Satu minggu kemudian Mosa sudah mendapatkan pengganti di sekolah. Ia bertanggung jawab sebelum benar-benar meninggalkan sekolah. Mengarahkan guru baru untuk menggantikannya. Para siswanya sebenarnya tidak rela jika Mosa digantikan guru lain. Meskipun sebenarnya Mosa juga sedih harus berpisah dengan anak didiknya. Tetapi di dunia ini adalah pilihan. Dimana harus memilih untuk mendampingi Andre melanjutkan pendidikan di luar negeri. Kiprah Mosa di dunia pendidikan pun harus berakhir satu minggu lagi. Beberapa siswa juga menangis memeluk Mosa saat mengetahui Mosa akan digantikan dengan guru baru.Guru baru itu pun merasa iri karena begitu disayangi oleh siswanya. Ia berkeinginan untuk bisa menjadi guru yang bisa disayangi dan ditangisi kepergiannya seperti Mosa.Tetapi Mosa tidak mau berlarut sedih. Meskipun ia tidak resign, para siswanya juga akan meninggalkan dirinya ketika lulus nanti. Ini hanya masalah waktu. Dan siapa yang mengajar itu bukanlah sesuatu yang krusial. Sehingga para
"Nanti saja, kalau Mosa akan berangkat saya akan undang Ibu dan Bapak guru semua ke rumah untuk mendoakan keselamatan mereka. Tetapi kalau itu tidak merepotkan Bapak dan Ibu guru semua," tutur kepala sekolah."Kalau saya, kalau itu baik kenapa tidak. Apalagi mendoakan teman sejawat kita itu tidaklah merepotkan. Jadi saya setuju saja," sahut guru laki-laki. "Kalau, Bapak soal makan tidak pernah absen, kan? Hahahaha." Raisa terkekeh. Diikuti semua guru yang ada di sana.Di rumah Hendra.Menjelang keberangkatan Andre dan Mosa yang semakin dekat, semakin membuat dirinya tidak tenang. Apalagi kabar itu terdengar sampai ke telinga Papanya.Papanya malah bangga karena keponakannya akan berangkat ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikan. Seperti yang diungkapkan oleh Hendra, Papanya semakin yakin kalau harta warisan itu memang patut diserahkan kepada Andre karena kecerdasan yang dimiliki oleh Andre.Hal itu yang membuat Hendra semakin membenci Andre. Hendra kembali memanggil Roni untuk me
Di rumah Mosa. Sehari sebelum keberangkatan ke Belanda."Mosa, semua yang akan dibawa apa sudah dipersiapkan semuanya? Ingat! Jangan ada yang tertinggal!" tanya Mina."Sudah, Bu. Udah masuk semua yang aku list bersama Andre. Mungkin ada sedikit printilan yang mungkin aku bawa," jawab Mosa."Untuk berkas pentingnya apa semua sudah dimasukkan tas?'' tanya Mina kembali."Kalau berkas semua sudah kok. Sudah masuk di tas Andre, Andre juga sudah memastikan itu. Nanti aku minta untuk mengeceknya lagi," tutur Mosa."Iya, baguslah kalau begitu," sahut Mina.Mosa dan Andre sibuk menyiapkan segala sesuatu untuk keberangkatan mereka besok. Barang bawaan mereka tidak terlalu banyak. Hanya beberapa baju dan keperluan yang sekiranya perlu untuk dibawa. Karena yang paling penting adalah berkas untuk keberangkatan. "Mosa, untuk baju hangat yang lebih tebal kita beli di sana saja, ya! Agar tidak terlalu berat barang bawaan kita. Sementara cukup jaket dan sweater saja yang kita gunakan sepertinya sudah
Tepat pukul tujuh pagi seorang berbadan kekar mendatangi rumah Roni. Ia menggedor dengan sangat kuat hingga terdengar sampai di telinga Sarni yang berada di rumahnya. "Hei, kamu siapa? Beraninya kamu bertemu ke rumah anak saya tidak sopan seperti ini?" tanya Sarni dengan suara yang keras."Roni mana?" tanya anak buah Hendra."Mungkin dia masih tidur,'' jawab Sarni."Tolong bangunkan dia! Karena dia harus pergi sekarang," perintah anak buah Hendra."Memangnya kamu siapa kok menyuruh-nyuruh anak saya?" tanya Sarni.''Anak Ibu sudah mendapatkan uang kemarin, kan? Dia harus bekerja sekarang!" jawab anak buah Hendra.Sarni pun tercengang dengan jawaban laki-laki kekar yang ada di hadapannya. "Kamu orang yang bekerja dengan anak saya? Memang pekerjaan dia apa sebenarnya?'' tanya Sarni penasaran. "Tidak perlu ada penjelasan. Yang penting sekarang tolong bangunkan Roni atau saya dobrak pintu ini," titah anak buah Hendra."Baik-baik. Saya akan melalui pintu belakang," sahut Sarni dengan ket
Mobil yang terlibat dalam kecelakaan adalah dua buah. Mobil pertama yaitu mobil yang membawa Andre.Setelah berhasil mengevakuasi semua korban. Semuanya dibawa ke rumah sakit. Ternyata Andre hanya luka sedikit. Sedangkan ayahnya, Ibu mertuanya dan istrinya tidak sadarkan diri dan berlumuran darah. Andre masih sadar saat dibawa ke rumah sakit.Andre hanya menangis melihat semua orang yang disayanginya sedang terluka parah. Perasaan syok dan segala ketakutan akan kehilangan orang-orang yang disayanginya sedang menghantui dirinya.Sesampainya di rumah sakit, Andre berjalan pelan mengantarkan orang-orang yang dikasihinya dimasukkan ke dalam ruang Unit Gawat Darurat. Tak ada air mata lagi gang keluar, hanya panjatan doa agar mereka semua bisa selamat.Andre langsung ditangani oleh seorang perawat yang mengetahui dirinya juga ada luka di bagian kepalanya. "Pak, saya obati dulu, ya, lukanya," izin perawat perempuan. Andre hanya mengangguk, rasanya berat untuk mengatakan sesuatu. "Sudah se
Andre baru teringat dengan ucapan dokter yang mengatakan sedang mencoba menyelamatkan seorang yang juga terluka parah. Ia kemudian menutup wajah ayahnya kembali. Lalu menoleh ke arah perawat."Sus, istri saya bagaimana?'' tanya Andre.Suster sebenarnya juga bingung siapa yang dimaksud dengan istri. Karena semua masih dalam proses penanganan. Tiba-tiba dokter meminta kepada kepala ruang operasi untuk melakukan tindakan operasi kepada seorang pasien."Sus, siapa yang akan dioperasi?'' tanya Andre kembali."Pasien yang tadi datang bersama Bapak," jawab perawat.Andre mendekati dokter tadi, ia mencoba melihat siapa yang akan dioperasi. Andre terbelalak ternyata seseorang itu adalah istrinya."Dok, istri saya mau dioperasi?" tanya Andre. "Iya. Bapak suaminya?" balas dokter. Andre mengangguk. "Baik, kami harus segera melakukan tindakan operasi. Bapak hanya perlu menandatangani surat yang akan diberikan kepada Bapak sebentar lagi. Kondisi istri Bapak sangat lemah, kami hanya berusaha untu
Andre menyusuri lorong rumah sakit menuju ke ruang operasi dengan langkah yang masih cukup sakit. Tetapi sakit di kakinya masih lebih sakit di hatinya. Hari dimana seharusnya melepas kepergian dirinya untuk menempuh pendidikan malah ia yang kehilangan ayahnya. Sesak rasanya hati Andre, lebih sesak dari kehilangan ibunya dulu. Ibu Andre dulu meninggal karena sakit. Dan akhirnya harus meninggal. Tetapi ayahnya meninggal secara tragis itu yang membuat hatinya sangat sakit.Berbicara tentang kematian, memang tidak bisa memilih kapan, dimana dan bagaimana manusia akan meninggal. Sebagai manusia hanya menjalankan apa yang seharusnya dilakukan. Hal itu juga yang pernah dibicarakan bersama Mosa.Tetapi memang berat menerima kenyataan itu. Berbicara sangatlah mudah, tetapi dalam praktiknya begitu susah.Sesampainya di depan ruang operasi, Andre melihat lampu masih menyala tanda operasi masih berlangsung. Ia kemudian duduk di kursi panjang yang ada di depannya.Berdoa agar Mosa bisa selamat d
Keesokan harinya, Roni masih berdiam di dalam rumahnya. Tidak melakukan sesuatu apapun. Sarni bahkan curiga kenapa dengan Roni sampai mengurung diri di dalam rumahnya. Sedangkan biasanya sudah berangkat ke masjid di waktu subuh. Setelah keluar dari penjara Roni menjadi pribadi yang berbeda. Yang biasanya selalu bercerita kepada Sarni saat ini Roni lebih banyak diam.Sarni kemudian menghampiri rumah Roni untuk membangunkan Roni. "Ron, Ron. Kamu lagi ngapain? Dari kemarin nggak keluar dari kamar?" teriak Sarni dari luar rumah Roni.Tak ada jawaban dari dalam. Rumah Roni masih sepi. Sarni kemudian mencoba membuka pintu belakang yang biasanya tidak dikunci. Benar, tidak dikunci. Sarni menuju ke kamar. Ia melihat Roni masih tertidur pulas.Sarni kemudian menyibakkan selimut Roni."Ron, bangun kamu! Dari kemarin tidur terus? Mau jadi apa kamu?" teriak Sarni memukul tangan Roni.Roni perlahan membuka matanya. "Ibu, ngapain di sini?" tanyanya. "Kamu itu yang kenapa? Seperti orang aneh saja