Roni mencoba menolong Sarni yang terjatuh kemudian memapah untuk duduk di kursi."Roni, usir dia dari sini! Dia sudah membuat Ibu celaka," perintah Sarni."Anda itu yang membuat gara-gara. Saya kesakitan karena ditarik rambut. Tetapi Anda tak juga melepaskannya," sahut Laila sembari memegangi kepalanya yang masih merasakan nyeri."Tidak bisa, Bu. Dia hamil anakku. Aku harus menjaga anakku," tolak Roni."Kamu ini dengar Ibu atau tidak? Dia sudah mencelakai ibumu yang telah melahirkan kamu bertaruh nyawa. Teta