Pertengkaran antara Yandi dan Yeri membuat bi Ami kebingungan. Wanita itu ingin sekali mendekati tuan mudanya dan menenangkannya. Namun remaja itu sama sekali tak membiarkan siapa pun masuk ke kamarnya. Sedangkan remaja itu terus saja berteriak-teriak memarahi Yandi yang tak lagi berada di rumah itu.
Pertengkaran kedua kakak beradik ini juga membuat hati wanita itu terasa sakit. Walaupun kedua remaja pria itu bukanlah anaknya dan dirinya juga masih terbilang belum terlalu lama bekerja di rumah itu, namun bi Ami terlanjur menaruh perhatian dan rasa sayang pada ketiga putra-putri Yena dan Yudi.
Pertengkaran itu juga membuat hati Yandi sangat panas. Rasanya ia ingin berhenti bersekolah, agar tak ada lagi orang yang membuat keributan mengenai prestasinya. Namun, saat itu juga ia teringat perkataan Reina dan ia pun berusaha untuk mensyukuri atas kesempatan yang didapatnya untuk bersekolah. “Ha... sabar Yandi... sabar... bentar lagi lo juga lulus. Ingat kata tuh cewek,
Rasa lelah menunggu membuat Yandi merasa sedikit kesal. 30 menit sudah berlalu dan keempat temannya belum juga terlihat. Akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke rumah gadis itu, meski harus menyaksikan hal yang tak ingin dilihatnya.Saat di perjalanan Yandi tersadar jika dirinya tidak membawa ponselnya. Remaja itu merogoh saku celana dan membongkar isi tasnya mencari ponselnya untuk mengabari Reina bahwa dirinya akan tiba terlambat. Namun ia tak dapat menemukan ponselnya. “Ah... gue lupa ngambil tu hp. Kan tadi gue taruh di atas meja.” Ia baru menyadari bahwa dirinya lupa mengambil ponselnya karena hatinya yang sudah terlanjur panas menghadapi Yeri. “Gara-gara ribut sama si Yeri, nih. Jadi lupa bawa hp kan gue.”Yandi berdecak kesal kala mengingat kejadian pagi itu. Dan ia pun mulai mengomel sepanjang perjalanan menuju rumah Reina, saat mengingat semua perkataan yang keluar dari mulut sang adik. “Lagian tuh anak kenapa, sih? Kerasukan apaa
Kepulangan Andre masih meninggalkan tanda tanya di benak Yandi dan teman-temannya. Sikap Andre yang berubah menjadi sangat pendiam pun membuat mereka semakin penasaran dan saling bertanya satu sama lainnya. Namun mereka tak dapat menemukan jawaban atas pertanyaan mereka. “Andre kenapa, sih?” tanya Doni yang bingung dengan sikap Andre yang tiba-tiba menjadi pendiam dan memilih untuk meninggalkan rumah Reina lebih dulu.“Kayaknya masalah biasa, deh,” jawab Andi menebak. Andi berpikir perubahan sikap Andre yang mendadak, diakibatkan masalah dalam keluarganya.“Masa, sih? Gue kurang yakin.” Doni merasa ragu jika perubahan sikap Andre yang mendadak itu karena masalah keluarganya. Tak hanya Doni yang merasa ragu dengan tebakan Andi, Yandi, Rino dan Agus pun turut meragukan tebakan Andi. “Setuju. Gue juga gak yakin kalau itu karena masalah biasanya,” tambah Rino.“Terus apa lagi kalau bukan masalah biasanya?”
Hari ini adalah hari pertama ujian tryout yang kedua. Di ujian kali ini maupun di ujian tryout yang pertama, Yandi selalu mengerjakan setiap butir soal dengan teliti hingga menyelesaikannya tepat sebelum waktu berakhir. Tetapi terkadang ia menyelesaikan setiap butir soal lebih cepat hingga tersisa begitu banyak waktu. Waktu yang tersisa pun selalu digunakannya untuk mengecek kembali setiap jawabannya. Ia tak ingin terdapat kesalahan dalam setiap jawabannya, karena dalam ujian kali ini ia harus menyelamatkan seseorang.Saat ujian berlangsung semua siswa mulai mengerjakan soal ujian dengan teliti hingga membuat suasana kelas menjadi sangat hening. Mata pelajaran yang diujikan hari ini adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia. Bagi sebagian siswa, mata pelajaran ini sangatlah muda. Namun bagi sebagian siswa mata pelajaran ini tak begitu mudah.Mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang selalu diujikan di hari pertama saat ujian dilaksanakan. Saat mata
Hari telah berganti dan masa-masa putih abu-abu bagi para murid kelas XI pun akan segera berakhir. Kini para murid kelas XI harus semakin giat belajar untuk menghadapi ujian-ujian lain yang akan tiba.Hari-hari Yandi menjalani ujian, terasa begitu berat karena kedua orang tuanya. Namun, hari-harinya menjadi lebih indah saat ia bersama kelima temannya dan juga Reina. Semenjak tryout kedua dilaksanakan, Reina dan Yandi selalu pulang bersama. Walau keduanya hanya berjalan bersama hingga keluar dari pagar sekolah. Hal ini dikarenakan arah tujuan keduanya berbeda. Namun, kedua remaja ini tak pernah merencanakan hal itu. Mereka selalu saja bertemu secara tidak sengaja.Kedua remaja ini selalu penuh dengan tawa saat sedang bersama. Yandi yang sangat jarang tertawa pun sering kali tertawa saat bersama gadis itu. Saat berada di dekat Reina, Yandi selalu merasa nyaman dan tenang. Ia juga menjadi banyak bicara dan tertawa saat bersama gadis itu.“Gimana ujian t
Ada rasa yang begitu mendebarkan di hati Yandi. Rasa ini hampir mirip seperti saat ia pertama kali menjalin hubungan dengan Reina Vicasa. Namun kali ini ada yang sedikit berbeda dari rasa itu.Debaran kali ini membuat remaja itu merasa bahagia dan lebih bersemangat. Ia tak merasa gugup saat bersama gadis itu dan selalu merasa nyaman. Ditambah Reina Ananda yang selalu ada di sisinya saat susah maupun senang. Ia juga yang telah membuat Yandi dan kelima temannya kembali bersama lagi.Reina juga selalu memberikannya semangat dan memintanya untuk selalu berpikir positif. Meskipun ia tak pernah memberitahukan keadaannya yang sebenarnya. Namun Yandi merasa sangat senang.Ada banyak rasa terima kasih yang tak akan cukup jika disampaikannya hanya dengan perkataan saja. Yandi merasa sangat berterima kasih pada Reina yang selalu setia mendengarkannya dan membantunya. Padahal dulu ia pernah bersikap jahat padanya. Ia juga merasa sangat bersyukur dengan kehadiran gadis itu y
Malam ini kediaman Yandi tampak begitu ramai dan sangat sibuk. Bi Ami pun terlihat sangat sibuk berjalan ke sana kemari. Kesibukan ini membuat Yandi dan Yani merasa sangat kesal. Kedua kakak beradik itu berharap agar keramaian tersebut segera berakhir. Sayangnya acara arisan Yena baru saja dimulai.Keramaian malam itu diakibatkan rumah mereka dijadikan tempat arisan. Ditambah para tamu Yena terbilang cukup banyak. Ada sekitar 20-an ibu-ibu muda yang berkumpul di rumah mereka.Di saat Yani dan Yani merasa kesal karena kehadiran para tamu Yena. Justru Yeri merasa sangat antusias. Namun keantusiasannya segera berganti menjadi kekecewaan, karena Yena tak mengizinkannya menampak diri selama arisan mereka berlangsung.FlashbackYeri terlihat begitu penasaran saat asisten rumah tangga mereka mulai menyiapkan beberapa jenis kue kering dan basah, serta memasak beberapa hidangan mewah. Wanita itu juga terlihat sibuk menata ruang tamu dengan mewah.&ldq
“Yani, Yandi, Yeri.” Yena mulai meneriaki satu-persatu anak-anaknya setelah arisan berakhir. Ketiga anaknya pun mulai menuruni anak tangga menemuinya yang berada di ruang tamu.“Kalian bertiga duduk!” perintah Yena begitu ketiga anaknya tiba.“Kalian tadi kenapa, sih? Kalian gak ngerti tadi mama nyuruh apa? Mama suruh kalian tinggal, diam dan gak usah ribut di kamar, kan? Terus kenapa ribut?” tanya pada anak-anaknya.“Dan kamu, Yandi. Mama suruh kamu itu turun temuin tamu mama. Kenapa kamu malah tidur? Kamu gak ngerti atau sengaja?” tanya Yena kesal.“Aku ngerti, tapi aku sengaja. Ami malas ketemu mereka,” jawab Yandi santai.Amarah Yena langsung terpancing ketika mendengar jawaban Yandi. Wanita itu langsung saja meledak dan memarahi semua anaknya. Ia bahkan mengungkit-ungkit kesalahan mereka di masa lalu. “Sengaja? Kamu mau bikin mama malu? Kamu emang anak gak tahu diri, ya! Kalian
Luka akibat perkataan Yena hingga kini masih membekas di hati ketiga anaknya. Terlebih lagi si bungsu Yeri. Ia hanya menghabiskan waktunya untuk menangis semenjak kejadian itu.Sudah dua hari semenjak kejadian itu, Yeri hanya mengurung dirinya di kamar tanpa makan dan minum. Meskipun ia bertindak seperti itu, Yena tetap saja tak memedulikan putra bungsunya itu. Tak sedikit pun wanita itu menanyakan tentang keadaan putranya itu. Apakah ia baik-baik saja, atau ia dalam kondisi yang tak baik.Tak hanya Yena yang tak peduli pada Yeri yang masih mengurung diri di kamarnya. Yudi pun sama sekali tak memedulikan keadaan anak itu. Sepasang suami istri itu bertingkah seakan tak ada sesuatu yang terjadi, dan semuanya baik-baik saja. Padahal mereka mengetahui dengan pasti bahwa Yeri memiliki tubuh yang lemah.Hanya asisten rumah tangga dan kedua kakak remaja itu yang memedulikannya. Kedua kakak Yeri serta asisten rumah tangga mereka selalu berusaha menghib