Acara hari ini berjalan dengan lancar. Penyelenggara event berterima kasih pada Jack karena telah menyediakan jasa pengamanan tingkat tinggi.Terjadinya teror di salah satu sekolah dan pusat perbelanjaan membuat pihak penyelenggara event fashion show musim semi tentu waspada. Mereka tidak hanya membutuhkan bodyguard biasa, tetapi juga yang memiliki basis militer.Tentu saja Security Black unggul dalam bidang ini, karena semua karyawan mereka adalah tentara bayaran swasta yang bisa menjadi apa saja, termasuk menjadi bodyguard yang bisa merangkap sebagai penjinak bom dan menghadapi teroris."Kami benar-benar berterima kasih pada Anda. Acara ini berjalan dengan lancar dan aman. Senang sekali bisa bekerjasama dengan Security Black," ucap pria berambut pirang yang menjadi ketua penyelenggara."Tidak masalah. Anda bisa menghubungi kepala cabang Security Black di negara ini jika sewaktu-waktu ingin menggunakan jasa kami," jawab Jack sambil menepuk bahu kepala cabang Security Black di Peranci
Jack berbalik hanya untuk mendapati sosok Bradley Smith dengan penampilan baru dan terlihat lebih tampan. Sebelah alisnya terangkat. Kedua matanya menelusuri penampilan pria itu dari ujung kepala sampai ujung kaki."Aku tidak pernah menyangka kau akan menyamar sebagai seorang pria yang stylish," ucapnya sambil menahan tawa, diikuti oleh Pierre.Mereka akhirnya tertawa terbahak-bahak melihat bagaimana penampilan Brad lebih mirip seperti seorang aktor Hollywood daripada seorang agen."Diamlah, sialan! Aku harus memakai pakaian menjijikkan ini, agar perempuan ular itu percaya bahwa aku adalah seorang manajer artis yang sudah ahli di bidangnya," umpat Brad sambil menyugar rambutnya dengan kasar."Tapi tidak perlu setrendi ini. Kenapa kau harus memakai syal?" Jack menatap pria itu dengan wajah jijik."Sialan! Syal ini pemberian dari penyelenggara event fashion show ini. Bro, aku benci membahasnya. Aku harus segera menyusul si ular itu agar dia tidak curiga.""Kenapa dia bisa ada di sini?"
Seorang wanita berusia setengah abad memasuki gedung agensi yang menaungi banyak artis terkenal. Agensi yang merupakan salah satu dari tiga agensi terbesar di Amerika itu memiliki gedung tinggi dan mewah di Los Angeles, California.Langkah kakinya yang anggun menapaki lantai marmer dari gedung mewah yang sebagian sahamnya ia miliki. Ia berhenti di depan seorang resepsionis berambut pirang dengan pakaian yang stylish dan sesuai dengan mode terkini."Di mana Shawn White?"Perempuan yang awalnya sedikit santai itu mendadak tegang dan langsung memperbaiki sikap. Apalagi ketika melihat dua orang bodyguard berbadan besar dan kekar di belakang wanita itu."Ada di ruangannya, Nyonya Reeves. Saya akan menghubungi sekretarisnya," jawab perempuan itu sambil meraih gagang telepon dengan tangan gemetar.Siapapun di gedung ini tahu wanita bernama Julia Reeves. Meskipun ia bukanlah anggota kelompok elite global, namun kekuasaan yang dimilikinya dan nama Reeves di belakang namanya membuat siapapun ti
[Berita Besar! Nama belakang Jennifer Dunn adalah Freeman? Samakah dengan Alex Harris Freeman yang menjadi buronan karena diduga sebagai teroris dan otak di balik pengeboman di banyak tempat di Amerika?]Shawn melempar surat kabar ke arah Jennifer hingga mengenai kepala wanita itu."Baca! Baca berita itu, jalang murahan!" teriak Shawn dengan wajah memerah.Brad pura-pura panik dengan merebut surat kabar itu dan membaca berita di halaman utama dengan wajah Jennifer dan Alex Harris, ayah kandung Jennifer, terpampang di sana dalam ukuran besar."Alex Harris adalah seorang satpam di sebuah supermarket. Pria ini ternyata adalah seorang teroris yang menjadi buronan FBI. Sekarang pria itu sedang melarikan diri ke Florida setelah ketahuan hendak mengebom sebuah masjid. Pria ini diduga adalah ayah kandung dari artis pendatang baru Jennifer Dunn yang sedang naik daun."Ia menoleh ke arah Jennifer dengan mata melotot dan mulut menganga. "Apa ini? Ayahmu adalah seorang teroris? Jadi dia yang sela
"Tangkap teroris itu! Dia tadi mengancamku!" teriak Shawn sambil menunjuk ke arah Jennifer.Brad dengan sigap menarik tangan Jennifer dan mendorongnya masuk ke dalam mobil, sementara Nathan masuk ke sisi pengemudi dan bergegas menjalankan mobil Jennifer menjauhi gedung agensi.Beberapa orang mengejar mereka, namun dengan lihai Nathan menyalip mobil-mobil yang ada di depannya dan bersembunyi di balik deretan kendaraan lain."Sudah bersih?" tanya Nathan sambil melihat ke spion atas."Sudah," jawab Brad, lalu menoleh ke arah Jennifer yang ketakutan. "Kau tidak apa-apa?""Ini benar-benar mimpi buruk," racau Jennifer. "Kenapa semuanya menjadi kacau begini?"Wanita itu membersihkan wajahnya dengan tisu meskipun tidak begitu membantu. Bau amis dari telur benar-benar membuat perut mual.Tiba-tiba ponsel Jennifer berbunyi. Mata perempuan itu membelalak. Jari telunjuknya buru-buru menggeser layar dan meletakkan ponsel itu ke telinganya."Ayah, kau ada dimana? Kudengar kau kabur ke Florida? Baga
Elena sedang terlelap ketika ponselnya berdering berkali-kali. Meskipun matanya terasa sangat berat, ia tetap memaksakan diri untuk meraih benda itu.Siapa tahu itu dari suaminya. Ia tidak ingin abai dengan masalah sekecil apapun."Halo?"[Nona Elena, ada seseorang yang sedang mengintai restoran. Sudah sejak seminggu yang lalu.]"Hmm?"Kening Elena mengernyit, berusaha mencerna apa yang dikatakan oleh penelpon. Ia menjauhkan ponsel dari telinganya dan melihat jam kecil di layar bagian atas. Masih jam 2 siang. Nama Chad terpampang di layar."Masih jam 2 siang. Siapa yang mengintai restoran di siang hari?" balasnya sebelum menguap.Tubuhnya benar-benar terasa lelah tanpa sebab, padahal ia tidak melakukan apapun seharian kecuali jalan-jalan di taman dekat apartemen bersama Freya dan Altan.[Apa? Sekarang jam 3 pagi, Nona Elena. Ada orang berpakaian serba hitam sedang mengendap-endap dan mengintip bagian dalam restoran. Demi Tuhan! Apa itu?]Suara panik pemuda itu membuat kesadaran Elena
Jack tidak pernah menyangka bahwa Elena sangat merindukannya sampai-sampai wanita itu menangis di pelukannya. Hatinya terasa hangat dan penuh. Merasa dihargai dan diinginkan.Belum pernah ada orang yang begitu menginginkannya sebesar ini. Meskipun istrinya kaya raya dan memiliki aset dimana-mana, tapi wanita itu tetap bergantung padanya. Seolah-olah ialah yang mampu memenuhi semua kebutuhan istrinya."Kenapa menangis, hm?""Aku sangat merindukanmu," ucap Elena di sela-sela tangisnya. "Maafkan aku. Tapi aku benar-benar ingin selalu dekat denganmu."Senyumnya melebar. Tentu saja ia merasa bahagia mendengar kalimat itu. Egonya sebagai laki-laki seperti dimanjakan.Daripada mendapatkan istri yang serba mandiri, ia lebih suka jika Elena selalu membutuhkannya. Meskipun ia juga membebaskan istrinya melakukan apapun yang wanita itu mau."Maaf jika aku terlalu lama meninggalkanmu. Nanti setelah usia kandunganmu sudah memenuhi syarat, kau bisa ikut aku kemanapun.""Benarkah?" tanya istrinya den
"Bagaimana kau bisa berpikir seperti itu?" tanya Jack dengan wajah terlihat sangat penasaran.Elena mengedikkan bahunya. Bukan hal yang baru baginya."Kau lupa aku hidup puluhan tahun dengan Matthew Patt? Aku juga beberapa kali menonton film-film action yang di dalamnya ada propaganda gelap atau terselubung, lengkap dengan intrik-intrik dan politik. Terkadang penulis skenario atau novel sengaja memasukkan kisah nyata dengan tujuan tertentu, namun masyarakat akan mengira bahwa itu semua hanyalah fiksi.""Wow! Kau memang pantas menjadi pemimpin Greenlake. Aku tidak heran kalau Alan sebenarnya hanyalah pionmu, sedangkan kau adalah pengendali di balik layar," seru suaminya dengan takjub.Ia menghela nafas panjang. "Aku sebenarnya tidak ingin hidup seperti ini. Menjadi konglomerat tidak seindah yang terlihat. Jika saja bisa memilih, aku lebih baik menjadi orang sederhana yang tidak pernah berurusan dengan hal-hal seperti itu.""Kau benar. Tapi inilah hidup kita. Banyak musuh yang mengintai