“Buka pintunya Caramel!”Caramel tersenyum kecut mendengar suara itu. Caramel sangat hafal suara itu milik siapa. “Mau ngapain lagi sih dia? Gak cukup apa dia udah bohongin gue?”“Kamu gak mau buka pintu?” tanya Leon dari depan pintu, “Aku liat kamu barusan ngintip di jendela!”Caramel bimbang, dia masih marah dengan Leon karena lelaki itu membohonginya. Tetapi sekarang dia datang seperti tidak ada masalah yang terjadi. “Mau ngapain sih?” tanya Caramel tanpa membuka pintunya, “Pulang aja sana jangan kesini lagi!” usir Caramel.“Buka dulu pintunya!”Caramel yang sudah habis kesabarannya langsung membuka pintu, dia hendak memarahi Leon, tetapi tindakkan terhenti ketika Leon langsung masuk dan mencium bibir Caramel dengan sangat brutal. Caramel yang sadar dengan tindakan Leon langsung menepuk-nepuk Leon agar dia memberhentikan ciumannya itu. Tetapi Leon tidak menghentikan ciumannya itu, malah dia menghimpit Caramel ke dinding supaya dia tidak bisa kemana-mana.Saat pasokan oksigen mere
“CARAMEL!”Leon yang melihat kejadian itu pun langsung berlari menghampiri Caramel, untung saja dia berdiri tidak jauh dari Caramel. Walaupun Caramel terguling berberapa anak tangga, tetap saja itu sangat berbahaya untuk dirinya yang sedang menangandung. Leon langsung menahan Caramel saat dia akan terjatuh lagi. Leon sangat panik ketika melihat kaki Caramel yang mengeluarkan darah. Leon menatap Alexa yang baru saja turun tergesa-gesa.“Ya ampun Caramel!” Alexa langsung mendekati Caramel dan berjongkok didepan Leon.Leon manatap Alexa “Apa yang lo lakuin sama dia?” tanya Leon dengan tatapan tajamnya dan mata Leon mulai memerah. “Gue udah bilang sama lo, jangan pernah nyakitin Caramel!” Bentak Leon.“Dia jatoh sendiri! Aku sama sekali gak melakukan apapun!” Elak Alexa.“Gak usah bohong sama gue!”“Aku berani bersumpah Leon, Caramel jatuh sendiri. makanya aku sangat panik!”“Terserah!” Leon langsung menggendong Caramel dan akan membawanya ke rumah sakit diikuti dengan Alexa di belakang
Kemal menepuk bahu Leon, “Ngelamun aja lo!”Leon kaget, namun dia berusaha untuk tampak biasa saja. “Dokter sampe sekarang belum keluar juga yah?” tanya Leon. Leon menghela nafasnya untung saja itu semuanya hanyalah khayakan dia sendiri. Leon berharap khayalannya tidak menjadi kenyataan.Kemal menggelengkan kepalanya, “Belum. Bentar lagi kali!”Leon kembali menghela nafasnya, dia sungguh tidak sabar mendengar kabar dari dokter. Tak lama kemudian dokter pun keluar dari ruangan itu, “Keluarga pasien atas nama Caramel?” tanya Dokter.Leon menganggukkan kepalanya, “Iya dok, kami keluarganya. Bagaimana keadaan Caramel dok? Dia baik-baik aja kan?” tanya Leon bertubi-tubi.Dokter itu pun tersenyum, “Pasien dan bayi yang ada didalam kandungannya baik-baik saja karena dibawa ke rumah sakit tepat waktu! Karena pasien mengalami pendarahan, tetapi kami bisa menyelamatkan janin yang ada didalam kandungan pasien.”Leon sama sekali tidak bisa menahan rasa senang dan lega. “Serius dok?” tanya Leon ke
Caramel sudah pulang ke kontrakannya, dia terus teringat dengan apa yang Kemal katakan tadi. “Kenapa dia nyelametin gue? Kenapa dia gak ada tadi?” gumam Caramel.Caramel melihat jam yang ada didinding kamarnya. Sudah menunjukkan pukul 10 malam. Handphonennya terus saja membunyikan notifikasi pesan, Caramel sangat ragu untuk membukanya, dia sangat takut kalau isi dari pesan tersebut adalah tentang kehamilannya.“Apa gue udah siap buat ngadepin masalah besok?” tanya Caramel pada dirinya sendiri. Lalu dia membaringkan tubuhnya menatap langit-langit kamarnya, Caramel menghela nafasnya berat saat melihat ada seseorang yang meneleponnya. Caramel sangat terkejut ketika melihat siapa yang tengah meneleponnya Martia.[Hallo?][Hallo Caramel!] jawab Caramel.[Iya tante?] Caramel sangat canggung, karena hubungannya dengan Martia dapat dikatakan tidak baik.[Saya tidak akan basa-basi! Jauhi anak saya, jangan sampai kejadian kemarin menjadi boomerang untuk anak saya!]Caramel mengerutkan keningnya
“Pantas saja saat tau nama om Dion seperti teringat seseorang! Ternyata dia ayahnya Alexa?” gumam Caramel. Kini Caramel sedang menunggu ojek online untuk menjemputnya. Caramel harus segera memastikan apa yang dikatakan oleh Alexa itu semuanya tidaklah benar, tidak mungkin ibunya adalah perebut suami orang. Saat sudah sampai di tempat tinggalnya dulu, Caramel sama sekali tidak perduli dengan orang-orang yang menatapnya dengan tatapan tidak suka, lagipula niatnya kesini bukan untuk kembali tinggal disini.“Eh neng Caramel, masih berani datang kesini?” tanya salah satu ibu-ibu yang sempat menjadi propokasi saat Caramel diusir. “Mau saya laporin pak rt lagi biar diusir atau mau gimana?” tanya ibu-ibu sambil melihat Caramel, “Itu perut makin buncit aja!”Caramel memutar bola matanya malas, ibu itu sudah tau faktanya malah kembali bertanya. “Mohon maaf bu, saya kesini bukan untuk mencari keributan! Saya cuma mau bertemu dengan mamah saya!”Caramel langsung meninggalkan ibu-ibu itu walaupun
“Selamat sore om, tante!”“Loh? Kamu ngapain kesini?” tanya om Dion. Lalu om Dion sedikit melirik pada Caramel yang masih kaget dengan kedatangan Leon. “Lalu Alexa kemana?” tanya om Dion.“Iya om saya diundang Alexa, sebentar lagi kayaknya dia masuk!”Om Dion menganggukkan kepalanya, “Silahkan duduk!”Caramel menghela nafasnya berat saat Leon memilih untuk duduk disampingnya. Elvana menunjuk-nujuk pipi Caramel. “Ada apa Elva?” setidaknya dengan adanya Elvana dekat Caramel membuat dirinya merasa tidak terlalu canggung.Yuni menatap Leon dengan tatapan sedikit tidak suka, karena permasalahan dia dengan Caramel. Pertemuan pertama kalinya dengan Leon membuat Yuni merasa ingin sekali menceramahi lelaki itu. Dia dengan tidak berperasaannya datang dan bahkan duduk disamping Caramel.“Nanti temenin El maen kak!”Caramel tersenyum sambil mengelus-ngelus pipi Elvana. “Iya nanti kakak temenin!”“Jangan terlalu capek!” Caramel yang mendapatkan bisikan dari Leon itu langsung menoleh pada Leon sam
Caramel menghela nafasnya panjang, dengan membawa kresek kecil Caramel kembali masuk ke dalam rumah pekarangan rumah Alexa, didepan rumah dia sudah melihat mamahnya dengan Elvana tak lupa juga dengan om Dion yang sedang bermain bersama sedangkan mamahnya Leon sudah pergi meninggalkan tempat ini karena sebelum Caramel masuk ke dalam rumah, Caramel melihat mamahnya Leon itu masuk ke dalam mobilnya. Sedangkan Leon dan Alexa, mungkin mereka berdua sedang berada dibelakang rumah.Caramel segera menghampiri ketiga orang itu dengan senyumannya. “Elva kok udah bangun lagi?” tanya Caramel sambil berjongkok melihat Elvana yang sedang bermain boneka.“Tadi dia kebangun, terus langsung maen boneka!” ucap Yuni.Caramel menganggukkan kepalanya, lalu dia mengambil ice cream yang tadi dia beli. “Ini kakak punya ice cream buat Elva!”Melihat ice cream yang ada ditangan Caramel, dengan gembira Elvana langsung mengambil ice cream itu. “Bilang apa sama kakak?” tanya Dion.“Makasih kak Calamel!” jawab Elv
Caramel merebahkan dirinya diatas kasur yang tidak terlalu luas hanya cukup untuk satu orang saja. Dia membuka handphonenya banyak sekali chat dari Tari dan juga mamahnya. Caramel tersenyum saat Tari meneleponnya. [Hallo?][Lo kemana sih?]Caramel sedikit menjauhkan handphone dari telinga, [Gue gak kemana-mana! Kenapa emangnya?] tanya Caramel.[Gila lo, tadi gue nyari-nyari lo pas dinikahan ortu lo itu!]Caramel terkekeh geli. [Maaf gue gak kesana!][Lo dimana emangnya sih? Mamah lo nikah, lo malah gak ada!] omel Tari.[Gue di Surabaya!] ucap Caramel sambil memeluk guling.[What? Ngapain lo disana?][Kepo deh lo, udah ah gue baru aja nyampe nih! Gue tutup dulu!] Caramel langsung menutup teleponnya, dia sangat tau kalau Tari akan memberikan pertanyaan yang lain. Terlebih Caramel masih sedikit terasa pusing jadi dia memutuskan untuk tidur lagi saja.Sudah tiga jam Caramel tidur, dia dibangunkan oleh neneknya Kemal untuk makan malam. Caramel tersenyum melihat meja makan yang sudah teris