*Happy Reading*"SHE SAY YESS!!" seru Raid heboh sedetik setelah Nissa menganggukkan kepala. Tanda menerima lamaran mendadak namun sukses bikin baper ala Raid.Abang!" teriak Nissa panik.Saking senangnya, Raid memang refleks berdiri cepat dan hampir meloncat seperti anak kecil dapat mainan baru. Tentu saja hal itu membuat perahu yang mereka tumpangi oleng dan hampir terjungkal.Beruntung perahu tidak sampai benar-benar terjungkal, karena Raid cepat menguasai kondisi dan membuat parahu mereka kembali stabil. Bayangkan kalau perahu beneran terjungkal. Acara lamaran romantis bakal berakhir masuk angin, pasti.Ugh ... ya ampun. Hampir saja!"Ya ampun, Bang. Senang sih senang, tapi nggak pake acara ngajak nyungsep bareng juga, kali," omel Nissa kemudian. Hilang sudah euforia yang sempat dirasakan tadi akibat lamaran romantis tadi. Berganti dengan rasa kesal, setelah panik beberapa saat lalu. "Maaf, sayang. Abang terlalu bahagia tadi." Raid meringis bersalah di tempatnya. Sementara Nissa
*Happy Reading*Hari yang di nantikan semakin dekat. Tinggal menghitung hari saja. Raid mulai tidak sabaran menantikan hari itu. Apalagi, sejak pulang dari London dia juga disibukan beberapa pekerjaan yang membuatnya tak punya waktu menemui sang pujaan hati. Raid jadi galau. Uring-uringan karena harus menahan rindu yang mulai menyesakan dada."Ayolah, Raid. Kau hanya harus menunggu 3 hari lagi. Bersabarlah." Frans yang memang menemani masa pingitan Raid pun mulai gemas melihat tingkah lebay Raid. "Kau tak akan tahu rasanya menahan rindu pada yang terkasih Frans. Jangankan 3 hari. Sedetik saja rasanya seperti seabad. Sungguh menyakitkan."Lebay! Frans memutar matanya jengah. Makin ke sini Raid memang makin ke sana. Menjengkelkan dan rasanya menggoda sekali untuk dicekik lehernya. "Tidak usah berlebihan. Kau tidak akan mati hanya karena menahan rindu tiga hari lagi.""Tapi aku kangeennn."Astaga! Rasanya Frans mulai hilang ke sabaran. Raid mode bucin begini benar-benar menguji iman. K
*Happy Reading*"Dasar bocah tua nakal. Susah banget dibilanginnya. Udah di kasih tahu jangan ketemu dulu, masih aja ngeyel. Ugh, lama-lama kulempar juga dia sama pisau bedahku. Biar ilang itu ginjal sekalian." Karina masih mengomel panjang kali lebar selepas menutup video call dari Raid. Meski tadi sudah mengomeli Raid sepanjang jalan kenangan mantan terindah. Ternyata hal itu belum membuat Karina puas. Tak tanggung-tanggung, saking kesalnya, dia sampai memblokir nomor Raid dari ponsel. Entah dia lupa atau bagaimana jika yang sedang ia pegang adalah ponselnya Nissa."Biar tahu rasa!" desisnya kesal. "Kamu juga kasih tahu sama lainnya. Kalau Raid telepon minta di sambungkan ke Nissa. Blokir aja nomornya!" lanjutnya kemudian. Kali ini mengarah pada Eca yang menatapnya takjub. Sejak kenal beberapa hari dengan Dokter yang kadang somplak itu, Eca memang mulai mengaguminya. Karena meski seringnya koplak dan absurd. Di mata Eca, pembawaan Karina itu hangat. Seperti seorang ibu. Jadi Eca k
*Happy Reading*"Tidur, Nis. Besok harus nikah juga. Jangan sampai tuh kantung mata ngalahin panda besok, ya."Nissa langsung menolehkan kepala, kala mendengar suara yang menegurnya ketika ia masih menikmati langit berbintang malam itu dari atas balkon. "Eh, elo, Nai." Ternyata yang menegur tadi adalah Naira. "Gue ganggu tidur lo, ya? Maaf, ya?"Malam itu Nissa memang tidur bersama Naira di kamar gadis itu. Acara ijab kabul esok hari memang akan dilaksanakan di Masjid yang ada di dekat rumah Naira. Karena itulah, dari tadi pagi Nissa sudah mengungsi ke rumah ini bersama Eca, Kiki dan Mora. Tiga gadis yang memang menjadi bodyguardnya sampai hari H."Enggak, kok. Gue emang kebangun aja gegara aus. Eh, pas liat balkon ada lo," terang Naira, menghampiri Nissa dan ikut berdiri di balkon. "Elo kenapa belum tidur? Besok padahal harus bangun pagi, kan? Nanti di marahin mbak Eva lo kalau kantung mata lo item."Nissa mengulas senyum manis. Lalu mengalihkan atensi pada langit malam yang memang
*Happy Reading*Sejak jam tiga pagi, kediaman Naira sudah terlihat sibuk dengan berbagai aktifitas. Apalagi, tentu saja semua demi mempersiapkan acara ijab qabul pernikahan Nissa dan Raid, yang akan dilaksanakan di Masjid dekat rumah Naira. Meski acaranya sendiri mulai jam sembilan pagi. Tetapi tahu kan kalau persiapan mempelai wanita lebih lama dan lebih ribet. Pokoknya butuh berjam-jam hanya persiapannya. Selain pengantin, para brides maid harus di persiapkan. Hal itu membuat Eva yang memang ditunjuk sebagai MUA Nissa hari ini sudah ribet pagi-pagi sekali."Sumpah, deh. Sampe sekarang gue tuh masih penasaran. Si Raid yang spek lucifer itu punya amalan apa, sih, sampe bisa dapetin cewek spek bidadari kayak si Nissa?"Di antara orang-orang yang sibuk, ada Karina yang ikut nimbrung sambil ngemil makaroni pedas hasil jajan kemarin sore. Karina dan jajanan memang sulit di pisahkan. "Kenapa emang? Gue rasa mereka cocok, kok." Eva menimpali di sela kegiatannya melukis di atas wajah Niss
*Happy Reading*5000 gram emas. Di antara semua mahar yang Raid berikan. Hanya satu hal itu yang menyita perhatiannya. Bukan apa-apa, pasalnya Nissa jadi teringat obrolan mereka waktu itu, kala baru saja pulang dari cafe danau. "Kamu mau apa nanti untuk maharnya, Sayang?" Raid bertanya saat mereka masih dalam perjalanan pulang."Apa aja terserah Abang.""Abang serius. Kamu kamu mau apa? Nanti biar Abang usahakan."Nissa tersenyum manis. "Nissa juga serius, kok. Terserah Abang aja mau kasih Nissa apa. Yang jelas, jangan sampai memberatkan Abang dan jangan juga merendahkan Nissa. Abang udah belajar agama, kan? Tentunya sedikit banyaknya sudah tahu tentang ketentuan sebuah mahar."Raid mengangguk faham. "Baiklah, aku mengerti," ucapnya kemudian. Lalu hening. Raid seolah tengah berpikir keras saat ini tentang mahar yang cocok untuk Nissa. "Atau gini aja deh, Bang. Gimana kalau cincin tadi aja yang dijadikan mahar? Cincinnya bagus loh itu. Harganya pasti lumayan." Nissa memberi usulan.
*Happy Reading*Dok! Dok! Para penjahat tadi menggedor pintu mobil kembali."Turun!" titahnya tegas.Frans mengulas senyum dibalik kemudi. Kemudian membuka patuh dan pintu mobil. Dia turun dengan kedua tangan terangkat sejajar dengan wajah, tanda menyerah. Meski begitu raut wajah Frans menunjukan sebaliknya. Penjahat tadi menarik tangan Frans dan membawanya ke belakang tubuh dan menguncinya di sana. Frans menuruti saja apa pun mau orang itu."Buka pintu bagian belakang!" Penjahat tadi kembali memberi perintah. "Sudah," sahut Frans santai. "Tunggu!" larang Frans saat orang satunya yang akan membuka pintu bagian belakang. "Hati-hati, dia sedikit galak," ucap Frans yang tentu saja tak dihiraukan orang itu. Malah di remehkan. Pria itu tetap membuka pintu dan ....Brak!Dor!Dor!Dor!Sedetik kemudian pintu dibuka kasar dari dalam dan bunyi tembakan langsung terdengar tiga kali. Pria tadi seketika jatuh tersungkur bertepatan dengan keluarnya seseorang yang memakai kebaya putih penganti
*Happy Reading*"Jadi dia masih belum menyerah, ya?""Akh!"Raid bertanya pada pria yang kini kepalanya sudah berada di bawah kakinya. Pria itu salah satu anak terbuang yang Raid didik dan masuk dalam kawanan Eca. Bahkan, Raid tempatkan untuk menjaga Nissa bersama Eca sebelum pindah ke rumah ini. Jika Eca, Raid tempatkan di dekat Nissa. Maka pria di bawah kakinya ini mengawasi dari jarak jauh. Intinya, orang ini salah satu kepercayaan Raid, tapi mulai mangkir.Ia adalah Zaki. Orang yang sama, yang memberi info tentang ditemukannya mata-mata di pesta pernikahan tadi. Raid mengerti rules yang dimainkan Zaki. Pria itu sengaja memberi info begitu demi menahan Raid dan membiarkan Nissa pergi lebih dulu tanpa pengawasannya. Sayangnya, Zaki tidak tahu jika rencananya sudah terbaca sejak lama. Bahkan, Raid sudah punya rencana sendiri mengacaukan hal itu. Raid saat ini berada di rumahnya. Rumah yang selama ini Nissa tempati. Bedanya rumah itu saat ini sudah banjir dengan genangan darah, juga