Setelah puas menceritakan semua hal yang mampu membuat hati seorang anggota cheerleaders SMA Citra berbunga-bunga, Rein segera berpamitan dan meninggalkan sahabatnya dengan segudang pertanyaan di kepalanya. Reina terus saja mempertanyakan sosok asli seorang anak majikan bundanya. “Apa dia benaran Yandi yang gue kenal, ya? Apa mereka tuh sebenarnya satu orang, jadi anak majikan bunda gue itu Yandi?” Reina terus saja memikirkan sosok pria yang pernah mengiriminya sebuah surat. Sambil memijat pelan kepalanya, gadis itu mencoba untuk mengingat semua sikap Yandi yang diketahuinya selama ini.
Reina juga terus membayangkan bagaimana situasi saat Yandi mendapatkan pernyataan cita dari seorang siswi. Ia sangat penasaran pada reaksi yang akan diberikan oleh Yandi setelah mendapat pernyataan cinta dari siswi tersebut.
Berdasarkan apa yang dilihat dan dirasakannya, ia merasa Yandi bukanlah orang yang mudah berteman dengan siswa-siswi di sekolah. Apalagi jika ada siswi
Gosip tentang hubungan Yandi dan Rein kini semakin memanas. Meski kejadian di mana siswi itu menyatakan perasaannya telah lewat seminggu lamanya, namun gosip ini tak kunjung mendingin dan berlalu. Malahan gosip ini semakin panas dan terus saja dibicarakan oleh para siswa-siswi SMA Citra.Gosip yang telah beredar sejak seminggu yang lalu ini, membuat Reina merasa semakin tak bersemangat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Mata gadis itu terlihat seolah-olah sedang memperhatikan guru yang sedang memberikan penjelasan di depan kelas. Namun, kenyataannya ia sama sekali tak memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru. “Apa mereka udah pacaran, ya? Masa sih? Tapi... itu kan bukan urusan gue. Lagian gue kan cuman kagum doang, bukan suka sama Yandi. Kenapa gue harus ke pikiran banget coba? Emangnya gue siapanya Yandi? Kan gue bukan siapa-siapanyq dia.” Gadis itu membatin tak mengerti dengan dirinya. Ia merasa dirinya tak perlu terlalu memikirkan soal gosip yang sed
“Aah....” Suara teriakan Rein terdengar ke seluruh penjuru rumah. Teriakan gadis itu pun membuat kedua orang tuanya menghampirinya dengan terburu-buru.Teriakan gadis itu membuat kedua orang tuanya sangat terkejut. Begitu kedua orang tua gadis itu memasuki kamarnya, mereka terkejut melihat kamar putrinya yang sangat berantakan bak kapal pecah. Mulai dari sepatu, tas hingga pakaian putri mereka tercecer di berbagai sudut kamar gadis itu.Kedua orang tua Rein yang belum melihat dirinya pun menjadi panik, dan berpikir jika putri mereka telah diculik. “Reina...” teriak mami dan papi Reina bersamaan, namun tak ada jawab dari putri mereka.Hingga beberapa saat terdengar suatu suara dari kamar mandi. “Bentar...” Suara itu begitu terdengar sangat familier di telinga sepasang suami istri itu. Dan ketika pintu kamar mandi dibuka, dilihat kedua pasangan itu sosok yang sedang dicari mereka keluar dari dalam ruangan itu.
Memiliki seorang kekasih adalah hal yang luar biasa bagi seorang remaja pria yang kini berusia tujuh belas tahun. Yandi yang tak pernah memiliki hubungan istimewa dengan seorang gadis membuatnya merasa sangat bahagia. Remaja itu bahkan selalu menuruti apa pun permintaan sang pujaan hati.Tak hanya Yandi yang merasa begitu bahagia. Rein yang sebelumnya pernah menjalin hubungan istimewa dengan beberapa teman prianya, juga merasakan apa yang dirasakan Yandi. Perasaannya saat menjadi kekasih Yandi, terasa begitu berbeda saat dirinya menjadi kekasih pria lain.Tak seperti para mantan kekasihnya, Rein yang tak pernah dimanjakan oleh mereka dengan menuruti semua keinginannya. Justru Yandi selalu memanjakannya. Remaja pria itu selalu menuruti apa pun permintaan dari gadis cantik itu. Sekalipun tak pernah Yandi mengeluarkan kata-kata penolakan dari mulutnya saat kekasihnya meminta apa pun itu.Kebahagiaan besar ini tentu saja harus dibagikan pada sahabat setia. Meskipun
Kebahagiaan di hati Rein kini sedang meluap. Meski ini bukanlah pertama kalinya ia menjalin sebuah hubungan, namun ia tetap saja bertingkah layaknya seperti seseorang yang baru pernah mengalami hal itu.“Reinaaa...”Rein yang terus-menerus meneriaki nama sahabatnya, membuat gadis itu kebingungan. Rein terus saja meneriaki nama gadis itu sambil memeluknya dan tersenyum sendiri, membuat gadis itu terheran-heran dengan tingkah sahabatnya. “Apaan sih? Perasaan dari tadi lo teriak mulu! Lo sakit?” ujar Reina yang tak mengerti dengan tingkah sahabatnya.“Ish... Reina... sembarangan aja lo, gue gak sakit,” ujar Rein cemberut“Sorry... habisnya lo teriakin nama gue mulu. Udah gitu meluk gue sambil senyum-senyum sendiri lagi. Kan gue jadi mikirnya... lo gak waras,” ujar Reina mengecilkan suaranya saat mengatakan sahabatnya tak waras. Wajah Rein pun semakin cemberut sedangkan Reina tertawa puas melihat reaksi sa
Sudah seminggu berlalu semenjak Yandi menjadi kekasih Reina Vicasa. Kehidupan Remaja itu mulai berubah semenjak menjalin hubungan dengan gadis itu. Mulai dari penampilannya yang berubah drastis, hingga sikapnya juga mengalami perubahan. Perubahan sikap Yandi bahkan membuat teman-temannya merasa tak nyaman. Yandi yang kini lebih memilih kekasihnya, dibandingkan teman-temannya. Saat sebelum mengenal siswi bernama Reina Vicasa, Yandi selalu berkumpul bersama kelima temannya di kelas maupun di kantin yang sering dijadikan sebagai tongkrongan mereka. Namun setelah mengenal gadis itu, Yandi lebih memilih menghabiskan waktunya bersama kekasihnya dan tak pernah lagi mengunjungi kantin tempat mereka biasa berkumpul, karena permintaan kekasihnya. Awalnya teman-teman Yandi merasa itu hal yang wajar jika ia lebih memilih untuk menghabiskan waktunya bersama siswi itu. Namun, lama-kelamaan Yandi seperti sudah melupakan teman-temannya. Bahkan saat mereka meminta Yandi untuk membagi
Makan malam yang memuakan telah berakhir. Semua anggota keluarga pun menuju kamar mereka masing-masing, tetapi tidak dengan Yandi. Ia memilih untuk berkunjung ke kamar kakaknya, untuk memastikan sesuatu. Tok... tok... tok.... “Gue boleh masuk, gak?” tanya Yandi yang masih berdiri di depan kamar Yani. Kedatangan Yandi ke kamarnya tentunya bukanlah hal yang sering terjadi. Jika remaja itu berkunjung ke kamar kakaknya, pastinya karena ia memimiliki kepentingan tertentu. “Lo mau ngapain? Gue mau tidur nih.” “Gue cuma mau ngomong bentar, doang. Gak bakalan lama, kok.” Yani segera membukakan pintu kamarnya setelah mendengar jawaban adiknya. Gadis itu yakin, jika adiknya ingin mengatakan hal yang penting. Pasalnya, Yandi bukanlah orang yang suka berbasa-basi dengannya. “Cepatan masuk.” Yandi pun segera masuk dan ia langsung memulai pembicaraan pada intinya, tanpa berbasa-basi. “Gue mau tanya, apa aja yang udah mama sama papa lakuin ke bi
Kring... kring... kring... Bel istirahat telah berbunyi. Reina pun segera berlari ke ruang kelas 12 MIA 1 (Matematika dan Ilmu Alam) untuk menemui kekasihnya hatinya. “Yandi...” Semua mata saat itu langsung mencari arah sumber suara yang memanggil nama siswa pembuat onar itu dengan lantang. Mata para murid langsung tertuju pada sosok yang sedang berdiri di depan ruang kelas. Sosok itu adalah Rein, kekasih Yandi. “Duh... baru aja istirahat pertama, udah dicariin sama pacar. So sweet-nya...” ucap Andre meledek mantan temannya. Teman-teman Andre pun langsung menyambung ledekannya dan segera meninggalkan ruang kelas setelah meledek mantan teman mereka. “oh... co cwit... jadi pengen punya pacar gue, nih,” ujar Agus meledek. “Sweet banget... sampai-sampai gue mual-mual, entar lagi muntah gue,” ujar Andi ikut meledek. “Co cwit banget, sampai gue mau muntah.” Ledekan Doni saat itu hampir saja memicu pertengkaran hebat. Untungnya Yandi berusaha
“Ha...” Reina menghembuskan kasar napasnya seraya memijat pelan keningnya. Ia mulai memikirkan kembali semua permintaan yang diberikan Yandi. “Duh... coba tadi gue tolak aja. Lagian gue kenapa lemah banget, sih? Harusnya lo tolak, Reina. Kalau kayak gini kan gue harus ketemu sama dia mulu. Jadinya gue gak bisa lupain dia, dong. Malah lo pakai kasih nomor lo segala lagi. Aish...” Gadis itu duduk di bangkunya sambil menggerutu, memarahi dirinya yang terlalu lemah pada Yandi hingga tak dapat menolak permintaan siswa itu.Flasback“Nanti lo kasih tahu ke gue, kalau lo udah ngomong ke Reina. Tiap pulang sekolah, kita ketemu di taman ini,” ujar Yandi meminta Reina untuk terus melaporkan setiap perkembangan reaksi kekasihnya.“Harus banget kayak gitu? Dan harus tiap hari gitu? Gak bisa sekali aja?” tanya Reina.“Iya, harus tiap hari dan gak bisa sekali. Soalnya, gue harus tahu gimana tanggapan Rei