"Claire? Oh, aku sedang...menemani seorang teman," jawabnya spontan. "Kau sendiri sedang apa di sini?"Jack mengamati betapa cantiknya wanita itu meskipun kepalanya ditutupi dengan kain menjuntai dan hanya menampakkan wajahnya saja. "Menemani ayahku. Hanya kontrol biasa," jawab Claire dengan senyum mengembang.Tanpa sadar Jack juga ikut tersenyum. Mengagumi kecantikan wanita itu dari dekat membuatnya bahagia. Meskipun wanita ini sudah tidak lagi bisa digapai, setidaknya masih bisa ia lihat dari dekat.Claire benar-benar berbeda dengan Rose. Wanita ini lebih kalem dan ramah. Sikapnya juga elegan dan keibuan. Sekarang ia mengerti kenapa Arsen begitu posesif terhadap wanita ini. Diapun akan melakukan hal yang sama jika Claire adalah istrinya.Claire bagaikan magnet yang gampang sekali menarik perhatian dari lawan jenisnya."Kalau begitu aku menebus resep obat dari dokter dulu. Sepertinya kau sedang sibuk," ucap Claire, membuyarkan lamunannya.Jack langsung gelagapan karena tertangkap ba
Tidak ada yang tahu kapan hati bisa berubah. Hari ini kita sangat mencintai seseorang, keesokan harinya tiba-tiba kita mencintai yang lainnya.Yang membedakan adalah kemana takdir akan membawa cinta kita berlabuh pada akhirnya. Jika hati masih gampang berubah, patutkah cinta pada sesama manusia harus sebegitu besarnya?Jack merasa cintanya pada Rose dan Claire sangatlah besar, sampai-sampai ia merasa bahwa hidupnya merasa kacau jika tidak melihat perempuan itu. Ia merasa kehadiran wanita itu seperti vitamin penyemangat dalam hidupnya.Tapi saat ini, ketika ia melihat wajah perempuan di bawahnya yang menatapnya dengan gairah membara, perasaannya pada Rose dan Claire tiba-tiba tidak semenggebu-gebu dulu.Benarkah ini hanya karena pengaruh gairah yang membuat otaknya mendadak kosong? Bukankah laki-laki bisa bercinta dengan seorang wanita tanpa perlu menyertakan perasaan?"Lihat aku! Sebut namaku!" teriak wanita itu.Tapi ia merasa ada yang aneh dengan hatinya. Rasanya seperti ada tali ta
"Mama, jangan bercanda! Aku tahu aku terlambat dan ini adalah kesalahanku," kata Jack sambil memegang kedua bahu ibunya.Julia menggelengkan kepalanya. "Aku serius. Elena belum sampai juga sejak tadi. Nina bilang dia tidak bisa menemukan Elena di manapun. Dan sekarang Nina tidak bisa dihubungi.""Apa?"Sekarang pikiran Jack linglung. Berusaha mencerna apa yang sedang terjadi. Elena tidak ada dimanapun. Bukankah mereka baru bisa tidur menjelang subuh? Sekarang bahkan masih jam 8 pagi."Semua lokasi sudah dicari? Atau jangan-jangan dia masih berada di mansionku?" tanyanya bingung.Julia menatapnya dengan serius. Perasaannya menjadi tak enak, apalagi ibunya seolah-olah sedang menghakiminya."Apa kalian bertengkar?"Matanya membelalak. Dengan cepat ia menggeleng. "Tidak! Kami tidak bertengkar. Kemarin kami bahkan tid...maksudku, setelah makan malam bersama, kami kemudian tidur. Tidak ada masalah apa-apa. Memangnya kenapa?"Julia menatapnya tanpa berkedip. "Robert memergoki Elena keluar da
"Kau yakin tidak perlu ditemani?" tanya Evan setelah mereka sampai di mansion milik Jack.Jack menggeleng. Langkahnya sempoyongan."Kuantarkan ke rumah sakit," tawar Evan dengan wajah khawatir.Ia mengibaskan tangannya dan terus melangkah. "Bawa saja mobilku.""Tidak, aku akan pulang dengan taksi."Evan memaksa Jack menerima kunci mobilnya sendiri. Pria itu menatap sahabatnya dengan prihatin. "Kau akan mencari Elena setelah ini?"Jack berhenti dengan sebelah tangan bertumpu pada pintu mansion yang masih tertutup."Apakah aku masih pantas untuk mencarinya setelah apa yang kulakukan padanya?""Jack, kau tahu... Seorang wanita tidak akan patah hati dan pergi jika dia tidak mencintai dengan terlalu dalam."Jack tidak menyahut. Pikirannya sibuk mencerna apa maksud dari kalimat itu."Di saat seseorang begitu mencintai orang lain, dia akan melepaskan orang itu agar mencari kebahagiaannya sendiri. Dia tidak akan mengekangnya."Ia berbalik dan menatap pria berambut coklat itu dengan mata meny
Seminggu berlalu setelah batalnya pernikahan Jack, ia memfokuskan dirinya pada pekerjaan. Banyak kasus yang menyita perhatiannya. Ia menulikan telinganya dari omongan para anak buahnya mengenai penyebab kenapa pernikahannya batal.Mereka semua tahu ia sangat mencintai Claire. Banyak yang merasa kasihan pada Elena, tidak sedikit pula yang memuji tindakan wanita itu meninggalkannya."Wanita itu makhluk yang bisa mendeteksi kebohongan meskipun kita hanya diam saja. Ketika mereka kecewa tapi malah tersenyum, itu tanda bahaya, Bro. Mereka sudah siap untuk melepaskan kita. Mantan istriku pernah melakukannya dan rasanya mengerikan.""Kau masih mencintainya? Kudengar dia sudah menikah dengan pria lain.""Aku sangat menyesal, Bro. Seharusnya aku tidak menuruti nafsuku kala itu. Aku kehilangan cinta sejatiku hanya karena aku pernah sekali saja berpikir bahwa mantan kekasihku lebih baik darinya.""Sabar, Rex. Lebih baik fokus saja pada anakmu. Hidup terlalu singkat untuk menyesali kesalahan di m
Jack ingin sekali terus memaksa Evan untuk menjawab pertanyaannya, namun tiba-tiba ruang sidang ricuh.Mereka berbalik dan kaget ketika mendapati Thomas Woods sedang tidak sadarkan diri. Dua orang langsung menggotong tubuh pria itu menuju ke pintu keluar ruang sidang."Apa yang terjadi?" tanyanya pada salah seorang polisi yang ikut mengawal dua orang tadi."Dia tiba-tiba tidak sadarkan diri setelah memegang dadanya.""Apa kalian yakin itu bukan hanya triknya saja agar terbebas dari hukuman?" tanyanya curiga."Kita tunggu saja pemberitahuan dari dokter. Dia akan dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Terdakwa tadi mengeluh dadanya sakit."Polisi itu dengan cepat berlalu mengikuti dua orang yang membawa Thomas. Jack langsung mengikuti mereka."Kau yakin dia benar-benar sakit?" tanya Evan yang juga mengikuti.Mereka berjalan dengan cepat karena tidak ingin ketinggalan. Sidang untuk Thomas terpaksa ditunda dan langsung dilanjutkan dengan sidang untuk Daniel Rhode. Tapi Jack tidak peduli.
"Aku ingin kau mengingatku setiap malam."Jack terbangun dengan nafas terengah-engah. Ia melihat ke sekelilingnya dengan mata nanar."Elena?" Ia bangkit dari ranjang dan mencari keberadaan Elena di kamar mandi.Kosong. Bahkan lantai kamar mandi pun kering. Ia meremas rambutnya. Telinganya benar-benar mendengar suara Elena di dalam sana."Jack, sarapan sudah siap. Ayo makan dulu."Matanya membelalak dan jantungnya berdegup kencang. Tiba-tiba hatinya terasa penuh. Syukurlah itu semua hanyalah mimpi. Elena masih berada di mansion ini. Ia harus meminta maaf pada wanita itu.Dengan cepat ia keluar dari kamar dan berlari menuruni tangga. Hatinya berbunga-bunga karena sebentar lagi akan merasakan masakan Elena yang lezat."Elena?"Senyumnya luntur saat mendapati ruang makan kosong. Ah, mungkin Elena sedang berada di dapur. Ia melangkah menuju ke dapur karena mendengar suara alat-alat masak dan percakapan di sana. Senyumnya kembali mengembang ketika sampai di dapur dan melihat perempuan bera
[Tuan Jack mengamuk dan menghancurkan kamar yang dulu ditempati oleh Nona Rose. Dia menyalahkan Nyonya Julia karena selalu memaksanya untuk menerima perjodohan. Tuan Jack merasa tertekan. Saya pikir dia sudah berada di ambang batasnya setelah Nona Elena meninggalkannya, Tuan.]Informasi dari Robert membuat amarah yang selama ini selalu ditahan oleh Jacob Reeves akhirnya mencuat ke permukaan.Sejak dulu, ia hanya diam saja ketika Julia selalu mendikte Jack harus kuliah dimana dan berpasangan dengan siapa.Ia tahu anaknya sangat tidak suka dikekang apalagi diatur. Sama seperti dirinya dulu. Ia sengaja membiarkan Julia berbuat sesuka hatinya, sampai akhirnya sikap Jack berubah.Jack dulu adalah anak yang ceria dan supel. Selalu mengungkapkan perasaannya tanpa peduli dengan pendapat orang lain.Tapi semua berubah setelah Julia mengancam untuk mengirim Jack ke Argentina jika tidak mau menuruti keinginannya untuk kuliah di jurusan kedokteran. Jack yang begitu menyayangi ibunya harus mengubu